2.9 Koordinasi Kebijakan Dalam Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Beberapa hasil studi telah melahirkan beberapa kajian baru tentang koordinasi kebijakkan fiskal dan moneter. Dalam jangka panjang Hagen dan Mundshenk, 2003
terget kebijakan moneter yang dibuat bank sentral adalah untuk mengendalikan tingkat inflasi tanpa memikirkan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu kebijakan
pengeluaran pemerintah dalam kebijakan fiskal suatu negara bertujuan untuk meningkatkan output kepada sektor swasta dan sektor publik tetapi tidak dalam
tingkat output dan mendistribusikan output kepada sektor swasta dan sektor publik dalam jangka panjang, bank sentral akan dapat mencapai sasaran kebijakannya yaitu
stabilitas harga, tanpa bertentangan dengan kebijakan fiskal. Pemerintah dapat menggunakan alternatif kebijakan fiskal cocok dan sesuai yang dibutuhkan negara
saat itu. Pada posisi tersebut, tidak diperlukan adanya koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
2.10 Efektivitas Kebijakan Moneter dan Fiskal
Para ekonom telah lama memperdebatkan apakah kebijakan moneter atau fiskal yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap permintaan agregat. Menurut
model IS-LM jawaban atas pertanyaan ini tergantung parameter dari kurva IS dan LM.
Efektivitas Kebijakan fiscal dilihat dari kurva IS Y=CY-T+IR+G
1 Y=[a+bY-T]+c-dr+G
2
Universitas Sumatera Utara
Y-bY=a+c+G-bT-dR 3
+ +
+ 4
Persamaan diatas menunjukan kurva IS secara aljabar. Persamaan ini menyatakan tingkat pendapatan Y pada tingkat bunga R serta kebijakan fiskal G
dan T berapa pun. Dengan mempertahankan kebijakan fiscal tetap, semakin tinggi tingkat bunga, semakin rendah tingkat pendapatan. Kurva IS menggambarkan
persamaan ini untuk nilai-nilai yang berbeda dari Y dan R berdasarkan nilai tetap dari G dan T. Dari persamaan ini bisa diverifikasi kurva IS
1. Koefisien bunga negatif, kurva iS akan miring ke bawah; tingkat bunga lebih tinggi mengurangi pendapatan.
2. Karena koefisien belanja pemerintah adalah positif, kenaikan belanja pemerintah akan mengeser kurva IS ke kiri
3. Koefisien pajak adalah negatif kenaikan pajak akan mengeser kurva IS ke kiri Koefisien tingkat bunga,-d1-b, menunjukan kecuraman atau datarnya kurva
IS. Jika investasi sangat sensitive terhadap tingkat bunga, maka d menjadi besar, dan pendapatan juga sangat sensitive terhadap tingkat bunga. Dalam kasus ini, perubahan
kecil pada tingkat bunga menyebabkan perubahan besar dalam pendapatan kurva IS lebih datar. Sebaliknya, jika investasi tidak sangat sensitif terhadap tingkat bunga, d
menjadi kecil, dan pendapatan juga tidak sangat sensitif terhadap tingkat bunga. Dalam kasus ini perubahan besar pada tingkat bunga menyebabkan perubahan kecil
dalam pendapatan: kurva IS relatif curam. Demikian pula, kemiringan kurva IS
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada kecenderungan mengkonsumsi marjinal b. semakin besar mengkonsumsi marginal semakin besar perubahan pendapatan yang disebabkan
tingkat bunga. Alasannya adalah bahwa akan menimbulkan pengganda yang besar atas perubahan investasi. Semakin besar pengganda, semakin besar dampak
perubahan investasi terhadap pendapatan dan kurva IS menjadi mendatar. Kecenderungan mengkonsumsi marginal b juga menentukan sejauh mana
perubahan kebijakan fiskal menggeser kurva IS . Koefisien G. 11-b, adalah pengganda belanja pemerintah dalam perpotongan Keynesian. Demikian pula,
koefisien T,-b1-b, adalah pengganda pajak dalam perpotongan Keynesian. Semakin besar kecenderungan mengkonsumsi marginal, semakin besar pengganda, dan
semakin besar pergeseran kurva IS yang berasal dari perubahan kebijakan fiskal. Efektivitas Kebijakan fiskal dilihat dari Kurva LM
Untuk melihat efektivitas kebijakan fiskal dapat diuraikan secara aljabar dari persamaan sebagai berikut
MP=Lr, Y 1
Lr, Y=eY-f r 2
Dimana e dan f adalah angka lebih besar dari nol. Nilai e menentukan berapa besar permintaan uang meningkat ketika pendapatan naik. Nilai f menentukan berapa
banyak permintaan uang turun ketika tingkat bunga naik. Ekuillibrium pasar uang sekarang dijelaskan dengan
MP =eY- f r 3
R=efY-1fMP 4
Universitas Sumatera Utara
Persamaan ini memberi kita tingkat bunga yang menyeimbangkan pasar uang untuk setiap nilai pendapatan dan keseimbangan berdasarkan riil. Kurva LM
menggambarkan persamaan ini untuk nilai Y dan R yang berbeda berdasarkan nilai MP yang tetap. Dari koefisien pendapatan ef dapat menentukan kurva LM curam
atau datar. Jika permintaan uang tidak sangat sensitif terhadap tingkat pendapatan, maka e adalah kecil. Dalam kasus ini, hanya diperlukan perubahan kecil dalam
tingkat bunga untuk mengurangi kenaikan kecil dalam permintaan uang yang disebabkan oleh perubahan pendapatan ; kurva LM relatif datar. Demikian pula, jika
kuantitas uang yang diminta tidak sangat sensitive terhadap tingkat bunga, f adalah kecil. Dalam kasus ini, pergeseran pada permintaan uang yang disebabkan oleh
perubahan pendapatan akan menimbulkan perubahan besar pada tingkat bunga ekuillibrium; kuva LM relatif Curam.
Dalam melihat efektivitas kebijakan kita membandingkan pada tiga daerah yaitu daerah klasik, intermediate range dan daerah keynes. Daerah liquidity trap
merupakan daerah yang idenya pertama sekali dikemukan oleh Keynes. Keynes menganggap ada satu daerah pada kurva LM yang memiliki tingkat bunga yang
sangat rendah dan tidak mungkin turun lagi. Daerah ini yang disebut daerah liquidity trap. Situ daerah klasik memili kurva LM yang tegak lurus. Hal ini dikarenakan
pemahaman kaum klasik bahwa teori permintaan uang, permintaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga. Menurut paham ini, permintaan uang dipengaruhi oleh
pendapatan. Karena tidak ada hubungannya dengan suku bunga, maka kurva LM bentuknya tegak lurus. Daerah intermediate range adalah daerah yang menunjukan
Universitas Sumatera Utara
kurva LM dipengaruhi oleh suku bunga. Untuk melihat keefektifan ekonomi dapat kita lihat pada gambar berikut:
IS IS
1
IS IS
1
IS IS
1
R
Y Y
Y
1
Y
0a
Gambar 2.10. Kurva Efektivitas Kebijakan Fiskal
Y
0c
=Y
1d
Y
1b
Gambar 2.10 menunjukkan apabila kurva IS bergeser ke kanan berarti kebijakan fiskal ekspansif. Jika kita perhatikan pada masing-masing daerah,
kebijakan fiskal sangat efektif pada daerah keynesian dan efektif pada daerah intermediate range. Hal ini terlihat dari besarnya perubahan keseimbangan
pendapatan nasional didaerah keynesian. Sementara itu, kebijakan fiskal sama sekali
Universitas Sumatera Utara
tidak efektif pada daerah klasik. Ketika ada kebijakan fiskal, keseimbangan pendapatan nasional tidak berubah.
R IS
3
LM LM
1
IS
2
IS
1
y
1
y
2
y
4
y
3
y
5
y
Gambar 2.11. Kurva Efektifitas Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang ekspansif ditandai dengan bergeser kurva LM dari
Ke . Apabila dibandingkan pada ketiga daerah maka kebijakan moneter
sangat efektif didaerah klasik dan efektif pada daerah intermediate. Sementara itu, kebijakan moneter sama sekali tidak efektif pada daerah keynesian.
2.11 Penelitian Terdahulu Romer dan Romer 2007