Secara garis besar ada 2 macam Tes Serologi Sifilis yaitu :
a. Non Treponemal Test atau Reagin Test
Tes Reagin terdiri dari antibodi Ig M dan Ig A yang ditujukan terhadap beberapa antigen yang tersebar luas dalam jaringan normal. Dapat ditemukan pada
serum penderita sifilis yang belum mendapat pengobatan , 2-3 minggu setelah infeksi. Contohnya adalah Tes Flokulasi dan Tes Fiksasi Komplemen. Kedua tes ini dapat
memberikan hasil secara kuantitatif yaitu dengan menentukan kadar reagin dalam serum yang secara berturut-turut diencerkan 2 kali. Pengenceran tertinggi yang masih
menunjukkan hasil positif merupakan titer serum yang bersangkutan. Positif palsu dapat terjadi pada infeksi lain seperti Malaria, Lepra, Morbili, Mononukleosis
infeksiosa, vaksinasi dan penyakit kolagen SLE Systemic Lupus Erythematosus, Polyarteritis Nodosa.
Tes Flokulasi
Tes ini didasarkan atas kenyataan bahwa partikel antigen yang berupa lipid mengalami flokulasi dalam beberapa menit setelah dikocok dengan reagin. Tes
flokulasi yang positif dapat menjadi negatif pada 6- 24 bulan setelah pengobatan yang efektif pada sifilis early. Contoh tes flokulasi adalah VDRL Venereal Disease
Research Laboratory test dan RPR Rapid Plama Reagin Test.
Tes Fiksasi Komplemen
Didasarkan pada kenyataan bahwa serum yang mengandung reagin dapat mengikat komplemen bila ada cardiolipin pada antigen.Jika serum yang diperiksa
bersifat antikomplemen dapat mengakibatkan terjadinya positif palsu. Contoh Tes
Universitas Sumatera Utara
Wassermann, dimana digunakan eritrosit domba sebagai indikator dan hasil tes positif jika tidak terjadi hemolisis dan negatif bila ada hemolisis.
b . Treponemal Antibodi Test
Pada Tes digunakan antigen yang berasal dari kuman Treponemal yang masih hidup maupun yang sudah dimatikan atau salah satu fraksi dari kuman
treponema sehingga diperoleh hasil tes yang spesifik. Yang termasuk dalam tes ini adalah Tes Fluoresensi Antibodi Treponema FTA Abs, TPHA Treponemal
pallidum Passive Hemagglutination Assay, Tes Imobilisasi Treponema pallidum TPI dan Tes Pengikatan Komplemen Treponema pallidum atau RPCF Reiter
Protein Complement Fixation Test. Tes Fluoresensi Antibodi Treponema Fluorescent Treponemal Antibody
Absorption Test Merupakan tes imunnofluoresensi indirect yang sangat spesifik dan sensitif terhadap antibodi Treponema.Serum penderita diabsorpsi terlebih dahulu
dengan antigen Reiter yang telah diolah dengan getaran frekuensi tinggi sonifikasi.Kuman Treponema yang telah dimatikan direaksikan dengan serum
penderita dan gamma globulin yang telah dilabel. Kuman akan berfluoresens jika terkena sinar violet. Hasil tes ini positif pada sifilis early dan tetap positif sampai
beberapa tahun setelah pengobatan yang efektif sehingga hasil tes ini tidak dapat digunakan untuk menilai pengobatan.Pada bayi baru lahir, adanya Ig M FTA
merupakan bukti adanya infeksi intrauteri kongenital sifilis namun demikian bisa terjadi negatif palsu jika IgM pada bayi bukan akibat infeksi sifilis.
Universitas Sumatera Utara
Tes Hemaglutinasi Pasif Treponemal Pallidum Treponemal pallidum Passive Hemagglutination Assay
Tes ini menggunakan eritrosit domba yang telah diolah dengan kuman Treponema pallidum. Hasil test positif jika terjadi aglutinasi dari eritrosit domba
tersebut. TPHA memberikan hasil secara kuantitatif dan sangat spesifik. Tes Imobilisasi Treponema Pallidum TPI
Tes ini menggunakan kuman Treponema pallidum yang masih aktif sebagai antigen. Dalam serum penderita sifilis yang telah ditambahkan komplemen, kuman
yang semula masih dapat bergerak aktif akan mengalami imobilisasi. Waktu yang dibutuhkan adalah 18 jam. Antibodi imobilisasi timbul pada minggu ketiga setelah
infeksi. Antibodi ini berbeda dari reagin, TPI memerlukan biaya mahal, reagensia murni dan tenaga yang terlatih.
Tes Pengikatan Komplemen Treponema Pallidum atau RPCF Reiter Protein Complement Fixation Test
Tes ini menggunakan antigen yang berasal dari fraksi protein kuman Treponema pallidum strain Reiter. Antibodi yang bereaksi dalam tes ini tidak sama
dengan antibodi imobilisasi ataupun reagin. Hasil positif palsu dapat terjadi bila fraksi protein tersebut kurang murni misal mengandung lipopolisakarida.
f. Penilaian terhadap Tes Serologi