Tabel 9 . Perincian Luas Lahan Darat Kecamatan Bojong Picung, Tahun 2009
No Jenis Tanah Darat
Luas Ha
1 Pekarangan
725 2
TegalKebun 1.567
3 LadangHuma
3.148 4
Padang Rumput -
7 Hutan Negara
427
No Jenis Tanah Darat
Luas Ha
8 Perkebunan
625 9
Lain - lain 825
12 Kolam Tebat Empang
327
Jumlah Total 8.788
5. 2. Penduduk
Kecamatan Bojong picung merupakan kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1, 87 persen dan menduduki peringkat ke tiga di
Kabupaten Cianjur pada tahun 2010, Jumlah penduduk Kecamatan Bojongpicung adalah 105.059 jiwa pada tahun 2010 dengan jumlah kepala
keluarga sebesar 29.150 dan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki berjumlah 38.044 jiwa dan perempuan 37.865 jiwa, tiap desa di
kecamatan bojong picung memiliki rata-rata jumlah penduduk sebesar 5.723 jiwa.
5.3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting sebagai salah satu indikator menilai kualitas sumberdaya manusia di sebuah keluarga secara
khususnya dan juga menentukan keberhasilan daerah. Tingkat pendidikan di kecamatan Bojongpicung sebagian besar adalah tamatan sekolah dasar dengan
jumlah 8.950 orang, sedangkan tamatan SLTP berjumlah 4.361 orang, pendidikan SMU 3.250 orang dan 85 orang penduduk mengalami buta huruf.
5.4. Kondisi Sosial Ekonomi
Berdasarkan data monografi pada kecamatan Bojongpicung tahun 2009, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani sebesar 75 persen sedangkan
25 persen penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang, pegawai negeri, dan lain-lain ojek, tenaga kerja luar negeri, dan bengkel. Kondisi mata pencaharian
penduduk yang hanya sebagai petani memberikan kondisi sosial yang masih bersifat tradisional dengan pola pikir sederhana
Sebagian besar yang menjadi petani adalah penduduk yang sudah berumur diatas 30 tahun sedangkan para remajanya atau yang berumur dibawah 30 tahun
lebih menyukai pekerjaan sebagai tukang ojek, hal ini berpengaruh terhadap kebutuhan akan tenaga kerja manusia di bidang pertanian berkurang.
Berdasarkan kondisi tersebut tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat sebagian besar tergantung pada saat musim panen padi, namun
besarnya penerimaan tergantung pada luas lahan yang dikelola dan kepemilikan lahan mengingat lahan yang berada di Kecamatan Bojongpicung bukan dimiliki
petani sendiri atau hanya disebut sebagai buruh tani. Maka besarnya pendapatan yang diterima oleh petani rata-rata sebesar Rp 2.000.000 sampai Rp 3.000.000
sedangkan perbulannya diperoleh dengan menjual hasil kebun atau menjadi tukang ojek dan lain-lainnya yang di bantu oleh pekerja wanita.
5.5. Kondisi Pertanian
Secara topografi Kecamatan Bojongpicung merupakan dataran rendah yang memiliki kontur tanah relative datar hingga berbukit, oleh karena itu kondisi
tersebut dimanfaatkan untuk lahan pertanian seperti tanaman pangan. Menurut penggunaan tanah di Kecamatan Bojongpicung terbagi menjadi dua yaitu lahan
persawahan dan lahan kering, lahan persawahan dan lahan kering dipergunakan sebagian besar untuk tanaman padi dan sisanya kebun, hutan dan lain-lainnya.
Petani di Kecamatan Bojongpicung memiliki kebiasaan pada saat musim tanam padi tiba tanah yang dimilikinya akan digunakan untuk menanam padi
namun jika usai panen maka lahan tersebut akan ditanami sayuran seperti terong,timun dan kedelai, hal ini dilakukan untuk mengembalikan kesuburan
tanah dan mendapatkan tambahan pendapatan. Kecamatan Bojongpicung merupakan daerah yang dijadikan salah satu
sentra penanaman padi yang menghasilkan beras di Kabupaten Cianjur. Penerapan teknologi di Kecamatan Bojongpicung khususnya penggunaan traktor
tangan mendapatkan respon yang baik oleh petani, hal ini terlihat pada jumlah pembelian dan penggunaan lama yang mencapai 117 unit pada tahun 2010.
Kecamatan Bojongpicung telah memiliki 117 unit yang tersebar di seluruh desa. Perincian jumlah traktor terdapat pada Tabel 10.
Tabel 10 . Penyebaran Traktor Tangan di Kecamatan Bojongpicung, Tahun 2010
No Desa
Jumlah Traktor unit
1. Desa Hegarmanah
5 2.
Desa Bojongpicung 11
3. Desa Cibarengkok
4 4.
Desa Kemang 5.
Desa Sukajaya 6
6. Desa Jati
16 7.
Desa Cikondang 8
8. Desa Sukarama
10 9.
Desa Sukaratu 25
10. Desa Neglasari 26
11. Desa Jatisari 6
Total 117
Penggunaan traktor tangan di Kecamatan Bojongpicung sangat membantu dalam proses pengolahan sawah yaitu waktu yang digunakan dalam
mengolah sawah dapat lebih cepat dan hasil pengolahan lebih merata. Hal tersebut salah satu yang mengakibatkan adanya peningkatan hasil produksi
pertahunnya dari 7 ton mencapai 8 ton pada tahun 2010 menurut data monografi Kecamatan Bojongpicung tahun 2010.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Responden
Karakteristik petani dalam penelitian ini diidentifikasikan berdasarkan
umur, pendidikan, pekerjaan usahatani sebagai pekerjaan utama atau sampingan, pengalaman berusahatani, pendapatan petani responden, pengetahuan petani
responden terhadap lama pemakaian traktor, dan hal yang berkaitan dengan pengetahuan responden terhadap merek serta harga dari traktor tangan.
6.1.1. Usia
Berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebarkan ke 30 petani responden, kelompok usia petani yang paling banyak membudidayakan padi yaitu berkisar
antara usia 51-55 tahun sebesar 30 persen, usia 46-50 tahun sebesar 27 persen, dan kelompok usia 41- 45 dan 36-40 memiliki persentase sama yaitu sebesar 20
persen. Sedangkan persentase usia paling rendah sebesar 10 persen adalah kelompok petani usia 30-35 tahun. Gambaran sebaran usia petani responden
terdapat pada Gambar 6.
Gambar 6. Sebaran Usia Petani Responden Memahami usia konsumen penting untuk dilakukan, karena konsumen
yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk yang berbeda. Berdasarkan hasil kuesioner bahwa tingkat usia konsumen adalah di rentang 51-55 tahun, dengan
usia yang sudah tua mengakibatkan konsumen akan lebih banyak berpikir sebelum melakukan pembelian atau penyewaan, usia juga akan mempengaruhi
sikap terhadap satu produk akibat pengaruh pengetahuan dan pengalaman selama
usianya, serta tidak mudah untuk menerima sesuatu produk yang baru. Hal ini ditunjukkan pada penggunaan traktor tangan untuk pengolahan lahan sawah di
Kecamatan Bojongpicung bahwa petani yang lebih tua akan menggunakan atau membeli traktor tangan yang telah ada sejak lama yaitu merek Kubota dan
Yanmar.
6.1.2. Pendidikan
Pada penelitian ini tingkat pendidikan petani responden yang dimaksud adalah pendidikan terakhir petani yang bersifat formal, tingkat pendidikan
seseorang dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Gambar 7 menjelaskan
Petani responden pada umumnya berpendidikan sangat rendah yaitu tamatan SD termasuk yang tidak tamat SD adalah sebesar 60 persen. Selain tidak tamat SD,
terdapat pula petani responden yang mengalami buta huruf yaitu sebesar 7 persen. Sedangkan petani responden dengan tingkat pendidikan cukup baik mulai dari
tamatan SLTP yaitu mencapai 23 persen, dan SMU sebesar 10 persen.
Gambar 7. Sebaran Pendidikan Petani Responden Hasil kuesioner menunjukan bahwa tingkat pendidikan petani paling
banyak adalah lulusan sekolah dasar. Pendidikan yang rendah mempengaruhi cara pandang petani dan sikap pada saat menggunakan traktor tangan pertama kali
dimana masih sulit penerapannnya akibat terbentur terhadap kebiasaan lama bertani secara tradisonal dan hal tersebut sangat mempengaruhi proses
pembelian, namun pada akhirnya petani di Kecamatan Bojongpicung memberikan respon positif mengenai traktor tangan akibat pengaruh lain yaitu pengalaman.
6.1.3. Status Pekerjaan
Status pekerjaan akan memberitahukan seberapa besar pendapatan yang akan di peroleh, pendapatan tersebut akan mempengaruhi terhadap kemampuan
keuangan petani responden dalam proses pembelian traktor tangan. Kondisi sebagian besar status pekerjaan petani responden adalah bertani sebagai pekerjaan
utama dengan persentase sebesar 83 persen dan diantara petani responden tersebut juga memiliki pekerjaan sampingan seperti menjadi buruh tani, tani kebun,
pedagang, berternak, ojek dan lain-lainnya. Petani responden yang menjadikan usahatani padi sebagai pekerja
sampingan sebesar 17 persen. Pada umumnya petani yang menjadikan usatani padi sebagai usaha sampingan adalah petani telah memiliki pekerjaan tetap dan
jelas penghasilannya. Pekerjaan utama petani tersebut adalah pegawai negeri, pegawai swasta, pengusaha dan lain-lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa status pekerjaan petani di Bojongpicung adalah sebagai petani maka perolehan pendapatannya pada saat
musim panen, dan hal tersebut mempengaruhi terhadap proses pembelian pendanaan atau menyewa traktor tangan. Sebaran Petani Terhadap Status
Pekerjaan terdapat pada Gambar 8.
Gambar 8. Sebaran Status Pekerjaan Petani Responden
6.1.4. Pendapatan di Luar Usahatani per bulan
Pendapatan petani responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan lain yang diperoleh oleh petani responden di luar usahatani padi yang
mereka jalankan selama satu bulannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57 persen petani memiliki pendapatan di luar usahatani di bawah Rp 500.000
perbulan, sedangkan petani yang berpendapatan antara Rp 500.000-Rp 1.000.000 adalah sebanyak 40 persen, dan yang berpendapatan relatif cukup tinggi yaitu
antara Rp. 1.000.000-Rp 2.000.000 adalah sebesar 3 persen. Pendapatan tersebut diperoleh dari pekerjaan yang lainnya seperti menjadi
buruh tani di tempat lain, berternak, berdagang di pasar atau berdagang kelontong, ojek, dan pendapatan sebagai pegawai negeri. Pendapatan diluar usahatani
berguna untuk mengetahui bagaimana kondisi pendapatan petani selain dari usahatani guna menunjang pembelian atau menyewa traktor tangan, karena jika
mengandalkan pendapatan tersebut harus menunggu pada saat panen tiba sedangkan pembelian traktor dilakukan secara tunai ataupun kredit tiap bulannya
Gambaran Pendapatan di luar usahatani terdapat pada Gambar 9.
Gambar 9. Sebaran Pendapatan Diluar Usahatani Petani Responden
6.1.5. Lama Berusaha Tani
Lama berusahatani akan menunjukan seberapa jauh pengalaman yang di peroleh dalam bertani padi dan biasanya dipengaruhi oleh faktor usia. Hal ini
dikarenakan semakin tua usia petani menunjukkan semakin lama menjadi petani. Rata-rata petani responden telah lama menjadi petani. Petani responden yang
bergerak dalam budidaya padi dengan usia lebih dari 40 tahun adalah sebesar 60 persen. Tingkat usia 31-40 tahun sebesar 13 persen, 21- 30 tahun sebesar 17
persen, dan 10 persen petani responden telah melakukan usahatani selama 10-20 tahun. Sebaran lama berusahatani pada Gambar 10.
Gambar 10. Sebaran Lamanya Berusahatani Padi
Hasil penelitian lama berusahatani menunjukkan bahwa petani responden yang bertani lebih dari 10 tahun akan lebih mengandalkan pengalaman serta
lamanya berinteraksi terhadap suatu produk, dalam hal ini adalah penggunaan traktor tangan. Pengalaman petani responden akan mempengaruhi sikap dimana
traktor tangan yang digunakan di Kecamatan Bojongpicung lebih kepada traktor tangan merek Kubota karena merasa puas terhadap kinerja produk.
6.1.6. Lama Pemakaian Traktor Tangan
Traktor telah masuk ke kabupaten Cianjur sejak tahun 70-an, dan penggunaan tersebut serentak dilaksanakan di setiap kecamatan. Pengaruh
masuknya penggunaan traktor mengakibatkan adanya perubahan pada saat penanam padi yaitu pengolahan sawah dari menggunakan tenaga hewan atau
manusia beralih menggunakan teknologi mesin. Gambaran sebaran lama pemakaian terdapat pada Gambar 11.
Gambar 11. Sebaran Lama Pemakaian Traktor Petani Responden Petani responden menggunakan traktor lebih dari 35 tahun sebesar 17
persen, lama pemakaian antara 31 tahun sampai 35 tahun mencapai 7 persen, 25 tahun sampai 30 tahun mencapai 20 persen,21 tahun sampai 24 tahun pemakaian
sebesar 27 persen dan penggunaan traktor 15 tahun sampai 20 tahun sebesar 20 persen dan paling kecil pemakaiaan adalah 10 tahun sebesar 10 persen.
Lama pemakaian traktor tangan menunjukan seberapa lama petani berinteraksi secara langsung terhadap produk, hasilnya menunjukan bahwa 23
persen petani rata-rata telah menggunakan traktor selama 16 sampai 20 tahun. Lamanya penggunaan akan mengarah kepada pembentukan sikap yang dirasa
secara langsung dan mengarah kepada pasca pembelian yaitu puas atau tidak puas dengan menggunakan traktor tangan.
6.1.7. Pengetahuan Merek Traktor tangan
Petani responden telah memiliki pengetahuan akan merek traktor tangan hal ini di karenakan faktor lama bertani dan lama menggunakan traktor. Merek
yang beredar di kalangan petani sejak tahun 70-an adalah merek traktor buatan jepang seperti merek Kubota dan Merek Yanmar kemudian berkembang dari
tahun ke tahun traktor cina beredar di petani dengan merek downfeng selain itu buatan Indonesia juga turut andil dengan merek Agrindo, ke empat merek tersebut
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing yang telah diketahui oleh petani responden.
6.1.8. Merek Traktor yang Digunakan
Merek traktor yang digunakan oleh petani responden adalah merek Kubota dengan persentase sebesar 67 persen dan merek Yanmar hanya sebesar 33 persen.
Persentase penggunaan merek ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana perilaku petani terhadap merek yang berkembang di daerah tersebut. Gambaran
Merek yang Digunakan Petani Responden pada Gambar 12.
Gambar 12. Sebaran Merek Traktor yang Digunakan Oleh Petani Responden
6.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Traktor tangan