PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan pangan dunia yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, tumbuhnya kesadaran terhadap kesehatan dan
berkembangnya tingkat kesejahteraan telah menarik perhatian masyarakat dunia FAO Food and Agricultural Organization FAO melakukan pertemuan secara
berkala melalui forum Word Food Summit untuk mendiskusikan masalah pangan dunia. Word Food Summit tahun 1996, menekankan bagaimana pentingnya
ketahanan pangan dengan dikeluarkannya kesepakatan bersama “Untuk mencapai ketahan pangan bagi setiap orang dan melanjutkan upaya menghilangkan
kelaparan di seluruh negara” Husodo, 2004 dalam Rangkuti 2007. Perkembangan penggunaan teknologi pertanian sangat pesat dalam upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK untuk memenuhi bahan pangan sebagai salah
satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bertambah. Bahan pangan diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak dan berkualitas untuk memenuhi kecukupan
gizi dan meningkatkan kesehatan individu atau masyarakat dunia yang semakin modern. Penerapan teknologi pertanian baik dalam kegiatan prapanen dan pasca
panen, menjadi penentu dalam mencapai kecukupan pangan baik kuantitas dan kualitas produksi. Teknologi pertanian telah berperan untuk meningkatkan efisien
dan produktifitas usahatani komoditas pangan Negara-negara maju dan Negara- negara berkembang termasuk Indonesia Mosher, 1970 dalam Lisyanto 2002.
Keberadaan beras sangat mempengaruhi akan kondisi ketahanan pangan, hal ini dikarenakan beras adalah makanan pokok masyarakat Indonesia yang sulit
untuk digantikan. Oleh karena itu ketersediaan beras di Indonesia menjadi titik perhatian khusus dan berbagai cara dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Menurut BPS 2007 permintaan beras pada tahun 2000 sebesar 31,339 juta ton kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi 31,820 juta ton dan terus
meningkat menjadi 36,683 juta ton pada tahun 2006. hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 . Produksi Padi, Beras dan Permintaan Beras di Indonesia Tahun 2000 -
2006
Tahun Produksi Padi
ton Produksi Beras
ton Permintaan Beras
ton
2000 51.898.852
32.696.277 31.339.420
2001 50.460.782
31.790.293 31.510.790
2002 51.489.694
32.438.507 31.655.680
2003 52.137.604
32.846.691 31.820.475
2004 54.088.468
34.075.735 32.056.045
2005 54.151.097
34.115.191 32.858.985
2006 54.454.937
34.306.610 36.683.493
Sumber : Balai Pusat Statistisk, 2006
Berdasarkan Tabel 1 diketahui maka kebutuhan beras tiap tahunnya mengalami peningkatan, oleh karena itu peningkatan produktivitas beras perlu
dilakukan di setiap daerah penghasil beras untuk dapat memenuhi konsumsi masyarakat. Untuk Mencapai kecukupan beras yang terus meningkat dihadapkan
pada berbagai tantangan seperti : 1 pertambahan penduduk yang relatif masih tinggi, 2 ketersediaan lahan produktif semakin terbatas, 3 petani gurem semakin
meningkat, 4 pola usahatani masih tradisonal dan subsistem, 5 produktivitas lahan sawah masih rendah, 6 tenaga kerja regenerasi baru semakin tidak tertarik
pada usahatani sawah, 7 adopsi inovasi teknologi masih terbatas, dan 8 tingkat kesejahteraan petani masih rendah.
Berdasarkan kondisi dari pertanian yang memiliki keterbatasan diperlukan adanya solusi seperti memodernisasi penggunaan teknologi pertanian yang
dilandasi sistem agribisnis atau agroindustri. Penggunaan teknologi dalam rangka meningkatkan pertanian pangan sangat diperlukan hal ini dicirikan melalui
inovasi dan introduksi alat atau mesin pertanian untuk proses produksi mulai dari prapanen hingga pascapanen, penerapan penggunaan teknologi bertujuan untuk
membangunan ekonomi nasional dengan cara mewujudkan kesejahteraan rakyat dan swasembada pangan melalui produktifitas, kualitas, dan keuntungan yang
maksimal. Menurut Boslan dan Lau 1992 dalam Lisyanto 2002 dugaan terhadap kemajuan teknologi secara rata-rata menjadi dua kali lebih tinggi, yang
berarti bahwa perubahan kualitas input seolah-olah akan menimbulkan sumbangan terhadap peningkatan produktivitas.
Alat-alat dan mesin pertanian alsintan yang berkembang guna membantu peningkatan produksi tanaman pangan pada umumnya adalah Traktor
tangan, Pompa air, thresher, Dryer, dan Rice Miling Unit RMU. Jumlah alsintan yang dioperasionalkan dalam budidaya maupun pascapanen agribisnis
pada Tabel 2.
Tabel 2 . Pemakaian Alsintan di Indonesia pada Periode 1998
– 2002 unit No
Nama Alsintan
Tahun 1998
1999 2000
2001 2002
1 Traktor
roda 2 84.178
86.994 99.034
96.664 103.446
2 Pompa air
117.34 166.03
190.013 215.774
216.643 3
Thresher 370.426
375.295 388.609
340.654 347.658
4 Dryer
5.778 5.798
6.238 7.117
7.79 5
RMU 43.071
42.816 45.402
39.996 46.123
Sumber : BPS Tahun 2002
Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa alat dan mesin pertanian mengalami kenaikan, artinya perkembangan teknologi sangat di butuhkan dalam
membantu proses pra dan pasca produksi. Salah satu alat dan mesin pertanian yang sangat penting digunakan untuk tanaman pangan adalah traktor roda dua
atau yang lebih dikenal dengan sebutan traktor tangan, traktor tangan digunakan untuk membantu dalam pengolahan lahan sawah pada musim tanam
Lisyanto 2002 Pembangunan sarana dan prasarana pertanian seperti irigasi telah merubah pola dan jadwal tanam menjadi serempak sehingga waktu
pengolahan lahan, penyiangan dan panen menjadi sangat ketat, dan mengakibatkan permintaan tenaga kerja yang relatif, oleh karena itu diperlukan
teknologi yang dapat mengadopsi permasalahan tenaga kerja dan penggunaan hewan. Hal tersebut menyebabkan masyarakat mencari alternatif penggunaan
tenaga kerja dengan menggunakan mesin-mesin pertanian seperti traktor. Pengenalan traktor tangan di Indonesia sudah berlangsung sejak tahun
1960-an, namun penggunaanya oleh petani baru mendapatkan tanggapan dalam dasawarsa tahun 1970-1980-an. Perkembangan penggunaan traktor tangan oleh
petani semakin meningkat akibat adanya tantangan yang timbul antara lain:
1. Ledakan hama dan penyakit yang menuntut dilakukan pola tanan serempak, 2. Ketersediaan sumberdaya air menyebabkan adanya golongan tanaman dan
periode waktu tanam semakin pendek, 3. Semakin berkurangnya tenaga kerja manusia dan ternak, selain dari tantangan juga dilihat dari kegunaan traktor
tangan yang dapat meningkatkan produktfitas, efektifitas dan efisiensi serta mengurangi beban kerja petani. Dengan daya dukung mekanisasi yang baik,
petani dapat meningkatkan produktfitas, efektifitas dan efisiensi serta mengurangi beban kerja petani, jika diasumsikan bahwa 60 persen dari sekitar 6,8 juta hektar
lahan sawah dapat diolah dengan traktor tangan berkapasitas olah 2 hektar per hari dan waktu produktif traktor per masa tanam selama 20 hari.
Traktor tangan adalah salah satu teknologi alat dan mesin pertanian yang telah banyak digunakan petani dalam mengolah lahan sawah sebagai pengganti
tenaga manusia dan tenaga ternak. Traktor tangan banyak diminati petani yang memiliki skala usaha tani kecil dengan lahan sempit seperti di negara Jepang,
Korea selatan, India, Bangladesh, Filipina dan Indonesia Sitompul,1998 dalam Lisyanto 2002. Traktor Tangan terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Traktor Tangan
1
Sumber : http: www.pt-inco.co.id
Ketersediaan traktor pada awalnya di impor dari luar negeri seperti negara Jepang, namun perkembangan teknologi tersebut kurang sesuai dengan kondisi di
Indonesia. Pemerintah Indonesia semenjak Pelita III sampai dengan Pelita IV telah mendorong tumbuhnya industri alsintan skala industri alsintan skala besar-
1
Gambar traktor tangan, tahun 2010.
http: www.pt-inco.co.id
menengah yang mencapai 95 perusahaan. Berdasarkan data departemen perindustrian tahun 2008 tercatat delapan perusahaan besar penghasil alat dan
mesin pertanian di Indonesia
2
yaitu: 1.
PT. Yanmar Agricultureral Machinery Manufacturing Indonesia : traktor roda 4, power tiller mini tiller, rice mill equipment dan lain-lainnya.
2. PT Kubota Indonesia : Diesel engine, single cylinder, generator, power tiller
dan lain-lainnya 3.
PT. Agrindo : traktor roda 4, power reaper, RMU, dryer, pemisah menir, huller, rice polisher, diesel engine, power tiller, pompa air, dan lain-lain.
4. CV. Karya hidup Sentosa : traktor roda 2, dan distribusi berbagai implemen
pengolahan tanah, power thresher, RMU, alat panen, dan lain-lain. 5.
PT. Traktor Nusantara : perusahaan ini lebih banyak distributor memproduksi traktor roda empat dengan merek Massey Ferguson
6. PT. Altrak 1978 : distribusi traktor roda empat dengan merek New Holland
7. PT. Bina Pertiwi : distributor merek traktor Kubota 4-roda pabrikan dari
Jepang. 8.
PT. Satrindo Mitra Utama : dengan merek dagang traktor roda empat John Deere.
Perkembangan penggunaan traktor tangan di Indonesia sejak tahun 1992 sampai dengan 2002 mengalami kenaikan sebesar 103.446 unit, sedangkan
menurut data tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 4.526.200 unit untuk seluruh daerah. Kebutuhan traktor tangan mengalami peningkatan dan hal
tersebut menyebabkan ketersediaan akan traktor tangan masih kurang sebesar 145.635 unit, dari seluruh total kekurangan traktor tangan tersebut pulau Jawa
adalah yang paling besar kebutuhannya, yaitu sekitar 50,19 persen 73.088 unit dari seluruh kekurangan dapat dilihat pada Tabel 3.
2
Ihsanur , M. 2010. Kondisi Industri Traktor Indonesia. Jakarta. http:www.konsultasi-agroindustri.com [11 Maret 2010]
Tabel 3. Jumlah dan Kekurangan Traktor tangan Tahun 2004
Provinsi Luas
Tanam Padi Tahun
2001 ha Realisasi Pemanfaatan Alsintan
Total alat
yang tersedia
unit Luas areal
yang dapat dikelola ha
Total areal yang
belum dikelola
ha Total
kekurangan alat unit
1 2
3 4 = 3 kap
5 = 2-4 6 = 5:kap x
cf Sumatera
3.246.522 16.905
676.2 2.570.322
51.406 J a w a
5.649.821 49.885
1.995.400 3.654.421
73.088 Bali Nusa
Tenggara 592.107
4.784 189.92
402.187 8.044
Kalimantan 901.647
17.395 695800
205847 4.117
S u l a w e s i 1.363.596
23.966 959.84
403.756 8.075
Maluku Papua
54.238 226
9.04 45.198
904 INDONESIA
11.807.931 113.155 4.526.200
7.281.731 145.635
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2004
Nilai tingkat kekurangan traktor tangan yang belum dapat terpenuhi membuka peluang bagi industri alsintan untuk berkembang di masa yang akan
datang. Menurut Balai Mekanisasi Pertanian Mektan, bahwa di pulau Jawa termasuk provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi penggunaan traktor
sebanyak 18.869 unit di tahun 2008 yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota.
Gambar 2 : Potensi Traktor tangan Daerah Jawa Barat Tahun 2008 Sumber : Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2008
1.2 Perumusan Masalah