commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pengajaran sastra merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain pengajaran bahasa, pengajaran
sastra pun tak kalah penting untuk dipelajari oleh para siswa. Akan tetapi, selama ini pengajaran sastra dirasa masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Attar Semi 2002: 134 mengatakan bahwa kualitas pengajaran sastra dinilai rendah dikarenakan berbagai faktor seperti kurikulum, sarana belajar, dan guru.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP telah menekankan aspek afektif dan psikomotor selain juga kognitif dalam setiap evaluasinya. Baedhowi,
2006: 812. Hal ini juga didukung fakta bahwa sedikit sekali bahan sastra yang dipelajari siswa. Siswa hanya mengetahui kulitnya saja tanpa tahu hakikat sastra
tersebut. Problem pengajaran sastra di sekolah harus segera diselesaikan agar problem
ini tidak akan terjadi lagi pada generasi-generasi mendatang. Pada dasarnya permasalahan pengajaran sastra adalah masalah yang sudah dari dulu terjadi.
Suwardi Endraswara 2002: 59 mengungkapkan bahwa problem pengajaran di sekolah selalu terkait dengan ketersediaan karya sastra, sistem pengajaran,
kurikulum yang kurang memberi ruang terhadap sastra dan kemampuan guru. Hal-hal inilah yang menyebabkan sempitnya ruang untuk siswa menyalurkan
ekspresi mereka dalam menulis puisi. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia
Herman J. Waluyo, 2003: 1. Menurut Rakhmat Joko Pradopo 1997:1 banyak puisi Indonesia modern kian diminati oleh semua lapisan masyarakat Indonesia.
Namun demikian pengajaran menulis puisi dirasa masih rendah. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya pengajaran menulis puisi
tersebut. Cara penyajian materi yang tidak tepat sasaran, sarana belajar yang kurang mendukung, kurangnya contoh puisi, kurangnya media yang digunakan
untuk mendukung materi tersebut, dan guru yang terkesan kurang memahami
commit to user
akan puisi merupakan faktor kendala yang cukup dominan dalam pembelajaran sastra khususnya puisi.
Seharusnya pembelajaran sastra dilakukan dengan sekreatif mungkin. Pembelajaran sastra yang bersifat konvensional segera ditinggalkan. Ditinjau dari
segi media yang digunakan untuk mendukung siswa dalam menulis puisi, hendaknya guru memilih media yang menyebabkan siswa merasa antusias untuk
menulis puisi. Banyak siswa mengalami kegagalan dalam menulis puisi. Indikator
tersebut di antaranya ialah siswa kurang tertarik akan materi puisi yang diberikan oleh guru. Siswa kurang antusias dalam menulis puisi karena keterbatasan media
dan keterbatasan informasi yang mereka miliki tentang hal-hal yang diperlukan untuk menulis puisi. Siswa cenderung menulis puisi yang singkat tanpa
mengindahkan unsur-unsur yang seharusnya ada dalam sebuah puisi. Prosedur pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu guru hanya
mengajarkan teori pada satu jam pelajaran atau dalam dua jam pelajaran. Pada umumnya setelah guru menerangkan teori guru langsung menyuruh siswa menulis
puisi. Selanjutnya puisi yang telah ditulis oleh siswa dikumpulkan dan tidak dibahas kembali.
Dari prosedur ini, tampak bahwa siswa hanya diberi kesempatan untuk menulis tanpa adanya media yang digunakan untuk memudahkan siswa untuk
menulis puisi. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap puisi.
Pada prinsipnya pembelajaran sastra yang dilaksanakan dengan baik niscaya akan memberikan kontribusi yang bermakna bagi proses pendidikan
dalam keseluruhannya Riris K. Toha Sarumpaet, 2002: 45. Selanjutnya Riris K. Toha Sarumpaet 2002: 46 juga menjelaskan bahwa pembelajaran sastra yang
baik harus memenuhi dua syarat, yaitu dilaksanakan dengan kreatif dan bahan- bahan yang diberikan hendaknya karya-karya yang dipradugakan dapat membuat
siswa menjadi lebih kritis. Salah satu upaya yang dapat diusahakan guru agar dapat meningkatkan
minat siswa untuk menulis puisi adalah dengan variasi media dalam
commit to user
pembelajaran. Media pembelajaran yang dirasa cukup efektif menurut peneliti adalah dengan media lagu. Media ini digunakan untuk membantu siswa agar
mereka lebih mudah untuk menulis puisi. Selain dengan variasi media, hal lain yang berpengaruh terhadap
pembelajaran menulis puisi adalah pemahaman bahasa figuratif. Peningkatan kemampuan menulis puisi dengan media lagu mustahil dapat berjalan dengan
lancar tanpa adanya pemahaman bahasa figuratif yang cukup. Seorang siswa tentu akan lebih mudah dalam menulis puisi jika memiliki pemahaman bahasa
figuratif yang baik. Banyak kata kreasi dan figuratif yang dapat digunakan untuk mendukung kesempurnaan puisi yang mereka buat. Walaupun demikian, memang
pemahaman bahasa figuratif ini bersifat atributif yang setiap anak memiliki tingkatan yang berbeda.
Materi ini sangat menarik untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut. Selain untuk mengetahui pengaruh media lagu dan pemahaman bahasa figuratif dalam
pembelajaran menulis puisi juga dapat digunakan untuk alternatif media dalam membelajarkan puisi. Sebagai pembanding atau kelas kontrol adalah dengan
menggunakan media gambar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi guru maupun pihak yang terkait. Untuk itu diperlukan pengujian
terhadap kedua variabel tersebut. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul Pengaruh Media Pembelajaran Lagu terhadap Kemampuan Menulis Puisi
Ditinjau dari Pemahaman Bahasa Figuratif.
B. Identifikasi Masalah