PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN

TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan oleh : Ni Ajeng Purbo Retno

0413010016/FE/EA Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“

JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN

TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh : Ni Ajeng Purbo Retno

0413010016/FE/EA Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“

JAWA TIMUR


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji bagi Tuhan. Rahmat dan Salam untuk Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh keluarganya dan para sahabatnya.

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat-Nya, karena hanya dengan rahmat dah hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH KARAKTERISTIK

PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA“. Dalam rangka melengkapi

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada pada penulis, walaupun demikian dengan adanya bimbingan serta petunjuk yang diterima dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan.

Atas terwujudnya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.


(4)

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSI, selaku Wakil Dekan I Universitas Pembangunan Nasioanl “Veteran“ Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, Msi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

5. Bapak Prof. Dr. H. Soeparlan Pranoto, SE, MM.Ak selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu dengan sabar memberi pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Ec. Dwi Suhartini, Maks, selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu dengan sabar memberi pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Ec. R. Syarief Hidajat, Msi, selaku Dosen Wali yang memberikan petunjuk dan waktu luang beliau selama penulis berada di bangku perkuliahan. 8. Seluruh Dosen yang telah memberi banyak bekal ilmu pengetahuan dan suri

tauladan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di UPN “Veteran” Jawa Timur.

9. Seluruh Asisten Dosen yang telah membimbing dan memberi pengajaran baik ilmu perkuliahan maupun ilmu kemanusiaan selama penulis menjadi mahasiswa dan belajar di UPN “Veteran” Jawa Timur.


(5)

iii

10.Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Staf Rektorat serta Staf Perpustakaan yang banyak membantu mengarahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

11.Almarhum Bapak, Dr. H. MOH Didik Soepardi, SpP Kolonel Laut (k) Purn. dan Ibu serta seluruh keluarga besar penulis, yang selalu memberikan motivasi bagi penulis, baik secara moril maupun materiil.

Sebagai manusia biasa kami menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak, Amin.

Surabaya, Desember 2008


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah... 11

1.3. Tujuan Penelitian... 12

1.4. Manfaat penelitian... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 14

2.2. Landasan Teori... 19

2.2.1. Laporan Keuangan... 19

2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan……… 21

2.2.3. Pemakai Laporan Keuangan……….. 24

2.3. Ukuran Perusahaan……… 25

2.4. Rasio Profitabilitas………... 28

2.5. Rasio Leverage Operasi Perusahaan... 29

2.6. Net Profit Margin... 30

2.7. Pengertian Laba…... 31


(7)

2.7.1. Perencanaan Laba... 32

2.7.2. Target Laba……….. 32

2.8. Perataan Laba... 33

2.8.1. Pengukuran Perataan Laba... 36

2.9. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba…………... 37

2.10. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba... 39

2.11. Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba... 40

2.12. Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Perataan Laba... 42

2.13. Kerangka Pikir... 44

2.13.1. Premis... 44

2.14. Diagram Kerangka Pikir... 46

2.15. Hipotesis... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 47

3.2. Tehnik Penentuan Sampel... 50

3.2.1. Populasi ... 50

3.2.2. Sampel... 51


(8)

3.3. Tehnik Pengumpulan Data... 53

3.3.1. Jenis Data... 53

3.3.2. Sumber Data... 53

3.3.3. Pengumpulan Data... 53

3.4. Tehnik Analisis dan Pengujian Hipotesis... 54

3.4.1. Uji Normalitas... 54

3.4.2. Uji Indenpendensi... 54

3.4.3. Regresi Logistik... 55

3.4.3.1. Regresi Logistik Univariate………. 56

3.4.3.2. Regresi Logistik Serentak…..………….. 57

BAB IV HASIL PENELITIN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian……….. 58

4.1.1. Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia………. 58

4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan……… 59

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………. 67

4.2.1. Perataan Laba………. 67

4.2.2. Ukuran Perusahaan……… 70

4.2.3. Rasio Profitabilitas……… 72

4.2.4. Rasio Leverage Operasi Perusahaan………. 73

4.2.5. Net Profit Margin……….. 74

4.3. Analisis Regresi Logistik……… 76

4.3.1. Uji Normalitas ……….. 76


(9)

4.3.2. Uji Indenpendensi………. 77

4.3.3. Analisis Regresi Logistik Univariate……… 78

4.3.3.1 Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan (X1) Terhadap Perataan Laba……… 78

4.3.3.2 Pengaruh Variabel Profitabilitas (X2) Terhadap Perataan Laba……… 80

4.3.3.3 Pengaruh Variabel Leverage (X3) Terhadap Perataan Laba……… 81

4.3.3.4 Pengaruh Net Profit Margin (X4) Terhadap Perataan Laba……… 83

4.3.4. Analisis Regresi Multivariate……… 84

4.3.4.1 Uji Serentak……….. 85

4.3.4.2 Koefisien Determinasi……… 86

4.4 Pembahasan…. ……… 86

4.4.1 Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan (X1) Terhadap Perataan Laba secara Univariate………. 87

4.4.2 Pengaruh Variabel Profitabilitas (X2) TerhadapPerataan Laba secara Univariate……….. 88

4.4.3 Pengaruh Variabel Leverage (X3) Terhadap Perataan Laba secara Univariate………. 90

4.4.3 Pengaruh Variabel Net Profit Margin (X4) Terhadap Perataan Laba secara Univariate…. …… 91


(10)

viii

4.5. Implikasi Praktis……… 92

4.6. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Ini dan Penelitia

Terdahulu……….. 92

4.7. Keterbatasan Penelitian……….. 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……… 95

5.2. Saran……….. 96


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. : Diagram Kerangka Pikir……… 46


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. : Laba bersih untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas

Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006……… 6

Tabel 1.2. : Perataan Laba untuk perusahaan manufacture yang breast

di atas Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006……… 7 Tabel 1.3. : Rasio Leverage pada Perusahaan Manufacture yang

terjadi pada tahun 2003 hingga tahun 2006... 8 Tabel 1.4. : Rasio Profitabilitas Perusahaan Manufacture, mulai tahun

2003 sampai tahun 2006………. 9

Tabel 2.1. : Kode dari Variabel Perataan Laba……… 37 Tabel 4.1. : Data Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur

yang Go Public dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dari Tahun 2003 Sampai Dengan 2006……… 68 Tabel 4.2. : Kode dari Variabel Perataan Laba……… 69 Tabel 4.3. : Hail Pengkodean Variabel Perataan Laba………. 70 Tabel 4.4. : Data Rasio Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Go Public dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dari tahun 2003 samapai dengan 2006……….. 71 Tabel 4.5. : Data Rasio Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Go Public dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dari Tahun 2003 Sampai Dengan 2006………. 72 Tabel 4.6. : Data Leverage Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public

dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun 2003


(13)

x

Sampai Dengan 2006………. 73

Tabel 4.7. : Data Net Profit Margin Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun 2003 Sampai Dengan 2006………. 75

Tabel 4.8. : Hasil Uji Normalitas... 76

Tabel 4.9. : Hasil Uji Pearson Chi-Square……… 77

Tabel 4.10. : Hasil Uji Parsial Variabel X1………. 78

Tabel 4.11. : Hasil Uji Parsial Variabel X1 Tanpa Konstanta……… 79

Tabel 4.12. : Hasil Uji Parsial Variabel X1………. 80

Tabel 4.13. : Hasil Uji Parsial Variabel X2 Tanpa Konstanta………... 80

Tabel 4.14. : Hasil Uji Parsial Variabel X3……… 82

Tabel 4.15. : Hasil Uji Parsial Variabel X3 Tanpa Konstanta……….. 82

Tabel 4.16. : Hasil Uji Parsial Variabel X4……… 83

Tabel 4.17. : Hasil Uji Parsial Variabel X4 Tanpa Konstanta……… 84

Tabel 4.18. : Hasil Uji Regresi Logistik Multivariate………. 85

Tabel 4.19. : Rangkuman Persamaan Penelitian Terdahulu Dengan Penlitian Sekarang………. 93


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Perhitungan Indeks Perataan Laba Lampiran 2 :Rekapitulasi Data Penelitian

Input Regresi Logistik

Lampiran 3 : Hasil Uji Normalitas NPar Test Lampiran 4 : Hasil Uji Independensi

Lampiran 5 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Univariate

(Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba) Lampiran 6 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Univariate

(Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Perataan Laba) Lampiran 7 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Univariate

(Pengaruh Rasio Leverage Terhadap Perataan Laba) Lampiran 8 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Univariate

(Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Perataan Laba) Lampiran 9 : Hasil Uji Regresi Logistik Secara Multivariate


(15)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN

TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

Ni Ajeng Purbo Retno

ABSTRAKSI

Laporan keuangan menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan, sehinga pihak yang bersangkutan baik oleh pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan dapat memanfaatkan laporan perkembangan keuangan untuk kepentingan masing-masing. Seorang investor contohnya, ia selalu membutuhkan laporan keuangan akan laba perusahaan dimana ia akan meng-investasikan sahamya pada perusahaan tersebut. Dalam hal ini para investor harus jeli membaca sebuah laporan keuangan, karena akan menentukan proses pengambilan keputusan. Suatu keputusan dapat dibuat tanpa didasarkan pada informasi apapun, akan tetapi pengambilan keputusan yang dibuat dengan jalan demikian akan mempunyai resiko kegagalan yang tinggi. Dilemanya, adalah perekayasaan laba atau perataan laba yang dilakukan secara sengaja oleh para manajer perusahaan. Dari para penelitian sebelumnnya mereka mengungkapkan tujuan para manajer itu melakukan perataan laba antara lain untuk kebutuhkan internal perusahaan, yakni untuk mengurangi terjadinya fluktuasi laba antar periode. Mereka meratakan angka pada laba sesuai dengan target yang hendak mereka capai. Dengan demikian para investor akan selalu memandang baik pada perusahaan yang tingkat fluktuasi labanya sedikit atau konstan antar periodenya. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu.

Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menguji beberapa karakteristik perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu manajer perusahaan melakukan praktek perataan laba. Karakteristik perusahaan tersebut adalah Ukuran Perusahaan (X1), Profitabilitas (X2),

Leverage Operasi (X3), dan Net Profit Margin (X4), dimana karakteristik tersebut merupakan variabel bebas, sedangkan Perataan Laba (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan konsolidasi perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia dan memiliki asset di atas Rp. 1 Triliyun. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11 perusahaan manufaktur dengan 4 periode waktu akuntansi 2003 – 2006 dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik, dengan

pengukuran indeks perataan laba menggunakan indeks eckel.

Hasil uji regresi logistik univariate menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), leverage opearsi (X3) dan net profit margin (X4) berpengaruh secara univariate perataan laba, dan perusahaan akan berpeluang untuk melakukan perataan laba.

Keywords : Perataan Laba, Perusahaan Manufaktur, Keputusan Investasi, Perusahaan, Laporan Keungan Konsolidasi


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu parameter perusahaan yang paling sering dilakukan untuk mengukur peningkatan atau penurunan kinerja pada perusahaan adalah laba. Laba yang meningkat dari periode sebelumnya mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan adalah bagus dan hal ini dapat mempengaruhi peningkatan harga saham perusahaan. Parawiyati dan Baridwan dalam Subekti (2005) menyebutkan bahwa pentingnya informasi laba telah disebutkan dalam Statement of Accounting

Concepts (SFAC) No.1 bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, juga untuk

membantu mengestimasi kemampuan laba yang representative serta untuk mengukur risiko dalam investasi atau kredit.

Pasar modal memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan pasar modal dalam penyediaan dana jangka panjang, yaitu sebagai perantara bagi pihak surplus dan pihak defisit dana. Pasar modal adalah juga sebagai lembaga pemupukan modal dan mobilisasi dana, dimana pasar modal akan memberikan hasil seperti yang diharapkan, apabila pasar modal itu efisien. Pasar modal yang efisien dapat mendukung perkembangan ekonomi, karena adanya alokasi dana dari sektor yang kurang produktif ke sektor yang lebih produktif. Pasar modal dapat memperkokoh


(17)

2

struktur permodalan di dunia usaha, karena dunia usaha dapat mengatur kombinasi sumber pembiayaan sedemikian rupa sehingga mencerminkan paduan sumber pembiayaan jangka panjang dan jangka pendek (Jusuf, 2002) dalam Suwito dan Herawaty (2005).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan, untuk mencapai tujuannya laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa yang lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi perusahaan secara riil. Perusahaan harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas (PSAK No. 1), sehingga laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan ekuitas disusun berdasarkan dasar akrual, sedangkan laporan arus kas berdasarkan dasar kas.

Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pengguna laporan keuangan hanya ditujukan kepada informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan beberapa tindakan yang disebut manajemen atas laba (earning

management) atau manipulasi laba (earnings manipulation). Ashari et al (1994)

dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bahwa terdapat indikasi tindakan perataan laba dan laba operasi merupakan sasaran umum yang digunakan untuk melakukan perataan laba. Tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh


(18)

3

perusahaan yang profitabilitasnya rendah, karena profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, dan keadaan ini sangat mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia oleh Illmainir (1993), Zuhroh (1997) dalam Jin dan Machfoedz (1998), memperoleh bukti bahwa praktek perataan laba telah terdapat pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengindikasikan bahwa faktor-faktor yang mendorong praktek perataan laba diantaranya adalah leverage operasi, ukuran perusahaan, keberadaan perencanaan bonus dan sektor industri.

Menurut Beidlman (1973) dalam Salno dan Baridwan (2000), berpendapat bahwa perataan penghasilan seharusnya memperluas pasar saham perusahaan dan membawa pengaruh yang menguntungkan nilai saham perusahaan. Sebaliknya, Lev dan Kunitzky (1974) dalam Salno dan Baridwan (2000) menyatakan bahwa kondisi tersebut tidak dapat dengan sendirinya membuktikan bahwa para pemegang saham lebih menyukai perataan penghasilan.

Perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi (Koch, 1981) dalam Suwito dan Herawaty (2005).

Menurut Atmini (2000) tindakan perataan laba mempunyai dua tipe yaitu perataan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen dan perataan laba yang terjadi secara alami. Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat dari proses menghasilkan suatu aliran laba yang merata, sementara perataan laba yang disengaja dapat terjadi akibat teknik perataan laba riil atau teknik perataan laba artifisial.


(19)

4

Perataan laba riil adalah perataan laba yang terjadi apabila manajemen mengambil tindakan untuk menyusun kejadian-kejadian ekonomi sehingga menghasilkan aliran laba yang rata. Perataan laba artifisial adalah perataan laba yang terjadi apabila manajemen memanipulasi saat pencatatan akuntansi untuk menghasilkan aliran laba yang rata (Atmini, 2000 dikutip dari Eckel, 1981 dalam Zuhroh, 1996).

Brayshaw dan Eldin (1989) mengungkapkan bahwa manajemen perusahaan diuntungkan dengan praktek perataan laba. Suwito dan Herawaty (2005), menyatakan bahwa motivasi perataan laba lebih banyak menguntungkan pemegang saham dan pengguna eksternal utamanya serta manajer itu sendiri. Heyworth dalam Belkoui (1993) memberikan penjelasan bahwa motivasi perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan antara manajemen perusahaan dengan para kreditur, investor, dan pekerja.

Dipandang dari sisi manajemen, Heyworth (1953) yang didukung Ashari et

al (1994) dan Zuhroh (1996) mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi

untuk melakukan perataan laba pada dasarnya ingin mendapat berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis.

Penelitian Defond (1993) dalam Veronica dan Bachtiar (2003) menemukan bahwa ukuran perusahaan berkorelasi secara positif dengan manajemen laba. Perusahaan besar mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Selain itu semakin besar perusahaan, semakin banyak estimasi dan penilaian yang perlu diterapkan untuk tiap jenis aktivitas perusahaan yang semakin banyak.


(20)

5

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan, seperti yang dinyatakan oleh Jin dan Machfoedz (1998).

Moses (1987) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum/general public).

Secara eksplisit, usaha untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba merupakan hipotesis dalam berbagai penelitian mengenai konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi. Sedangkan usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya. Dimana Fluktuasi atas laba dan tidak dapat diprediksinya laba yang akan datang merupakan sebab penentu resiko pasar atas saham. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan laba yang baik, mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba atau manipulasi laba.

Namun demikian, praktek perataan laba, jika dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan. Sebagai akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi


(21)

6

akurat yang memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari portofolio mereka. Penelitian yang tidak menyetujui adanya praktik perataan laba antara lain dilakukan oleh Hector (1989) dalam Jin dan Machfoedz (1998) yang menyatakan bahwa perataan laba sebagai penyalahgunaan yang umum dalam pelaporan keuangan seharusnya diwaspadai oleh pemakainya. Berikut ini laba bersih untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006.

Tabel 1.1. Laba bersih untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006

Net Income (Rp. Miliar)

No Kode Nama Perusahaan

2003 2004 2005 2006

1 TLKM Telokomunikasi Indonesia 4,372 5,024 5,782 9,222

2 ASII Astra Internasional 3,696 3,986 4,489 2,992

3 HMSP HM Sampoerna 1,211 1,726 2,405 3,002

4 UNVR Unilever Indonesia 989 1,093 1,199 1,373

5 UNTR United Tractors 389 834 809 842

6 SMGR Semen Gresik (Persero) 267 370 706 1,058

7 ANTM Aneka Tambang 167 521 711 809

8 INTP Indocement Tunggal Perkasa 712 183 538 558

9 KLBF Kalbe Farma 279 334 435 540

10 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam 157 268 365 374

11 TSPC Tempo Scan Pacific 260 270 250 240

Sumber : Laporan Keuangan Konsolidasi dari BEI

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada perusahaan Telokomunikasi Indonesia, diikuti Astra Internasional, HM Sampoerna, Unilever Indonesia, United Tractors, Semen Gresik (Persero) Aneka Tambang, Indocement Tunggal Perkasa, Kalbe Farma, Tambang Batubara Bukit


(22)

7

Asam, dan Tempo Scan Pacific dan Sari Husada. Dari tabel diatas menunjukkan adanya fluktuasi dari laba yang diperoleh mulai tahun 2003 hingga tahun 2006.

Berikut ini perataan laba untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006.

Tabel 1.2. Perataan Laba untuk perusahaan manufacture yang beraset di atas Rp. 1 Triliun tahun 2003 sampai 2006

Perataan Laba (%)

Kode Nama Perusahaan

2003 2004 2005 2006

TLKM Telokomunikasi Indonesia -0,50 1,59 1,32 0.36

ASII Astra Internasional 0,37 3,29 3,51 0,36

HMSP HM Sampoerna -0,15 0,38 0,80 0,73

UNVR Unilever Indonesia 0,58 0,69 1,51 0,86

UNTR United Tractors -0,95 0,36 -15,09 1,40

SMGR Semen Gresik (Persero) -0,59 0,40 0,34 0,41

ANTM Aneka Tambang 0,74 0,20 0,41 2,97

INTP Indocement Tunggal Perkasa -0,17 -0,08 0,14 4,28

KLBF Kalbe Farma 0,59 0,70 0,73 1,12

PTBA Tambang Batubara Bukit Asam 1,03 0,28 0,49 8,30

TSPC Tempo Scan Pacific -1,93 2,83 -0,43 -1,90

Sumber : Data diolah Lampiran 1

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perataan laba mengalami fluktuasi, hal ini dikarenakan laba yang dihasilkan dan penjualan yang dilakukan perusahaan juga mengalami fluktuasi. Ini dapat dilihat pada PT. Telokomunikasi Indonesia, Tbk yang Net Income-nya mengalami fluktuasi dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Hal inilah kemungkinan yang menyebabkan perusahaan melakukan praktek perataan laba. Demikian juga untuk perusahaan lainnya yang tertera dalam Tabel 1.2.


(23)

8

Berikut ini Table Rasio Leverage yang terjadi pada perusahaan manufacture. Tabel 1.3 Rasio Leverage pada Perusahaan Manufacture yang terjadi pada tahun 2003 hingga tahun 2006.

Sumber Data : diolah

Rasio Leverage (%)

No Kode Nama Perusahaan

2003 2004 2005 2006

1 TLKM Telokomunikasi Indonesia 58.194 55.215 52.393 51.746

2 ASII Astra Internasional 50.715 49.624 60.385 54.373

3 HMSP HM Sampoerna 41.164 55.230 59.598 54.290

4 UNVR Unilever Indonesia 38.400 36.813 43.160 48.624

5 UNTR United Tractors 73.990 53.613 60.993 58.737

6 SMGR Semen Gresik (Persero) 48.300 43.935 38.315 25.862

7 ANTM Aneka Tambang 58.740 58.988 52.681 41.274

8 INTP Indocement Tunggal Perkasa 55.313 50.219 46.571 37.147

9 KLBF Kalbe Farma 58.197 50.959 39.314 23.356

10 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam 32.625 28.789 27.352 25.745

11 TSPC Tempo Scan Pacific 15.610 15.981 20.141 18.042

Leverage operasi adalah suatu indicator perubahan laba bersih yang

diakibatkan oleh besarnya volume penjualan. Menurut Zuhroh dalam Suwito dan Herawaty (2005) meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan terjadinya praktik perataan laba dengan kesimpulan bahwa leverage operasi perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan di Indonesia. Oleh karena itu peneliti hendak membuktikan pendapat dari peneliti sebelumnya tentang pengaruh leverage operasi terhadap praktek perataan laba ini.

Dari hasil perolehan data menunjukkan bahwa pada tahun 2003 perusahaan United Tractors memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu 73.990%. Adanya fluktuasi yang terjadi pada rasio leverage operasi tersebut kemungkinan menyebabkan perusahaan melakukan praktek perataan laba.


(24)

9

Rasio profitabilitas perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Suwito dan Herawaty (2005).

Berikut adalah Tabel Rasio Profitabilitas Perusahaan Manufacture dari tahun 2003 hingga tahun 2006.

Tabel 1.4 Rasio Profitabilitas Perusahaan Manufacture, mulai tahun 2003 sampai tahun 2006

Sumber Data : diolah

Rasio Profitabilitas (%)

No Kode Nama Perusahaan

2003 2004 2005 2006

1 TLKM Telokomunikasi Indonesia 12.105 10.892 12.857 14.647

2 ASII Astra Internasional 16.134 13.808 8.921 6.407

3 HMSP HM Sampoerna 13.795 17.225 19.967 27.887

4 UNVR Unilever Indonesia 37.956 40.080 37.489 37.215

5 UNTR United Tractors 5.656 16.244 9.880 8.271

6 SMGR Semen Gresik (Persero) 5.678 7.839 13.896 17.494

7 ANTM Aneka Tambang 5.235 13.357 13.149 21.297

8 INTP Indocement Tunggal Perkasa 6.607 1.187 7.020 6.176

9 KLBF Kalbe Farma 13.187 12.341 13.513 14.629

10 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam 10.111 17.600 16.447 15.627

11 TSPC Tempo Scan Pacific 16.605 15.152 12.653 10.994

Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat profitabilitas yang terendah terjadi pada PT. Indocement Tunggal Perkasa, yakni sebesar 1.187%, sesuai pada pernyataan peneliti terdahulu, bahwa “Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah akan cenderung melakukan praktek perataan laba, karena ini akan berpengaruh pada keputusan para investor untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut.” Ashari et. al (1994).


(25)

10

Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa PT. Indocement Tunggal Perkasa mengalami tingkat profitabilitas terendah, hal inilah kemungkinan bagi perusahaan untuk melakukan praktek perataan laba.

Berdasarkan fenomena di atas dan juga adanya perbedaan pendapat dan persepsi oleh para peneliti terdahulu, tentang setuju atau tidaknya sebuah praktek perataan laba, serta adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian dari satu peneliti dengan peneliti yang lain, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Suwito dan Herawaty (2005), Ashari, et al (1994), Jin dan Machfoedz (1998), Imam Subekti (2005), Salno dan Baridwan (2000) serta beberapa peneliti lainnya, namun peneliti mencoba mengembangkan model penelitian pada obyek yang berbeda. Objek penelitian yang dilakukan Suwito dan Herawaty (2005) adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan praktek perataan laba, dan penelitian Ashari, et al mengamati seluruh perusahaan yang berada di Singapore yang melakukan praktek perataan laba, penelitian Jin dan Machfoedz menggunakan obyek seluruh perusahaan publik yang telah melakukan pencatatan sahamnya pada tahun 1990, kemudian Imam Subekti menggunakan obyek seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), serta Zaki dan Salno menggunakan obyek seluruh perusahaan publik yang telah terdaftar di pasar modal (BEJ), sedangkan penelitian sekarang menggunakan obyek hanya perusahaan manufaktur saja yang terdaftar di BEI yang melakukan praktek perataan


(26)

11

laba. Variabel yang digunakan oleh peneliti sekarang hanya menggunakan empat variabel yang dipilih secara acak oleh peneliti, dan variabel ini merupakan variabel yang telah diteliti juga oleh peneliti terdahulu tersebut. Mengapa hanya menggunakan empat varibel saja, karena adanya keterbatasan data yang diperoleh oleh pneliti. Dengan alasan ingin meneliti apakah karakteristik-karakteristik perusahaan yang menurut peneliti terdahulu dapat menyebabkan perusahaan melakukan praktek peratan laba itu, sama signifikannya atau tidak dengan perusahaan manufaktur yang tumbuh dan berkembang di negara Indonesia apabila dikondisikan di negara Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnnya maka permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Karakteristik Perusahaan yang terdiri dari: ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan net profit margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

2. Manakah diantara variabel Karakteristik Perusahaan yang terdiri dari: ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan net profit margin yang berpengaruh secara dominan terhadap perataan laba pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?


(27)

12

1.3. Tujuan Penelitian

Berhubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meneliti secara empiris Karakteristik Perusahaan yang meliputi : ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, net profit margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk meneliti secara empiris pengaruh yang dominan diantara variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, net profit margin terhadap perataan laba pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitan

Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat penulis bedakan menjadi:

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu sehubungan dengan perataan laba serta kualitas pengungkapan, terutama pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(28)

13

2. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam pengambilan keputusan investasi, terutama dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melengkapi hasil penelitian sebelumnya dan dapat memberikan suatu bukti empiris mengenai ketiadaan atau keberadaan perataan laba pada laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia.


(29)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan bagi penyusunan skripsi yang akan datang. Yang mana penelitian yang sama sebelumnya telah dilakukan, hanya saja yang membedakan adalah waktu dan obyek penelitiannya. Dan penelitian ini sebelumnya telah dilakukan oleh:

1. Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005), “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.

a. Perumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ.

b. Hipotesis

Ada pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ.


(30)

15

c. Kesimpulan

Tidak ada pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ.

2. Imam Subekti (2005) “Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba Dan Reaksi Pasar Modal Di Indonesia”.

a. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengamati reaksi pasar terhadap informasi laba yang telah diumumkan baik oleh perusahaan peratan laba maupun non perataan laba.

b. Hipotesis

1. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return adalah berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan non perataan laba.

2. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan saham adalah berbeda antara perataan laba dengan perushaan non perataan laba.

3. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return pada perusahaan yang menunjukkan positive earnings surprise adalah


(31)

16

berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan non perataan laba.

4. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan saham pada perusahaan yang menunjukkan positive earnings surprise adalah berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan non perataan laba.

5. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan abnormal return pada perusahaan yang memiliki negative earnings surprise adalah berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan non perataan laba. 6. Reaksi pasar modal yang diproksikan dengan volume perdagangan

saham pada perusahaan yang memiliki negative earnings surprise adalah berbeda antara perusahaan perataan laba dengan perusahaan non perataan laba.

c. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaksi pasar modal Indonesia tidak berbeda untuk perusahaan yang melakukan perataan laba maupun yang tidak melakukan perataan laba.

3. Jin dan Machfoedz (1998) “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.

a. Perumusan Masalah

Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, sektor industri, dan leverage operasi perusahaan mempengaruhi parataan laba ?


(32)

17

b. Hipotesis

1. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta.

2. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.

3. Perataan laba dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas perusahaan. 4. Perataan laba dipengaruhi oleh sektor industri

5. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan. c. Kesimpulan

Ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri tidak mempengaruhi praktek perataan laba, kecuali leverage operasi perusahaan yang mempengaruhi perataan laba.

4. Salno dan Baridwan (2000) “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”.

a. Perumusan Masalah

Peneliti ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perataan penghasilan dan kaitannya dengan kinerja (return dan risiko) saham perusahaan publik di Indonesia.

b. Hipotesis

1. Besaran perusahaan, NPM, kelompok usaha, dan klasifikasi winner/losser stocks tidak mempengaruhi perataan penghasilan.


(33)

18

2. Tidak ada perbedaan return antara perusahaan perata penghasilan dan perusahaan bukan perata penghasilan.

3. Tidak ada perbedaan risiko antara perusahan perata penghasilan dan perusahaan bukan perata penghasilan.

c. Kesimpulan

1. Faktor-faktor besaran perusahaan, net profit margin, kelompok usaha, dan winner/losser stocks secara signifikan tidak berpengaruh terhadap perataan penghasilan.

2. Tidak ada perbedaan return antara kelompok perata dan kelompok bukan perata penghasilan.

3. Tidak ada perbedaan risiko antara kelompok perata dan kelompok bukan perata penghasilan.

5. Nasuhiyah Ashari, Hian Chye Koh, Soh Leng Tan, and Wei Har Wong (1994) “Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore”

a. Perumusan Masalah

Penelitian dilakukan untuk menenliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi praktek perataan laba.

b. Hipotesis

1. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.


(34)

19

3. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh sektor industri.

4. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh kondisi geografis antara perusahaan di Malaysia dengan perusahaan di Singapore.

c. Kesimpulan

1. Tidak ada pengaruh signifikan dari ukuran perusahaan terhadap praktek perataan laba.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat profitabilitas perusahaan terhadap praktek perataan laba.

3. Terdapat pengaruh signifikan dari sektor industri terhadapt praktek perataan laba.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan oleh perbedaan geografis terhadap praktek perataan laba.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Niswonger et al. (1999: 18), Laporan Keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi serta arus kas di masa mendatang.

Menurut Horngren et al. (1997: 3), Laporan Keuangan adalah dokumen-dokumen yang melaporkan kegiatan bisnis pribadi atau organisasi ke dalam satuan moneter, jadi yang dimaksud laporan keuangan adalah dokumen usaha yang melaporkan informasi laporan keuangan mengenai suatu entitas kepada


(35)

20

orang-orang dan organisasi-organisasi di luar usaha tersebut (Horngen et al. 1997: 3).

Laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Dengan demikian untuk posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 1993: 1).

Laporan Keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi, laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.

Laporan Keuangan yang sering disajikan adalah (1) Neraca, (2) Laporan Laba Rugi, (3) Laporan Arus Kas, (4) Laporan Ekuitas Pemilik atau Pemegang Saham. Selain itu catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan (Kieso et al. 2000: 3).

Laporan keuangan melaporkan prestasi histories dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (Weston and Copeland 1995: 24). Jadi laporan-laporan akuntansi tidak mencatat niali-nilai ekonomis. Sebaliknya, laporan-laporan itu memberikan informasi histories kuantitatif dasar yang


(36)

21

merupakan sekumpulan input yang penting yang digunakan dalam menghitung nilai-nilai ekonomis.

Beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik. Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolong-golongkan dan diringkas dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.

2.2.2. Tujuan Laporan Keuangan

Dalam PSAK No. 1, tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian serta arus kas.


(37)

22

Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan perorangan adalah laporan laba rugi. Laporan ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus kas. Urut-urutan penyusunan dan sifat data yang terdapat dalam laporan-laporan tersebut adalah: 1. Laporan laba rugi, adalah laporan yang melaporkan pendapatan dan beban

selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan (matching concept). Konsep menandingkan beban dan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi.

2. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net income atau net profit). Jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi bersih (net loss). 3. Laporan ekuitas pemilik, melaporkan ekuitas pemilik dalam jangka waktu

tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca.

4. Neraca, adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu. Seksi aktiva disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aktiva tersebut dikonversi menjadi kas atau digunakan dalam operasi. Kas berada diurutan pertama, diikuti oleh piutang, pelengkapan, asuransi dibayar dimuka, dan aktiva lainnya. Kemudian disajikan aktiva yang sifatnya tetap,


(38)

23

seperti tanah, bangunan dan peralatan. Dan pada seksi kewajiban, utang usaha merupakan satu-satunya kewajiban.

5. Laporan arus kas, laporan ini terdiri dari tiga seksi atau bagia: (a) arus kas dari aktifitas operasi, seksi ini melaporkan ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas yang menyangkut perusahaan, (b) arus kas dari aktifitas investasi, seksi ini melaporkan transaksi kas untuk pembelian dan penjualan aktiva tetap atau permanen. (c) arus kas dari aktifitas pendanaan, seksi ini melaporkan aktifitas kas dari investasi oleh pemilik, peminjam dana, dan pengambilan uang oleh pemilik (Niswonger, 1999: 18).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan, untuk mencapai tujuannya laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa yang lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi perusahaan secara riil. Perusahaan harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas, sehingga laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan ekuitas disusun berdasarkan dasar akrual, sedangkan laporan arus kas berdasarkan dasar kas.


(39)

24

2.2.3. Pemakai Laporan Keuangan

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah:

1. Pemilik Perusahaan, sangat berkepentingan terhadap posisi laporan keuangan perusahaannya, dimana laporan keuangan tersebut diperlukan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang dimilikinya.

2. Manager Perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya periode yang lalu, akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat. Yang paling penting disini bagi manajemen adalah bahwa laporan keuangan tersebut merupakan alat untuk mempertanggung-jawabkan para pemilik perusahaan yang telah diberikan kepadanya.

3. Para Investor (Penanam modal jangka panjang) berkepentingan terhadap prospek keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.


(40)

25

4. Para Kreditur, posisi atau keadaan keuangan perusahaan food and beverage akan dapat diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan perusahaan tersebut.

5. Para Kreditur Jangka Panjang, disamping ingin mengukur perusahaan untuk membayar hutangnya dan beban-bebannya, juga untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup mendapat jaminan perusahaan tersebut, yang digambarkan atau terlihat pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

6. Para Investor, berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangaka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau “rate of return” yang cukup baik.

7. Pemerintah, dimana perusahaan tersebut berdomisili, sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan tersebut, disamping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan yang sangat diperlukan oleh biro pusat statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan pemerintah. (Munawir, 1993: 2).

2.3. Ukuran Perusahaan

Perusahaan itu bermacam-macam besarnya tetapi tidak ada ukuran standar yang berlaku umum yang dipakai untuk menentukan apakah perusahaan itu besar


(41)

26

atau kecil. Semakin besar suatu perusahaan maka semakin banyak alternatif sumber pembelanjaan yang dipilih oleh perusahaan tersebut. Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula jumlah utang yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar lebih mudah memperoleh pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. (Awat, 1999: 124).

Keown, et al. (1991: 240) menyatakan bahwa ada tiga cara mengukur usaha yaitu: nilai buku, nilai likuidasi dan nilai pasar. Walaupun metode penilaian skala usaha berdasarkan nilai buku kurang handal karena nilai aktiva yang tercatat dalam neraca tidak mencerminkan nilai pasar, tetapi metode inilah yang dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Besar kecilnya aktiva dapat dijadikan indikator bagi kesempatan pengembangan badan usaha pada waktu yang akan datang (Awat, 1999: 124) dan

2. Kedua metode yang lain memerlukan informasi pasar yang akurat atau tergantung pada preferensi resiko masing-masing investor.

Sehubungan dengan penggunaan nilai buku sebagai dasar pengukuran keuangan, Ross,et al. (1993: 46) mengemukakan:

“Yang terbaik di dunia, manajer keuangan memiliki banyak informasi nilai pasar mengenai semua asset perusahaan. Ini jarang terjadi. Jadi alasan percaya pada perhitungan akuntansi adalah hampir selalu tidak bisa memperoleh


(42)

27

semua informasi pasar yang diinginkan. Angka akuntansi sering hanya diakui sebagai pemikiran tak berarti dari kenyataan ekonomi, padahal seringkali angka akuntansi tersebut sebagai informasi terbaik yang tersedia.”

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumah tenaga kerja atau jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menanggung resiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan operasinya. Ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memperoleh dana yang dibutuhkan. Ukuran besarnya suatu perusahaan menggambarkan kondisi tingkat kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional, baik yang rutin maupun yang tidak rutin, sangat dipengaruhi oleh jumlah kekayaan yang dimilikinya.

Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tanggapan investor pasar modal atas saham perusahaan bersangkutan. Saham perusahaan besar biasanya mendapatkan lebih banyak perhatian dari para analis pasar modal sehingga investor-investor cenderung memiliki harapan yang sama atas return saham-saham perusahaan besar. Konsekuensinya, saham-saham perusahaan besar menjadi relatif jarang diperdagangkan karena volume perdagangan semakin rendah saat harapan-harapan investor atas saham bersangkutan tidak berbeda (indiverse). Oleh karena saham jarang diperdagangkan maka periode kepemilikan


(43)

28

saham semakin panjang. Sebaliknya, saham-saham perusahaan kecil akan relatif lebih likuid dan lebih pendek dalam periode kepemilikan karena harapan-harapan investor yang berbeda-beda terhadap return saham perusahaan kecil.

Pada penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva). Data-data yang digunakan adalah data total aktiva pada akhir tahun. Penggunaan data tahunan dimaksudkan untuk mencapai konsistensi dengan data-data variabel lainnya.

2.4. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini Barlian dan Sundjaja (2001: 86).

Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan menurut Barlian dan Sundjaja (2001: 86):

Earnings After Tax

Return on Assets (ROA) = × 100 %

Total Assets

Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana atau aktiva yang dimiliki.


(44)

29

Menurut Halim (2000: 159), analisis return on assets mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset atau kekayaan yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa return on asset adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola seluruh kekayaannya dalam menghasilkan laba.

2.5. Rasio Leverage Operasi Perusahaan

Rasio leverage menurut Husnan (1993: 219) yang mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan, mempunyai beberapa implikasi. Pertama, para pemberi akan melihat kepada modal sendiri, yang merupakan dana yang disupply oleh pemilik perusahaan, untuk melihat batas keamanan pemberi kredit. Kedua, dengan menggunakan utang, pemilik mendapatkan manfaat untuk mendapatkan dana tanpa harus kehilangan kendali atas perusahaan. Ketiga, apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari pada beban bunga atas proporsi dana yang dibelajai dengan pinjaman, maka keuntungan bagi pemilik modal sendiri menjadi besar.

Di dalam prakteknya rasio leverage dihitung dengan dua cara. Pertama dengan memperhatikan data yang ada di neraca, mengetahui seberapa banyak


(45)

30

dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua mengukur resiko utang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap utang bisa ditutup oleh laba perusahaan. Kedua kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi dan umumnya para analisis menggunakan keduanya.

Para kreditur lebih menyenangi rasio utang yang rendah, karena semakin rendah rasio utang semakin besar pula perlindungan yang diperoleh para kreditur dalam keadaan likuidasi. Sebaliknya perusahaan lebih menyukai rasio yang tinggi dengan pertimbangan dapat memperbesar tingkat keuntungan (Barlian dan Sundjaja, 2001: 83).

Jumlah Hutang

Rasio Leverage = × 100 %

Total Aktiva

2.6. Net Profit Margin

Net Profit Margin adalah margin laba atas penjualan yang dihitung dari perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih (Barlin dan Sundjaja, 2001: 86). Net profit margin menunjukkan setiap rupiah penjualan menghasilhan laba bersih (earning after tax). Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan untuk mengendalikan kegiatan operasi dan pinjaman perusahaan.

Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin


(46)

31

yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi kedua hal tersebut atau secara umum bisa menunjukkan ketidakkonsistenan manajemen.

Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan menurut Barlin dan Sundjaja (2001: 86):

Net Operating after Taxes

Net Profit Margin = x 100 %

Total Penjualan

2.7. Pengertian Laba

Secara teknis akuntansi, laba adalah selisih bersih antara pendapatan ditambah utang dan biaya ditambah rugi. Dengan kata lain, laba adalah selisih bersih penghasilan dikurangi biaya dan rugi. Laba sebenarnya mengandung makna bersih atau netto yaitu sebagai net income atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba yang diakumulasi selama beberapa periode disebut dengan earnings yang menggambarkan kemampuan menghasilkan laba (penghasilan bersih) dalam beberapa periode (jangka panjang). Oleh karena itu, earnings untuk satu periode disebut juga laba. (Suwardjono, 2002: 74).


(47)

32

Definisi laba atau profit dalam akuntansi konvensional oleh para akuntan merupakan kelebihan pendapatan (surplus) dari kegiatan usaha, yang dihasilkan dengan mengaitkan (matching) antara pendapatan (revenue) dengan beban terkait dalam suatu periode yang bersangkutan (biasanya dalam waktu tahunan).

2.7.1. Perencanaan Laba

Dalam perencanaan laba, kita harus menetapkan strategi, yaitu salah satu dari berbagai cara untuk mencapai sasaran, namun kita juga harus menentukan tujuan, yaitu target yang dapat dikuantifikasi dan dikembangkan dari analisa terhadap situasi sekarang dan yang akan datang. Laba dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendapatan (harga jual atau volume penjualan) dan mengurangi biaya, menghilangkan pengulangan pekerjaan serta ketidakkonsistenan. (Shim, 2001: 40).

2.7.2. Target Laba

Perencanaan laba menetapkan target laba yang juga mempertimbangkan penjualan dan biaya yang diharapkan untuk tahun ke depan dan periode yang lebih lama manager harus memonitor secara teratur kemajuan dalam memenuhi rencana laba, sehingga bila ada penyesuaian yang harus dilakukan dalam usaha penjualan atau biaya dapat segera dilakukan. (Shim, 2002: 43).


(48)

33

Tujuan dalam rencana laba harus jelas, dapat dikuantifikasi, sesuai, praktis, kuat, realistis, dan dapat dicapai disamping juga harus tertulis selain itu tujuan yang sering diubah tidak hanya artinya dan tidak boleh saling berlawanan.

2.8. Perataan Laba

Perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi (Koch, 1981) dalam Suwito dan Herawaty (2005). Tindakan perataan laba yang sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam batasan Generally Accepted Accounting Principle, mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.

Menurut Atmini (2000) dalam Suwito dan Herawaty (2005) tindakan perataan laba mempunyai dua tipe yaitu perataan laba yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen dan perataan laba yang terjadi secara alami. Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat dari proses menghasilkan suatu aliran laba yang merata, sementara perataan laba yang disengaja dapat terjadi akibat teknik perataan laba riil atau teknik perataan laba artifisial.

Perataan laba riil adalah perataan laba yang terjadi apabila manajemen mengambil tindakan untuk menyusun kejadian-kejadian ekonomi sehingga menghasilkan aliran laba yang rata. Perataan laba artifisial adalah perataan laba


(49)

34

yang terjadi apabila manajemen memanipulasi saat pencatatan akuntansi untuk menghasilkan aliran laba yang rata, menurut Atmini (2000) dalam Suwito dan Herawaty (2005).

Menurut Ronen dan Sadan (1981) dan Barnea dalam Belkoui (1993) dalam Suwito dan Herawaty (2005) perataan laba dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

1. Manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya peristiwa tertentu untuk mengurangi perbedaan laba yang dilaporkan.

2. Manajemen dapat mengalokasikan pendapatan dan beban tertentu pada periode akuntansi yang berbeda.

3. Manajemen dengan kebijaksanaannya mengelompokkan item laba tertentu ke dalam kategori yang berbeda.

Brayshaw dan Eldin (1989) dalam Suwito dan Herawaty (2005) mengungkapkan bahwa manjemen perusahaan diuntungkan dengan praktek perataan laba. Mulyani dan Carmel (2003) menyatakan bahwa motivasi perataan laba lebih banyak menguntungkan pemegang saham dan pengguna eksternal utamanya serta manajer itu sendiri. Heyworth dalam Belkoui (1993) dalam Suwito dan Herawaty (2005) memberikan penjelasan bahwa motivasi perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan anatara manajemen perusahaan dengan para kreditur, investor, dan pekerja. Dipandang dari sisi manajemen, Heyworth (1953) yang didukung Ashari et al. (1994) dan Zuhroh (1996) dalam Suwito dan


(50)

35

Herawaty (2005) mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi untuk melakukan praktek perataan laba pada dasarnya ingin mendapat berbagai keuntungan ekonomi dan psikologis.

Sedangkan Dye (1988) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan bahwa perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal, dengan tujuan:

1. Menjelaskan kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba. 2. Mengidentifikasikan pengaruh atas permintaan internal dan eksternal atas

manajemen l;aba pada kebijakan pengumuman laba perusahaan yang optimal. 3. Menjelaskan manfaat dan kerugian bagi pemegang saham akibat dilakukannya

manipulasi laba.

Adapun tujuan perataan laba menurut Foster (1986) adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah.

2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa mendatang.

3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen. 5. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.


(51)

36

2.8.1. Pengukuran Perataan Laba

Tindakan Perataan Laba diuji dengan Indeks Eckel (1981). Eckel menggunakan Coefficient Variantion (CV) variabel penghasilan dan variabel penjualan bersih. Indeks Perataan Laba dihitung sebagai berikut (Eckel, 1981) dalam Suwito dan Herawaty (2005):

CV ∆ I

Indeks Perataan Laba =

CV ∆ S

Notasi:

∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode

∆I = Perubahan penghasilan bersih / laba dalam satu periode

CV = Koefisien variasi dari variabel, yakni standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan.

CVI = Koefisien variasi untuk perubahan laba

CV∆S = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan

Dimana CVS dan CV∆I dapat dihitung sebagai berikut:

CVS atau CV∆I =

lue Expectedva

Variance

CVS atau CV∆I = x

n x x       : 1 ) ( 2 Notasi:

∆X = Perubahan penghasilan bersih / laba (I) atau penjualan (S) tahun n dengan n – 1


(52)

37

x = Rata – rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n – 1

n = Banyaknya tahun yang diamati

Berdasarkan rumus Indeks Eckel dapat disimpulkan bahwa IC < 1 atau CV

∆S > CV ∆I berarti perusahaan tersebut telah melakukan praktik perataan laba,

sebaliknya perusahaan dengan IC > 1 atau CV S < CV ∆I berarti perusahaan

tersebut tidak melakukan praktik perataan laba (Juniarti dan Corolina, 2005), maka kode dari variabel perataan laba adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1: Kode dari Variabel Perataan Laba (Y)

Variabel Perataan Laba (Y) Kode Perusahaan melakukan praktik perataan laba

(IC < 1) 1

Perusahaan tidak melakukan praktik perataan laba

(IC > 1) 0

2.9. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini


(53)

38

didasarkan kepada total asset perusahaan menurut Machfoedz (1998) dalam Suwito dan Herawaty (2005).

Teori corporate finance (keuangan perusahaan) menurut Husnan (1996: 15) teori ini menjelaskan bagaimana keputusan-keputusan keuangan yang diambil oleh “manajer keuangan” (yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen) dimaksudkan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan. Ini ditunjukkan oleh meningkatnya nilai perusahaan atau harga saham (bagi perusahaan yang go public).

Moses (1987) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum/general public).

Hasil lainnya ditemukan oleh Albertch dan Richardson (1990) dalam Suwito dan Herawaty (2005), bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih beasr memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang lebih kritis oleh para investor.


(54)

39

2.10.Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba

Teori Pengharapan (expectacy theory) menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang diharapkan dapat berupa intrinsic (seperti penghargaan atau harga diri), maupun ekstrinsic (upah atau promosi) (Victor H. Vroom, 1964 dalam Robbins, 2003: 229).

Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas dimasa yang akan datang.

Rasio profitabilitas perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitabiltas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Penelitian yang dilakukan Ashari et al. (1994) menemukan bukti bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba.


(55)

40

2.11.Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba

Teori akuntansi positif (positif accounting theory), Watts and Zimmerman (1986) dalam Julia dan Carmel (2005) beranggapan bahwa perilaku manajer atau pembuat laporan keuangan dalam proses pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor perilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan dikenal dengan tiga hipotesis, yaitu:

a. The Bonus Plan Hypothesis

Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini seingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini.

b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)

Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditur bahkan perusahaan akan terancam melanggar perjanjian utang.


(56)

41

c. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)

Pada perusahaan yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

Kondisi leverage sangat mempengaruhi penilaian pemakai laporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi mengakibatkan suatu perusahaan kesulitan memperoleh dana tambahan. Hal ini dikarenakan kreditur menolak memberikan pinjaman lebih banyak, sebab kreditur memerlukan jaminan atas dana yang dipinjamkan. Kondisi demikianlah yang mendorong pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan mempunyai leverage yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada. Dan tuntutan pemilik ini seringkali “memaksa” manajer untuk melakukan tindakan perataan laba. Minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.

Leverage operasi adalah suatu indikator perubahan laba bersih yang diakibatkan oleh besarnya volume penjualan. Ashari et al. (1994) berhasil membuktikan bahwa leverage operasi merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya perataan laba. Zuhroh dalam Suwito dan Herawaty (2005) meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan terjadinya praktek perataan


(57)

42

laba dengan kesimpulan bahwa hanya leverage operasi perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap praktek perataan laba yang dilakukan perusahaan di Indonesia.

2.12.Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Perataan Laba

Teori yang melandasi pengaruh net profit margin terhadap perataan laba adalah Pecking Order Theory (Myers, 1984) teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai serta pendanaan yang diambil oleh perusahaan. Teori ini menyatakan bahwa:

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).

2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis.

3. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi.

4. Apabila pendanaan dari luar (exsternal financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih dahulu. (Husnan, 1996, 324-325)


(58)

43

Praktek perataan laba telah dikenal sebagai praktek yang logis dan rasional, perataan laba juga merupakan fenomena yang umum dilakukan di banyak negara.

Perataan laba merupakan perilaku yang rasional didasarkan pada asumsi tersebut maka motivasi yang mempengaruhi pilihan manajer atas kebijakan tertentu adalah memaksimumkan kepentingannya.

Sedangkan kepentingan manajer tergantung pada nilai perusahaan, dan manajer percaya bahwa pasar mendasarkan pada angka akuntansi. Fluktuasi atas laba dan tidak dapat diprediksinya laba yang akan datang merupakan sebab penentu resiko atas saham. Sesuai pernyataan Beidlman (1973) bahwa perataan laba penghasilan seharusnya memperluas pasar saham perusahaan dan membawa pengaruh yang menguntungkan nilai saham perusahaan (Salno dan Baridwan, 1999 : 2)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkam bahwa tingkah laku manajer untuk mendapatkan laba yang baik mendorong manajer melakukan manajemen atas laba atau manipulasi laba.


(59)

44

2.13.Kerangka Pikir 2.13.1.Premis

Penelitian ini merupakan pengembangan terhadap teori-teori dan penelitian yang pernah dilakukan. Hal ini dapat dibahas pada premis-premis berikut ini:

Premis 1 : Theory Corporate Finance (Keuangan Perusahaan). Teori ini menjelaskan tentang bagaimana keputusan keuangan yang baik yang akan diambil oleh manager keuangan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan. Husnan (1996: 15).

Premis 2 : Perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba karena mereka menjadi subyek pemeriksaan oleh badan pengawas pemerintah serta masyarakat umum. Demikianlah hasil penelitian Moses dalam Suwito dan Herawaty (2005).

Premis 3 : Theory Expectacy (Teori Pengharapan) Menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu kejadian. (Victor H. Vroom, 1964 dalam Robbins, 2003: 229).

Premis 4 : Perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba. Ashari et al. dalam Suwito dan Herawaty (2005).


(60)

45

Premis 5 : Theory Positive Accounting (Teori Akuntansi Positif). Terdapat 3 hipotesis tentang faktor-faktor manager dalam mengatur tingkat keuntungan yang dikenal dengan hipotesis model bonus, hipotesis biaya politis, dan hipotesis rasio hutang terhadap aktiva. Watt and Zimmerman (1978).

Premis 6 : Hanya leverage operasi perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap praktek perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia. Zuhroh (1996).

Premis 7 : Pecking Order Theory, menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarkhi sumber dana yang paling disukai serta pendanaan yang diambil oleh perusahaan. Myers (1984).

Premis 8 : Secara logis net profit margin dapat merefleksikan motivasi manajer untuk meratakan penghasilan, dengan menggunakan berbagai instrumen laporan keuangan. Ronen dan Sadan (1975).


(61)

46

2.14.Diagram Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pikir

2.15.Hipotesis

Berdasarakan landasan teori dan penelitian terdahulu yang dijabarkan di sub bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan profitabilitas,

leverage dan net profit margin terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. Variabel Rasio Leverage berpengaruh lebih dominan terhadap

perataan laba pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Ukuran Perusahaan

(X1)

Net Profit Margin (X4) Leverage Operasi

(X3) Profitabilitas

(X2)

Analisis Regresi Logistik

Perataan Laba (Y)


(62)

47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan. Ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 1999: 152).

A. Variabel Bebas (X)

Adapun variabel bebas terdiri dari : 1. Ukuran Perusahaan (X1)

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan dengan satuan rupiah (Jin dan Machfoedz, 1998).

Ukuran perusahaan = Total Aktiva 2. Rasio Profitabilitas (X2)

Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini. Pengukuran menggunakan skala rasio dengan satuan prosentase (%).


(63)

48

Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan menurut Barlian dan Sundjaja (2001: 86):

Return on Assets (ROA) = x 100% Assets Total Tax After Earning

3. Rasio Leverage Operasi Perusahaan (X3)

Yaitu mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan, mempunyai beberapa implikasi. Pengukuran menggunakan skala rasio dengan satuan prosentase (%). Perumusannya adalah:

Rasio leverage =

Aktiva Total

hutang Jumlah

x 100 %

Barlian dan Sundjaja (2001: 83)

4. Net Profit Margin (X4)

Net Profit margin adalah margin laba atas penjualan yang dihitung dari perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih (Barlian dan Sundjaja, 2001: 86).

Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio dengan satuan prosentase (%). Perumusannya adalah:

Net Profit margin =

Penjuaalan Total Taxes after Operating Net x 100%


(64)

49 B. Variabel Terikat (Y)

Perataan Laba (Y)

Merupakan cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Pengukuran variabel adalah menggunakan skala ratio, dengan satuan desimal. Perataan Laba sebagai variabel terikat yang diukur menggunakan Indeks Eckel dengan menggunakan laba operasi sebagai variabel yang digunakan untuk mewakili earnings. Perataan Laba dapat dihitung melalui:

Indeks IC = (CV ∆I/CV∆S)

Notasi:

∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode

∆I = Perubahan penghasilan bersih / laba dalam satu periode

CV = Koefisien variasi dari variabel, yakni standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan.

CVI = Koefisien variasi untuk perubahan laba

CVS = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan

Dimana CV∆S dan CV∆I dapat dihitung sebagai berikut:

CVS atau CV∆I =

lue Expectedva

Variance

CV∆S atau CV∆I = x

n x x       : 1 ) ( 2


(65)

50

Notasi:

∆X = Perubahan penghasilan bersih / laba (I) atau penjualan (S) tahun n dengan n – 1

x = Rata – rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n – 1

n = Banyaknya tahun yang diamati

Berdasarkan rumus Indeks Eckel dapat disimpulkan bahwa IC < 1 atau CV S > CV ∆I berarti perusahaan tersebut telah melakukan praktik

perataan laba, sebaliknya perusahaan dengan IC > 1 atau CV S < CV ∆I

berarti perusahaan tersebut tidak melakukan praktik perataan laba (Juniarti dan Corolina, 2005), maka kode dari variabel perataan laba adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2: Kode dari Variabel Perataan Laba (Y)

Variabel Perataan Laba (Y) Kode Perusahaan melakukan praktik perataan laba

(IC < 1) 1

Perusahaan tidak melakukan praktik perataan laba

(IC > 1) 0

Satuan pengukuran variabel perataan laba adalah desimal dan skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang ditetapkan (Nazir, 1999: 325). Perusahaan yang menjadi populasi


(1)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Agnes Utari Widyaningdyah, 2001, “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Publik di Indonesia”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.3, No.1, November.

Albercht, W.D. dan F.M. Richardson., 1990, “Income Smoothing by Economic Sector”, Journal of Business Finance dan Accounting, Winter, 713-730. Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Skripsi. Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur. Ashari, N., Koh H.C., Tan S.L., dan Wong W.H., 1994, “Factors Affecting

Income Smoothing among Listed Companies in Singapore, Journal of Accounting and Business Research, Autumn, 291-304.

Atmini, Sari, 2000, “ Standar Akuntansi Yang Memberi Peluang Bagi Manajemen Untuk Melakukan Praktik Perataan Laba”, No. 18 Januari – Mei.

Awat, Napa J., 1999, Manajemen Keuangan, Pendekatan matematis, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Barlian dan Sundjaja, 2001, Manajemen Keuangan Satu, Edisi ketiga, PT. Prenhallindo, Jakarta.

Barnea, A., J. Ronen dan S. Sadan, 1975, “The Implementation of Accounting Objectives An Application to Extraordinary Items”, The Accounting Review, January.

Beidleman C.R., 1973, “Income Smoothing: The Role of Management”, The Accounting Review, Oktober.

Belkaoui, A., 1984, “The Smoothing Of Income Numbers: Some Empirical Evidence of Systematic Differences between Core and Periphery Industrial Sector”, Journal of Business Finance and Accounting, Winter. Belkaoui, A., R., 1993, Accounting Theory, 3th Edition.

Brayshaw, R.E., dan Ahmed E. K. Eldin, 1989, “The Smoothing Hypothesis and The Role Of Exchange Differences”, Journal of Business Finance and accounting, Vol. 16, No. 5, Page 621-633.


(2)

xiv

Djarwanto, 2000, Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Dye, R., 1988, “Earnings Management in an Overlapping Generations Model”, Journal of Accounting Research, Autumn.

Eckel, N., 1981, “The Income Smoothing Hypothesis Revisited”, Juni.

Foster, 1986, “Financial Statement Analysis” Englewood, New Jersey, Prentice Hall International.

Ghozali, I., 2001, Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995, Basic Econometric, Third Edition, McGraw-Hill Inc. Gujarati, D, 1995, Basic Economics, Mc Graw Hill International Book

Company,Third Edition, Tokyo.

Halim, Abdul, 2003, Analisis Investasi, penerbit Salemba Empat.

Halim, Mamduh, 2000, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit UPP AMPP YKPN, Yogyakarta.

Hector, G., 1989, “Cute Tricks on the Bottom Line”, Fortune, April 24, pp. 195, 196 and 200.

Heyworth, G., K., 1953. “Smoothing Periodic Income”, The Accounting Review, Januari.

Horngren, et al., 1997, Akuntansi di Indonesia, buku satu, penerbit salemba empat Hosmer, Lemeshow., 1989, Applied Logistic Regression, Jons Wiley & Sons,New

York.

Husnan, Suad, Mamduh M. Hanafi dan Amin Wibowo, 1996, Dampak Pengumuman Laporan Keuangan Terhadap Kegiatan Perdagangan Saham Dan Variabilitas Tingkat Keuntungan, Kelola, No. 11/V.

Husnan, Suad, 1996, Manajemen Keuangan – Teori dan Penerapan, edisi keempat, buku satu, penerbit BPFE, Yogyakarta.


(3)

xv

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2002, Standar Akuntansi Keuangan. Per 1 April 2002, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ilmainir, 1993, “Perataan Laba dan Faktor-Faktor Pendorongnya pada Perusahaan Publik di Indonesia”, Tesis S2, Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Jin, Liauw She dan Mas’ud Machfoedz, 1998, “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1, No. 2, Juli, hal 174-191.

Jusuf, Hariyanto, 2002, “Efisiensi Pasar Modal di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi STEI No. 1/Th.XI/19/Januari-Maret.

Kieso, Donald. E, et al., 2002, Akuntansi Intermediate, edisi kesepuluh, jilid I&II, terjemahan Gina Gania dan Ichsan Setiyo Budi, penerbit Erlangga.

Koch, Bruce, S., 1981, “Income Smoothing An Experiment”, The Accounting Review, Vol. LVI, No. 3, July, page 574-586.

Lev, B. and S, Kunitzky, 1974, “On the Associating Between Smoothing Measures and the Risk of Common Stock”, Accounting Review, April: 259-270.

Machfoedz, Mas’ud, 1994, “Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes in Indonesia”, Kelola: Gajah Mada University Business Review, No.7/III.

Martin, John D, Keown, Arthur J, Petty, J. William, Scott, David F., 1991, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kelima, Jilid Kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Moses, O., D., 1987, “Income Smoothing and Incentives : Empirical Test Using Accounting Changes”, The Accounting Review, April, 358-377.

Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, penerbit Liberty, Yogyakarta.

Munawir, 1993. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan ke-4, Penerbit Liberty, Yosyakarta.

Nazir, Muhammad, 1999, Metodologi Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.


(4)

xvi

Niswonger, Warren, Reeve, Fess, 1999, Prinsip-prinsip Akuntansi. Jilid 1 Edisi 19, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Parawiyati dan Zaki Baridwan, 1998, “Kemampuan Laba Dan Arus Kas Dalam Memprediksi Laba Dan Arus Kas Perusahaan Go Public Di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1 No. 1, Januari:1-11.

Riyanto, Bambang, 1997, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Ronen, J., dan Sadan, S.,1981, “Smoothing Income Numbers: Objectives, Means and Implication”, Addison-Wesley.

Ross, Stepenn A., et. Al., 1993, Fundamental of Coperate Finance, 2th Edition, Richard D Irwin, Inc, New York.

Salno, H.N., dan Zaki Baridwan, 2000, “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaintannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3m No. 1, Januari,hal 17-34.

Santoso, S., 2002. Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT. Elexmedia Komputindo, Jakarta.

Shim, Jae K dan Siegel, 2001. Budgeting. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Subekti, Imam, 2005, Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba Dan Reaksi Pasar Modal Di Indonesia, SNA VIII, Solo, September 15 – 16.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi: Beserta Contoh Interpretasi Hasil Pengolahan Data, Surabaya.

Surifah, 2001, “Study Tentang Indikasi Unsur Manajemen Laba Pada Laporan keuangan Perusahaan yang Go Publik di Indonesia”, JAAI Vol.5 No.1, Juni 2001

Suwarjono, 2002, Pengantar Akuntansi. Bagian 1, Penerbit BPFE, Yogyakarta Suwito dan Herawaty, 2005, “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan

Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntasi VIII, September.


(5)

xvii

Veronica dan Bachtiar, 2003, “Hubungan Antara Managemen Laba Dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi VI.

Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman, 1978, Positive Accounting Theory, USA: Prentice-Hall.

Weston, J. Fred dan Copeland, E. Thomas, 1995, Manajemen Keuangan, edisi revisi, edisi kesembilan, jilid satu, penerbit Binarupa Aksara.

Zuhroh, D., 1996. “Faktor-faktor yang berpengaruh pada Tindakan Perataan laba pada Perusahaan Go Public di Indonesia”, Tesis S2, Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.


(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 29

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 8

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 10

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR BERTUMBUH DI BURSA PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR BERTUMBUH DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 7

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) yang Dilakukan oleh Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 1 27

TESIS S431208012 LINTANG KURNIAWATI

0 0 96

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 28

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN KONSENTRASI KEPEMILIKAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 13

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 15