dilakukan pengendalian untuk mengetahui apakah varians tersebut masih berada dalam batas pengendalian manajemen. Pengendalian tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan uji hipotesis menggunakan uji t t-test dengan program aplikasi computer SPSS versi 16. Uji Hipotesis T-hitung Varians
harga dan varians efiensi bahan baku disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Uji hipotesis t-hitung varians harga dan varians efisiensi bahan baku Cireng Cageur Grup bulan November 2011
Bahan Baku Varians Harga Varians Efisiensi
T
hitung
T
hitung
Tepung terigu kg -
-3,372 Kornet Sapi kg
- -4,831
Ayam Fillet kg -9,351
-6,647 Cabe Rawit Merah kg
-1,151 6,707
Garam kg -3,117
-6,420 Keju kg
- -5,747
Minyak Goreng lt -
-4,938 Bumbu penyedap masakan kg
- -6,885
Pengembang kg -
-4,065 Sagu kg
-1,588 3,944
Penyedap rasa kg -21,541
-6,747 Susu Skim kg
- 10,081
4.7.1 Uji Hipotesis Bahan Baku Langsung
a. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku tepung
terigu karena harga realisasi tepung terigu selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians
efisiensi bahan baku tepung terigu dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -3,372 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi dalam penggunaan bahan baku tepung terigu
berada dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada efisiensi tepung terigu dapat dilihat pada Lampiran 35.
b. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku kornet
sapi karena harga realisasi kornet sapi selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians
efisiensi bahan baku kornet sapi dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -4,831 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi
penggunaan bahan baku kornet sapi masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi kornet
sapi dapat dilihat pada Lampiran 36. c.
Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku ayam fillet dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar - 9,351 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan 5 dan
derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga
dan realisasi harga beli bahan baku ayam fillet masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga ayam fillet
dapat dilihat pada Lampiran 37. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku ayam
fillet dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -6,647 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar
efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku ayam fillet masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians
efisiensi ayam fillet dapat dilihat pada Lampiran 38. d.
Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku cabe rawit merah dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -1,151 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga
dan realisasi harga beli bahan baku cabe rawit merah masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga cabe
rawit merah dapat dilihat pada Lampiran 39. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku cabe
rawit merah dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar 6,707 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel
, maka tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara
standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku cabe rawit merah berada di luar batas pengendalian manajemen. Hasil uji t
pada varians efisiensi cabe rawit merah dapat dilihat pada Lampiran 40.
e. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku garam dalam
produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -3,117 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan 5 dan derajat
bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hasil pengujian menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga dan
realisasi harga beli bahan baku garam berada di didalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga garam
dapat dilihat pada Lampiran 41. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku garam
dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -6,420 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi
dan realisasi penggunaan bahan baku garam berada di dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi garam
dapat dilihat pada Lampiran 42. f.
Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku keju karena harga realisasi keju selama bulan November 2011 adalah
sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku keju dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh
hasil t
hitung
sebesar -5,747 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi
antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku keju berada di dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada
varians efisiensi keju dapat dilihat pada Lampiran 43. g.
Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku minyak goreng karena harga realisasi minyak goreng selama bulan
November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku minyak goreng dalam produksi
Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -4,938 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan 5 dan derajat bebas df
29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hasil pengujian menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi
dan realisasi penggunaan bahan baku minyak goreng masih berada dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians
efisiensi minyak goreng dapat dilihat pada Lampiran 44. h.
Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku bumbu penyedap masakan karena harga realisasi bumbu penyedap masakan
selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku bumbu penyedap
masakan dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -6,885 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi
dan realisasi penggunaan bahan baku bumbu penyedap masakan berada di dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada
varians efisiensi bumbu penyedap masakan dapat dilihat pada Lampiran 45.
i. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku
pengembang karena harga realisasi pengembang selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya Uji t yang dilakukan
pada varians efisiensi bahan baku pengembang dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -4,065 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi
penggunaan bahan baku pengembang masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi
pengembang dapat dilihat pada Lampiran 46. j.
Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku sagu dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -1,588 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan 5 dan derajat
bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hasil pengujian menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga dan
realisasi harga beli bahan baku sagu masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga sagu dapat
dilihat pada Lampiran 47. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku sagu
dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar 3,944 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh
kesimpulan bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel
, maka tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi
dan realisasi penggunaan bahan baku sagu di luar batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi sagu
dapat dilihat pada Lampiran 48. k.
Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku penyedap rasa dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar - 21,541 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan 5 dan
derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga
dan realisasi harga beli bahan baku penyedap rasa masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga
penyedap rasa dapat dilihat pada Lampiran 49. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku
penyedap rasa dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung
sebesar -6,747 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara
standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku penyedap rasa masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada
varians efisiensi penyedap rasa dapat dilihat pada Lampiran 50. l.
Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku susu skim karena harga realisasi susu skim selama bulan November 2011
adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku susu skim dalam produksi Cireng Cageur Grup
diperoleh hasil t
hitung
sebesar 10,081 dan t
tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
5 dan derajat bebas df 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t
hitung
lebih besar dari t
tabel
, maka tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi
antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku susu
skim masih di luar batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi susu skim dapat dilihat pada Lampiran 51.
4.7.2 Uji Hipotesis Tenaga Kerja langsung