Pengaruh Status HIV denganPenyakit Sifilis Pengaruh Penggunaan Kondom dengan Penyakit Sifilis

Sejumlah literatur menyatakan bahwa rata-rata LSL masuk ke dalam persentase populasi yang mempunyai tingkat pendidikan rendah. Pada studi praktek seksualitas pada komunitas LSL di Pakistan, menyebutkan bahwa sejumlah dua per tiga atau 68,5 responden berpendidikan rendah Z, Ahmad. 2011. Hal ini sejalan dengan Penelitian lain memyebutkan bahwa pada orang yang tidak mengenyam pendidikan tingkat dasar no primary education berpengaruh dengan risiko terjadinya Sifilis J Todd et al : 2001. Penelitian pada kelompok LSL Kristen et al, 2001 menyebutkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah berpengaruh dengan HIV OR=2,08, 95 CI 1,17-3,68. Sebuah Studi Kasus Kontrol pada kelompok LSL di Perancis menyebutkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah berpengaruh dengan Sifilis OR=5,38, 95 CI 1,94-14,94 Karen C, et al, 2012.

5.3 Pengaruh Status HIV denganPenyakit Sifilis

Hasil penelitian menunjukkan variabel Status HIV tidak berpengaruh dengan penyakit Sifilis p=0,096. Penelitian yang dilakukan di Peru pada LSL bahwa Infeksi HIV berpengaruh dengan infeksi Sifilis Silva Santisteban, et al, 2012. Menurut hasil penelitian Suswardana et.al 2007 menyatakan bahwa sebanyak 24,5 pada komunitas LSL di Yogyakarta positif HIV, 16,3 menderita Sifilis dan 6,12 menderita Kondiloma Akuminata. Trend kasus HIV di Indonesia pada kelompok LSL yang dibandingkan di Kota yang sama cenderung menurun, pada Universitas Sumatera Utara hasil STBP 2007 diketahui prevalensi HIV pada populasi LSL adalah sebesar 24,3 dan pada tahun 2011 sebesar 23,2 namun demikian kasus Sifilis meningkat 1 dari 27 pada STBP 2007 menjadi 28 pada STBP 2011. Demikian juga pada penelitian Sifilis pada LSL Pekerja Seks di Italia Utara yang menyebutkan bahwa proporsi yang terkena HIV sebesar 42,3 11 dari 26 pada mereka yang positif TPHA dan 20,3 pada mereka dengan hasil TPHA negatif OR=2,87, CI 0,94-8,85, P0,04 Saleri et.al, 2006. Studi lain yang mendukung menyebutkan prevalensi HIV berasosiasi dengan Sifilis yaitu 40 dari LSL memiliki status HIV positif dan 25 memiliki VDRL positif Kumta, et,al,2006. Sebuah penelitian di Amerika Latin tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi sifilis pada kelompok LSL adalah sebesar 42,3 sementara pada kelompok non LSL sebesar 18.1 Toibaro J,2009. Sementara Ruan Y et.al 2007 dalam penelitiannya tentang korelasi HIV dan Sifilis pada LSL di Cina menyebutkan bahwa Infeksi HIV secara bermakna dikaitkan dengan seropositif sifilis OR 3,8, 95 CI, 1,3-10,8.

5.4 Pengaruh Penggunaan Kondom dengan Penyakit Sifilis

Proporsi responden yang mempunyai status HIV positif pada kelompok kasus sebanyak 15,0, angka ini lebih tinggi bila dibandingkan kelompok kontrol 16,0, dan proporsi responden yang mempunyai status HIV negatif pada kelompok kasus sebanyak 70,0, angka ini lebih rendah bila dibandingkan kelompok kontrol 84,0. Hasil analisis tabel silang menunjukkan bahwa pada penelitian ini terdapat Universitas Sumatera Utara Pengaruh antara penggunaan kondom dengan penyakit sifilis p = 0,001; 95 CI = 4,075 – 29,263. Pada penelitian ini OR=10,92, artinya orang yang menderita sifilis 10,92 kali kemungkinan tidak menggunakan kondom dibandingkan dengan orang yang tidak menderita sifilis. Dalam beberapa literatur, penggunaan kondom telah banyak dikemukakan dapat mencegah penyakit infeksi menular seksual. Namun demikian perbandingan data dari 2 survey STBP di tempat yang sama tentang penggunaan kondom pada LSL tidak juga menunjukkan penurunan prevalensi sifilis perbandingan prevalensi sifilis dan penggunaan kondom pada seks komersial terakhir di lokasi penelitian yang sama pada Kelompok LSL yaitu pada Prevalensi 27, penggunaan kondom pada seks komersial terakhir diketahui sebesar 37 STBP 2007 dan pada Prevalensi 28 dengan penggunaan kondom pada seks komersial terakhir sebesar 41 STBP 2011. Asumsi adanya error dalam teknik praktek penggunaan kondom kemungkinan terjadai pada LSL walaupun penggunaan kondom tinggi. Sebuah studi tentang kondom yang dilakukan pada laki-laki melaporkan adanya error dalam penggunaan yaitu slip, bocor dan jatuh dimana dari 158 responden 60 tidak mendiskusikan kondom sebelum memulai Pengaruh seks, 43 memakai kondom setelah melakukan seks, 15 mengeluarkan kondom sebelum Pengaruh seks selesai, 40 tidak menyisakan ruang kosong untuk udara pada ujung kondom yang dapat menyebabkan terjadinya luber, 30 memakai kondom terbalik dan membalikkan kondom tersebut saat berpengaruh seks sehingga penggunaan kondom menjadi tidak aseptis Richard Crosby et al, 2007. Universitas Sumatera Utara

5.5 Pengaruh Penggunaan Napza Suntik dengan Penyakit Sifilis

Dokumen yang terkait

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV/AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

7 56 148

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 18

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 2

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 0 13

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 46

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 2 4

Persepsi Lelaki Seks Lelaki (LSL) tentang HIV AIDS dan VCT dalam Peningkatan Demand pada Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Klinik IMS dan VCT Puskesmas Teladan Kota Medan

0 1 18

Lampiran 1 KUESIO NER DETERMINAN PENYAKIT SIFILIS PADA KELOMPOK LELAKI SUKA LELAKI (LSL) DI KLINIK INFEKSI MENULAR SEKSUAL – VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (IMS-VCT) VETERAN KOTA MEDAN TAHUN 2014

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Sifilis - Determinan Penyakit Sifilis pada Kelompok Lelaki Suka Lelaki (LSL) di Klinik Infeksi Menular Seksual-Voluntary Counselling and Testing (IMS-VCT) Veteran Kota Medan

0 0 30

Determinan Penyakit Sifilis pada Kelompok Lelaki Suka Lelaki (LSL) di Klinik Infeksi Menular Seksual-Voluntary Counselling and Testing (IMS-VCT) Veteran Kota Medan

0 0 17