Analisis gender dalam penyelenggaraan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan (kasus di desa Kemang, kecamatan Bojongpicung kabupaten Cianjur, provinsi Jawa Barat)

(1)

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(PNPM) MANDIRI PERDESAAN

(Kasus di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

Oleh

ASRI SULISTIAWATI I34070091

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

ABSTRACT

ASRI SULISTIAWATI, STUDY ANALYSIS GENDER IN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN (Case: Kemang Village, Bojongpicung Sub-district, Cianjur District, West Java Province). Supervised by SITI SUGIAH MUGNIESYAH.

This study found that the majority of the Sosial Dasar Pasticipants (male participants) and SPKP Participants (female participants) were in the high category of their acces toward the PNPM MP but relatively low in terms of control toward the program. Therefore, their participation level on the program were mostly low. This relates to the fact that the majority of participants status were as a member.

One indicator of success of the program PNPM MP can be viewed through the output of a program that is felt by the community. Benefit analysis in this study includes Levels of Business Development and Income Level. More than half of the PNPM MP claimed that the business activities carried out after any assistance is growing especially Pembangunan Infrastruktur Jalan and SPKP. Similarly, the income level where the majority of participants PNPM MP claimed that income increased along with increasing business activity being undertaken.

This study found that the participation of poor households are less involved in the planning and implementation of PNPM MP. This is thought to be caused because (1) lack of awareness of poor households to participate, (2) lack of transparency of the actors at the village level in running the program so it does not all the public aware of the PNPM MP, and (3) facilitators who are less responsive to the existing problems in the field.

The fact that the relatively high proportion of women who participated in the planning and implementation of programs that are not followed by high access and control over their resources PNPM MP on the one side, in contrast to the male participants; KKG reflect that the principle underlying the planning and implementation of the PNPM MP Village Kemang has not succeeded in meeting the strategic needs of gender. This is supported by the fact that although women are involved in every meeting, but their presence is still limited to physical presence, have not been able to improve their leadership. Conversely, if it refers to the fact that both the PSD and SPKP states to benefit from a stimulant high they get, it can be concluded that PNPM MP in Kemang Village can meet practical gender needs..

Key Words: acces and control of toward PNPM MP, level of bussines development, business income level, practical gender need, strategical gender need.


(3)

RINGKASAN

ASRI SULISTIAWATI. ANALISIS GENDER DALAM

PENYE-LENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN. Kasus di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Di bawah bimbingan SITI SUGIAH MUGNIESYAH).

Prinsip Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) merupakan salah satu prinsip yang melandasi pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP), yang tujuan umumnya untuk meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan/atau kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan melalui tiga unsur utama, yakni pengembangan/penguatan kelembagaan, stimulan dana untuk kegiatan ekonomis produktif dan dana bergulir untuk modal Kelompok SPKP, serta penyediaan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Profil rumahtangga peserta PNPM MP, (2) proporsi peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP baik dalam hal kelembagaan, stimulan dana bergulir kelompok simpan pinjam maupun sarana sosial dasar ekonomi perdesaan, (3) akses dan kontrol peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan, terhadap sumberdaya program, serta manfaat yang diperoleh dari akses dan kontrol mereka terhadap sumberdaya PNPM MP, (4) hubungan antara partisipasi dan manfaat yang diperoleh peserta PNPM MP, laki-laki dan perempuan, dari adanya program tersebut, serta mengevaluasi keberhasilan program dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender.

Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, dipilih secara sengaja sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa desa ini menjadi desa penerima PNPM MP sejak tahun 2009. Penelitian ini dilaksanakan selama sebulan, yaitu pada pertengahan April sampai dengan Mei 2011. Pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh data primer yang mencakup semua variabel bebas dan variabel tidak bebas dalam penelitian ini. Data sekunder juga digunakan dalam penelitian ini, khususnya yang bersumber dari monografi desa, laporan dan/atau dokumen pelaksanaan PNPM MP di Desa Kemang. Pengujian hipotesis dalam penelitian dilakukan dengan analisis statistik non parametrik dengan uji korelasi Rank Spearmann.

Berbeda dari PTO PNPM MP dan hasil musyawarah desa di Desa Kemang, berbasis data profil rumahtangga peserta PNPM MP, diketahui baik pada Peserta Sosial Dasar (PSD) maupun SPKP, lebih dari separuhnya tidak termasuk ke dalam kriteria rumahtangga miskin (RTM). Rendahnya partisipasi RTM dalam perencanaan maupun pelaksanaan PNPM MP, antara lain disebabkan oleh (1) relatif rendahnya pengetahuan RTM tentang informasi program dan motivasi mereka untuk berperanserta dalam penyelenggaraan PNPM MP, (2) relatif kurang transparannya


(4)

para pengelola program di tingkat desa dalam menjalankan program sehingga tidak semua masyarakat mengetahui adanya PNPM MP, dan (3) terbatasnya kemampuan dan tanggungjawab fasilitator untuk mendampingi peserta dalam mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Namun demikian, pelaksanaan PNPM MP di desa ini telah memenuhi persyaratan yang dituntut oleh PTO PNPM, karena dari sekitar 116 orang sumberdaya manusia yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP di Desa Kemang, 54,3 persen diantaranya peserta perempuan, yang berperan terutama sebagai pengurus dan anggota SPKP.

Tingkat akses PSD terhadap sumberdaya PNPM MP tergolong kategori tinggi, sebaliknya pada Peserta SPKP tergolong rendah. Sayangnya, karena norma pelaksanaan program harus sesuai PTO PNPM MP, maka kontrol kedua kategori peserta terhadap sumberdaya PNPM MP tergolong rendah. Namun demikian, para peserta PNPM MP menyatakan memperoleh banyak manfaat, khususnya dari segi ekonomi; sebagaimana ditunjukkan oleh tingkat perkembangan usaha dan tingkat pendapatan mereka yang tergolong tinggi.

Kondisi tersebut di atas tampaknya mempengaruhi hasil uji statistik atas sejumlah hipotesis dalam penelitian ini. Di kalangan PSD (laki-laki) masing-masing terdapat satu variabel yang mempengaruhi setiap komponen analisis gender pada taraf α=0,05, sebaliknya tidak satu variabel pun di kalangan peserta SPKP (perempuan). Di kalangan PSD, jumlah aggota rumahtangga berhubungan nyata dengan tingkat akses terhadap PNPM MP, sementara status kategori rumahtangga berhubungan nyata dengan tingkat kontrol serta tingkat perkembangan usaha dan pendapatan. Selain itu, tingkat pendidikan formal berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi, perkembangan usaha dan tingkat pendapatan. Di kalangan peserta SPKP, tidak satupun variabel bebas yang berhubungan dengan tingkat akses dan kontrol mereka terhadap perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP; namun ada sejumlah variabel bebas berhubungan dengan komponen gender dalam program pada taraf α=0,10; yakni status kategori rumahtangga berhubungan dengan tingkat partisipasi; tingkat pendidikan formal dan jumlah anggota rumahtangga yang bekerja berhubungan dengan perkembangan usaha, serta tingkat pendidikan formal berhubungan dengan tingkat pendapatan.

Fakta bahwa relatif tingginya proporsi perempuan yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang tidak diikuti oleh tingginya akses dan kontrol mereka atas sumberdaya PNPM MP di satu pihak, sebaliknya pada peserta laki-laki; mencerminkan bahwa prinsip KKG yang melandasi perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP di Desa Kemang belum berhasil memenuhi kebutuhan strategis gender. Hal ini didukung fakta, bahwa meskipun perempuan dilibatkan dalam setiap pertemuan, namun kehadiran mereka masih sebatas kehadiran fisik, belum mampu meningkatkan kepemimpinan mereka. Sebaliknya, jika merujuk pada fakta bahwa baik di kalangan PSD maupun SPKP menyatakan memperoleh manfaat yang tinggi dari stimulan yang mereka peroleh, dapat disimpulkan bahwa PNPM MP di Desa Kemang dapat memenuhi kebutuhan praktis gender.


(5)

ANALISIS GENDER DALAM PENYELENGGARAAN

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(PNPM) MANDIRI PERDESAAN

(Kasus di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

Oleh:

ASRI SULISTIAWATI I34070091

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama Mahasiswa : Asri Sulistiawati

NIM : I34070091

Judul : Analisis Gender dalam Penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Kasus di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS. NIP 19511121 197903 2 003

Mengetahui

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1 003


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS GENDER DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI

PERDESAAN (KASUS DI DESA KEMANG, KECAMATAN BOJONGPICUNG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2011

Asri Sulistiawati I34070091


(8)

RIWAYAT HIDUP

Asri Sulistiawati lahir di Bandung pada tanggal 22 Juni 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari ayah bernama Aang Suarsa dan ibu bernama Rosmawati. Pendidikan formal ditempuh penulis di SDN Cihideung Ilir 03, Ciampea Bogor pada periode tahun 1995-2001, dan kemudian melanjutkan di SLTP Negeri I Dramaga, Kabupaten Bogor pada periode tahun 2001-2004. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA KORNITA Bogor pada periode tahun 2004-2007. Setelah lulus SMA, penulis menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan kemudian memilih mayor (program studi) Sains Komunikasi dan Pengembangan Mayarakat (SKPM) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Mayarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA).

Selama menempuh studi di IPB, penulis berpartisipasi sebagai asisten dosen pada Mata Kuliah (MK) Dasar-dasar Komunikasi (KPM 210) sejak semester 5 tahun ajaran (TA) (2008/2009) sampai dengan sekarang dan MK Pendidikan Orang Dewasa (KPM 310) pada semester 8 TA 2010/2011. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti kegiatan non-akademik seperti aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) yang tergabung dalam divisi Fotocinematography periode 2008-2009 dan divisi Research and Development periode 2009-2010, serta menjadi anggota dalam kelompok pencinta teater “UP2Date” di lingkungan Departemen SKPM, FEMA.


(9)

KATA PENGANTAR

Pudji serta syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Gender dalam Penyelenggaraan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Kasus Di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) ini dengan sebaik-baiknya.

Sebagaimana tertulis dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM Mandiri, salah satu prinsip dasar yang menjadi pedoman dalam program ini adalah keadilan dan kesetaraan gender (KKG), dimana masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan. Sehubungan dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program berdasarkan perspektif gender.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang memperkaya wawasan mengenai gender dalam penyelenggaraan PNPM serta memperkaya hasil-hasil studi sebelumnya yang menggunakan analisis gender dalam program pembangunan desa.

Bogor, Agustus 2011


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pudji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala, sembah sujud kepada-Mu yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan curahan kasih sayang-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih, khususnya kepada mereka sebagaimana penulis kemukakan di bawah ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya ditujukan kepada dosen pembimbing penulis, Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, MS, yang telah berbagi pengalaman, mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran, sejak penyusunan proposal penelitian sampai dengan penulisan skripsi ini; serta atas fasilitas dan dukungan materil dalam pelaksanaan penelitian di lapangan.

Selanjutnya, kepada Prof. Dr. Ir. Aida V.S. Hubeis dan Ir. Nuraini. W. Prasodjo, MS berturut-turut selaku Dosen Penguji utama dan Dosen penguji wakil komisi pendidikan.

Penulis berterima kasih kepada Dr. Ir. Machfud, MS yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau untuk membantu penulis belajar teknik pengolahan data.

Kepada Kepala Desa Kemang, Bapak Dadan R. Subarna, penulis berterima kasih atas izin dan fasilitas yang diberikan selama melakukan penelitian di lapangan. Selanjutnya, kepada Bapak Uloh, Bapak Kiki, Bapak Ajat, Ibu Enung selaku Pengurus PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Kemang, penulis berterima kasih karena telah mengizinkan penulis akses terhadap data sekunder berkenaan dengan PNPM MP di Desa Kemang. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada warga Desa Kemang, khususnya kepada mereka yang bersedia menjadi responden dan informan atas kesediaan mereka berbagi pengalaman selama berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan.

Kepada segenap pimpinan dan staf penunjang kependidikan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB, penulis berterima kasih atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada mayor SKPM. Selain itu, kepada semua staf penunjang di Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, penulis berterima kasih atas bantuan mereka dalam pencarian dan mengopy literatur yang relevan bagi skripsi ini.

Selama penelitian di lapangan penulis menempati kediaman Ibu Dra. Eti Maryati, M.Pd, karenanya penulis berterima kasih atas ketulusan hati Ibu Eti


(11)

sekeluarga yang telah mengizinkan penulis memanfaatkan semua fasilitas yang ada di rumah beliau.

Kepada Laras Sirly Safitri, penulis berterima kasih atas kesediaannya menjadi sahabat seperjuangan, motivator, serta berbagi semangat, doa dan waktu guna mendiskusikan permasalahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada Dedi Kurniawan, teman seperjuangan penulis yang telah berbagi semangat selama penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, kepada keluarga besar SKPM tercinta, penulis berterima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama tiga tahun menempuh studi bersama, sekaligus menjalin keakraban dan mengukir kenangan indah.

Penulis berterima kasih kepada sejumlah sahabat, khususnya kepada Nayunda, Sigit, Lora, Norihiko, dan Novri atas doa dan dukungan mereka yang tiada henti kepada penulis. Demikian pula halnya kepada sahabat-sahabat sepermainan, khususnya: Dimit, Nesia, Laila, Bio, Hirma, Fera, Lita, Karin, Pia, Dinda, Dewi dan Oci, yang telah menjadi sahabatku yang baik, yang bersedia berbagi cerita, canda dan tawa. Juga kepada sahabat-sahabat petualang, Ira, Wina, Rajib, Haidar, Lukman, Zaky, Wira, Aji dan Helmy, yang telah memberikan berbagai pengalaman, dorongan dan semangat yang berharga bagi penulis..

Secara tulus penulis berterima kasih kepada keluarga tercinta. Kepada ibunda Rosmawati, penulis berterima kasih atas doanya yang tidak pernah putus dan kasih sayangnya yang tidak pernah hilang; demikian pula halnya kepada ayahanda Aang Suarsa, penulis berterima kasih atas semua cucuran keringat dan perjuangan tiada henti dalam mendukung semangat dalam melangkah guna melalui segala tantangan dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada kakak-kakakku tercinta, Aida Nuryasin dan Ari Prasetya, penulis berterima kasih karena telah memberiku keponakan yang pintar dan lucu; serta pada adikku tersayang Ega Putu Amy jaya.

Akhirnya, saya dedikasikan tulisan ini khususnya kepada semua pihak yang telah secara langsung memungkinkan terselesaikannya skripsi ini dan kepada semua pihak yang membutuhkan informasi yang tertuang dalam skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II PENDEKATAN TEORETIS... 7

2.1 Tinjauan Pustaka... 7

2.2 Kerangka Pemikiran ... 14

2.3 Hipotesis Pengarah ... 17

2.4 Definisi Operasional ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22

3.1 Strategi Penelitian ... 22

3.2 Lokasi dan Waktu ... 22

3.3 Pemilihan Subjek Penelitian ... 23

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 23

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG... 25

4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah ... 25

4.2 Keadaan Umum Penduduk ... 26

4.3 Kelembagaan ... 29


(13)

BAB V PROFIL KELEMBAGAAN DAN PENYELENGGARAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

PERDESAAN (PNPM MP) DESA KEMANG... 33

5.1 Sejarah dan Struktur Organisasi PNPM MP di Desa Kemang ... 33

5.2 Pelaksanaan PNPM MP di Desa Kemang... 37

BAB VI PROFIL RUMAHTANGGA PESERTA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN PNPM MP) DI DESA KEMANG... 44

6.1 Karakteristik Individu ... 44

6.2 Karakteristik Rumahtangga Peserta PNPM MP ... 50

BAB VII STIMULAN PNPM MP DAN PENGELOLAAN PNPM MP... 56

7.1 Stimulan PNPM MP... 56

7.2 Pengelolaan PNPM MP ... 58

7.3 Ikhtisar ... 59

BAB VIII ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DI DESA KEMANG... 60

8.1 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Akses dan Kontrol Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP terhadap Komponen PNPM MP... 60

8.2 Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP ... 63

8.3 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP ... 65

8.4 Hubungan Karakteristik Sumberdaya Individu dengan Tingkat Pendapatan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP... 67

8.5 Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Akses dan Kontrol Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP... 69

8.6 Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga dengan Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP... 71

8.7 Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga terhadap Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP 72 8.8 Hubungan Antara Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga terhadap Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP ... 74


(14)

9.10 Ikhtisar ... 77

BAB IX PENUTUP... 79

9.1 Kesimpulan ... 79

9.2 Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA... 83


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1 Luas Wilayah Desa Kemang menurut Penggunaannya………... 26 Tabel 2 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Golongan Umur dan Jenis

Kelamin……… 27 Tabel 3 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Mata Pencaharian dan Jenis

Kelamin... 28 Tabel 4 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Tingkat Pendidikan yang

Ditamatkandan Jenis Kelamin………..………. 29 Tabel 5 Jumlah Pemanfaat Proyek Pengaspalan Jalan menurut Kategori

Pemanfaat dan Jenis Kelamin……….. 38 Tabel 6 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang

menurut Kategori Stimulan, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin……… 46 Tabel 7 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang

menurut Kategori Stimulan, Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin………... 47 Tabel 8 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang

menurut Kategori Stimulan, Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin……… 48 Tabel 9 Distribusi Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang

menurut Kategori Stimulan, Status Bekerja dan Jenis Kelamin…………. 49 Tabel 10 Rata-rata Kepemilikan Benda Berharga pada Rumahtangga Peserta

PNPM MP di Desa Kemang menurut Kategori Stimulan ……….. 51 Tabel 11 Rata-rata Kepemilikan Ternak pada Rumahtangga Peserta PNPM MP di

Desa Kemang menurut Kategori Stimulan……….. 52 Tabel 12 Tingkat Bantuan Dana BLM yang Diperoleh Anggota SPKP PNPM MP

di Desa Kemang………... 57 Tabel 13 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan

Tingkat Akses dan Kontrol Peserta Sosial Dasar dan SPKP terhadap Komponen PNPM MP di Desa Kemang…………... 69 Tabel 14 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan

Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan SPKP dalam PNPM MP di Desa Kemang………..………... 64 Tabel 15 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja dengan

Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan SPKP ………….. 66 Tabel 16 Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP di Desa

Kemang menurut Tingkat Pendidikan Formal dan Status Bekerja………. 68 Tabel 17 Hubungan antara Jumlah ART yang Bekerja dan Status Kategori

Rumahtangga dengan Tingkat Akses dan Kontrol Peserta Sosial Dasar dan SPKP terhadap Komponen PNPM MP di Desa Kemang ………... 76 Tabel 18 Hubungan antara Jumlah ART yang Bekerja dan Status Kategori


(16)

Rumahtangga dengan Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan SPKP terhadap Komponen PNPM MP di Desa Kemang…………... 71 Tabel19 Hubungan antara Jumlah ART yang Bekerja dan Status Kategori

Rumahtangga dengan Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan SPKP………..………... 73 Tabel 20 Hubungan antara Jumlah ART yang Bekerja dan Status Kategori

Rumahtangga dengan Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan SPKP………..………... 74


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 Bagan Hubungan Antar Variabel dalam Penelitian Analisis Gender dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM MP) Mandiri Perdesaan………... 18 Gambar 2 Bagan Struktur Tim Pelaksana PNPM MP di Desa Kemang……... 34 Gambar 3 Persentase Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa

Kemang menurut Kategori Stimulan dan Jenis Kelamin………….. 45 Gambar 4 Persentase Anggota Rumahtangga Peserta PNPM MP Sosial Dasar

di Desa Kemang menurut Tingkat Pendidikan Formal dan Jenis Kelamin……….. 50 Gambar 5 Persentase Rumahtangga Peserta PNPM MP SPKP di Desa

Kemang menurutKategori Stimulan dan Penguasaan Lahan…….. 53 Gambar 6. Persentase Rumahtangga Peserta PNPM MP di Desa Kemang

menurut Kategori Stimulan dan Status Kategori Rumahtangga……….……… 54


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1 Jadwal Penelitian……….. 85 Lampiran 2 Peta Desa Kemang Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten

Bogor……….……… 86 Lampiran 3 Kriteria Kemiskinan Menurut Kriteria Lokal……… 87 Lampiran 4 Peserta PNPM MP Menurut Kategori Kriteria dari Semua

Variabel Karakteristik Sumberdaya Individu dan Rumahtangga………. 88 Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Antara

Variabel-variabel pada Karakteristik Sumberdaya Individu dan Rumahtangga………. 89


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan”, dimana salah satu misinya yaitu mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan. Dalam misi tersebut pemerintah mencanangkan sejumlah hal, di antaranya adalah menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis, menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial, sarana dan prasarana ekonomi, serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek, termasuk gender. Sehubungan dengan itu, arah kebijakan penanggulangan kemiskinan pada RPJMN 2010-2014 antara lain menurunkan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1 persen pada tahun 2009 menjadi 8-10 persen pada akhir tahun 2014, perbaikan distribusi perawatan dan perlindungan sosial, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.

Badan Pusat Statistik (BPS 2010) melaporkan bahwa pada tahun 2010 penduduk miskin di Indonesia berjumlah 31,03 juta jiwa atau 13,33 persen dari total penduduk nasional. Dari total penduduk miskin tersebut, mayoritasnya (64,23 persen) merupakan penduduk perdesaan. Umum diketahui bahwa meskipun data yang ditunjukkan oleh pemerintah merujuk data kemiskinan pada tingkat individu, namun tidak satu pun data yang ditampilkan terpilah menurut jenis kelamin, sehingga data tersebut tidak dapat memberikan gambaran mengenai fenomena gender dalam kemiskinan.

Di lain pihak, dalam RPJMN tahun 2010-2014 pemerintah menyatakan bahwa pengarusutamaan gender (PUG), bersamaan dengan pembangunan berkelanjutan dan good governance (tata kelola yang baik) merupakan tiga pengarusutamaan dalam pembangunan nasional. Adapun PUG dalam pembangunan diartikan sebagai suatu strategi yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia dalam


(20)

mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses pembangunan. Sasaran utama PUG ini antara lain meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan politik.

Tertulis dalam RPJMN 2010-2014, pemerintah juga menyatakan bahwa upaya untuk mengentaskan kemiskinan dilakukan melalui empat fokus prioritas, salah satu di antaranya adalah menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan program yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan PNPM Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan serta PNPM Mandiri Wilayah Khusus dan Daerah Tertinggal. Dalam Pedoman Umum dinyatakan bahwa PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, yang dalam pelaksanaan pengambilan keputusannya dilandasi oleh sejumlah prinsip atau nilai-nilai dasar, di antaranya prinsip kesetaraan dan keadilan gender (KKG), dimana masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan.

Sebagaimana diketahui, telah ada sejumlah penelitian yang meneliti PNPM Mandiri di perdesaan dan perkotaan. Namun demikian, dari sejumlah penelitian tersebut, diketahui bahwa peneliti umumnya meneliti penyelenggaraan PNPM Mandiri secara parsial, dalam arti bahwa mereka tidak meneliti keluaran program PNPM secara keseluruhan sebagaimana dikemukakan dalam Pedoman Umum PNPM. Hal tersebut dijumpai pada penelitian yang dilakukan Nugroho (2009), Soraya (2009), Johar (2011), dan Anggraini (2011). Penelitian Nugroho (2009) yang berjudul Strategi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Lampung Barat, melakukan analisis pencapaian tujuan PNPM secara umum dan tidak menganalisisnya dengan perspektif gender. Soraya (2009) dan Johar (2011) meneliti hanya salah satu kegiatan PNPM, khususnya tentang Kelompok Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan atau Kelompok SPKP saja, dan tidak melihat dimensi gender di dalamnya. Adapun Anggraini (2011), meskipun menyatakan


(21)

bahwa dalam penelitiannya menggunakan teknik analisis gender dalam pemberdayaan perempuan melalui PNPM, namun fokus penelitiannya hanya pada Kelompok SPKP, dan tidak melakukan analisis gender dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan (keluaran) yang seharusnya dicapai dalam PNPM. Selain itu, dalam ketiga studi terakhir tersebut, responden dalam penelitian hanya terdiri dari perempuan, padahal PNPM menyatakan secara eksplisit bahwa program PNPM ditujukan untuk mewujudkan KKG bagi keluarga miskin baik di perdesaan maupun perkotaan.

Sebagaimana diketahui tujuan program PNPM Mandiri adalah meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan/atau kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan melalui tiga unsur utama, yakni pengembangan/penguatan kelembagaan, stimulan dana untuk kegiatan ekonomis produktif dan dana bergulir untuk modal Kelompok SPKP, serta penyediaan sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan masyarakat. Dengan demikian, penelitian tentang analisis gender dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yang lebih komprehensif menjadi penting dilakukan, khususnya guna memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keberhasilan PNPM Mandiri Perdesaan dalam mewujudkan pengentasan kemiskinan yang dilandasi keadilan dan kesetaraan gender.

1.2 Masalah Penelitian

Sebagaimana tercantum dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM Mandiri Perdesaan, program ini diharapkan menghasilkan keluaran, di antaranya terjadinya peningkatan keterlibatan Rumahtangga Miskin (RTM) dan kelompok perempuan dalam perencanaan dan pelaksanaan programnya. Dinyatakan bahwa dalam perencanaan, penetapan kriteria RTM dikategorikan ke dalam miskin dan sangat miskin yang harus dilakukan secara partisipatif dengan menggunakan kriteria lokal. Sehubungan dengan itu, bagaimanakah kategori rumahtangga pada profil rumahtangga peserta PNPM Mandiri Perdesaan menurut kriteria lokal tersebut?


(22)

Dalam konteks pengembangan kelembagaan PNPM Mandiri yang berbasis KKG dinyatakan bahwa dalam proses perencanaan kegiatan, khususnya pada tahap Musyawarah Antar Desa (MAD), Sosialisasi tingkat Kecamatan serta Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi disyaratkan adanya perwakilan perempuan berturut-turut sekitar 50 persen per desa dan sekurang-kurangnya sekitar 40 persen. Dalam pelaksanaannya, baik itu menyangkut kelembagaan, peningkatan kapasitas kelompok usaha dan dana bergulir kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPKP), serta sarana sosial dasar juga harus dilandasi KKG. Sehubungan dengan itu, bagaimanakah proporsi laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan?

Sebagaimana diamanatkan oleh INPRES No. 9 tahun 2000, dalam rangka meningkatkan kedudukan, peran, dan kualitas perempuan, serta upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dipandang perlu melakukan strategi pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan nasional. Di pihak lain, sebagaimana dikutip Mugniesyah (2002), Moser (1993) menyatakan bahwa untuk mengetahui ada tidaknya kesetaraan gender dalam penyelenggaraan program pembangunan dapat menggunakan teknik analisis gender. Teknik analisis gender diartikan sebagai alat untuk melakukan pengujian secara sistematis terhadap peranan-peranan, hubungan-hubungan dan proses-proses yang memusatkan perhatiannya pada ketidakseimbangan kekuasaan, kesejahteraan dan beban kerja antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Dalam konteks PUG dalam pembangunan di Indonesia, menurut Surbakti dkk. (2001) sebagaimana dikutip oleh Mugniesyah (2007b) ada empat faktor utama untuk mengidentifikasi ada tidaknya kesenjangan gender, yakni: akses, kontrol, partisipasi dan manfaat. Sehubungan dengan itu apakah laki-laki dan perempuan, memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya PNPM Mandiri Perdesaan baik dalam hal kelembagaan, stimulan dana bergulir pada simpan pinjam dan sarana sosial dasar ekonomi? Apakah akses dan kontrol mereka terhadap sumberdaya dalam PNPM Mandiri tersebut memasilitasi mereka untuk memperoleh manfaat sesuai yang dirumuskan dalam tujuan PNPM Mandiri Perdesaan?


(23)

Dalam konteks pendekatan kebijakan pembangunan, Moser (1993) dalam Mugniesyah (2006) memperkenalkan suatu konsep yang dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh dari manfaat yang dapat dipenuhi oleh program-program pembangunan yang dikenal sebagai pemenuhan kebutuhan praktis gender (practical gender needs) dan strategis gender (strategical gender needs). Sehubungan dengan hal itu, serta merujuk pada manfaat yang bisa diperoleh rumahtangga miskin dari adanya PNPM Mandiri Perdesaan, apakah PNPM Mandiri Perdesaan mampu memenuhi kedua kategori kebutuhan gender tersebut? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhinya?

1.3 Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut, yaitu:

1. Profil rumahtangga peserta PNPM Mandiri Perdesaan, yang meliputi aspek demografi sosial dan ekonomi.

2. Proporsi peserta PNPM Mandiri Perdesaan laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, baik dalam hal kelembagaan, stimulan dana bergulir kelompok simpan pinjam maupun sarana sosial dasar ekonomi perdesaan.

3. Akses dan kontrol peserta PNPM Mandiri Perdesaan, laki-laki dan perempuan, terhadap sumberdaya PNPM Mandiri Perdesaan, baik dalam hal kelembagaan, stimulan dana bergulir untuk kelompok simpan pinjam dan/atau sarana sosial dasar ekonomi, serta manfaat yang mereka peroleh dari akses dan kontrol mereka terhadap sumberdaya PNPM Mandiri Perdesaan.

4. Hubungan antara manfaat yang diperoleh peserta PNPM Mandiri Perdesaan, laki-laki dan perempuan, dari adanya PNPM Mandiri Perdesaan dengan mampu tidaknya program tersebut dalam pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(24)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis merupakan bagian dari proses belajar dalam menyintesis beragam konsep dan teori yang relevan untuk menelaah keberhasilan program penanggulangan kemiskinan berdasarkan perspektif gender.

2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan awal bagi bahan kajian lebih lanjut mengenai fenomena gender dalam penyelenggaraan program pengentasan kemiskinan.

3. Bagi para penentu kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penyempurnaan dalam pengelolaan proyek penangulangan kemiskinan berperspektif gender.


(25)

BAB II

PENDEKATAN TEORETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi Gender dan Teknik Analisis Gender

Mugniesyah (2007a) mengemukakan pendapat sejumlah ahli dan lembaga yang merumuskan definisi gender, di antaranya dari International Labour Organization (ILO) dan Wood (2001). Menurut ILO (2000), gender mengacu pada perbedaan-perbedaan dan relasi sosial antara laki-laki dan perempuan yang dipelajari, bervariasi secara luas di antara masyarakat dan budaya dan berubah sejalan dengan perkembangan waktu/zaman. Adapun menurut Wood (2001), gender adalah suatu konstruksi sosial yang bervariasi lintas budaya, berubah sejalan perjalanan waktu dalam suatu kebudayaan tertentu, bersifat relasional, karena femininitas dan maskulinitas memperoleh maknanya dari fakta dimana masyarakat kitalah yang menjadikan mereka berbeda. Dalam konteks Indonesia, dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan, dinyatakan bahwa gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Selanjutnya, dinyatakan bahwa perspektif gender harus diintegrasikan ke dalam siklus program pembangunan, sejak perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Adapun perencanaan yang responsif gender diartikan sebagai perencanaan yang dilakukan dengan memasukkan perbedaan-perbedaan pengalaman, aspirasi, permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunan perencanaan program.

Berkenaan pengertian analisis gender, dalam Inpres No 9 Tahun 2000 dinyatakan bahwa analisa gender adalah proses yang dibangun secara sistematik, untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses dan kontrol terhadap sumberdaya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan


(26)

antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang di dalam pelaksanaannya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa.

Menurut Moser (1993) sebagaimana dikutip oleh Mugniesyah (2002), teknik analisis gender diartikan sebagai pengujian secara sistematis terhadap peranan-peranan, hubungan-hubungan dan proses-proses yang memusatkan perhatiannya pada ketidakseimbangan kekuasaan, kesejahteraan dan beban kerja antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Istilah ini diterapkan terhadap proses pembangunan, khususnya untuk melihat bagaimana suatu kebijaksanaan pada program pembangunan mempunyai dampak yang berbeda pada laki-laki dan perempuan. Menurut Surbakti dkk. (2001) dalam Mugniesyah (2007b) analisis gender merupakan langkah awal penyusunan tujuan pembangunan yang responsif gender. Analisis gender dilakukan dengan memperhatikan 4 (empat) faktor utama guna mengidentifikasi ada tidaknya kesenjangan gender. Keempat faktor tersebut adalah:

1) Faktor akses. Apakah perempuan dan laki-laki memperoleh akses yang sama terhadap sumber-sumber daya pembangunan?

2) Faktor kontrol. Apakah perempuan dan laki-laki memiliki kontrol (penguasaan) yang sama terhadap sumber-sumber daya pembangunan? 3) Faktor partisipasi. Bagaimana perempuan dan laki-laki berpartisipasi

dalam program-program pembangunan?

4) Faktor manfaat. Apakah perempuan dan laki-laki menikmati manfaat yang sama dari hasil pembangunan?

Selanjutnya, Moser (1993) sebagaimana dikutip oleh Mugniesyah (2006) menawarkan suatu konsep yang dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh dari manfaat yang dapat dipenuhi oleh program-program pembangunan dalam merespon relasi gender, baik dalam keluarga maupun komunitas, yang dikenal sebagai pemenuhan kebutuhan praktis gender (practical gender needs) dan pemenuhan kebutuhan strategis gender (strategical gender needs). Pemenuhan kebutuhan praktis gender mencakup pemenuhan yang merespon atas kebutuhan-kebutuhan perempuan yang bersifat segera dan praktis, dalam arti secara segera dapat meringankan beban kerja perempuan, namun tidak merubah status


(27)

subordinasi perempuan. Adapun pemenuhan kebutuhan strategis gender berhubungan dengan upaya untuk mengurangi atau meniadakan subordinasi perempuan, dalam arti meningkatkan kontrol perempuan terhadap program pembangunan sehingga tercipta kesetaraan gender. Pemenuhan kategori kedua ini berupaya menghilangkan ketidaksetaraan (ketimpangan) antara perempuan dan laki-laki di dalam dan luar rumahtangga serta menjamin hak dan peluang perempuan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2.1.2 Pengertian dan Evaluasi Program

Maunder (1972) dalam Mugniesyah (2006) menyatakan bahwa program penyuluhan adalah suatu pernyataan tentang tujuan-tujuan suatu pelayanan penyuluhan yang didasarkan pada suatu hasil analisis situasi yang ada dan kebutuhan-kebutuhan orang di wilayah dimana penyuluhan dilakukan, serta sejumlah masalah yang harus diatasi agar tujuan-tujuan tersebut tercapai.

Menurut Raudabough dalam Maunder (1972) sebagaimana dikutip oleh Mugniesyah (2006), evaluasi program dapat didefinisikan sebagai suatu proses penilaian atas keberhasilan yang dicapai suatu tujuan program, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam program tersebut. Oleh karena itu, dalam evaluasi terkandung di dalamnya proses pemberian nilai kepada pencapaian tujuan program dan kemudian menetapkan derajat keberhasilan pencapaian tujuan yang dinilai tersebut. Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai pengukuran dari konsekuensi yang dikehendaki dan tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan dinilai.

Merujuk pendapat ahli penyuluhan, terdapat tiga kategori evaluasi proyek/program, yaitu: evaluasi awal (ex-ante evaluation atau pre-evaluation), evaluasi proses (process or on-going evaluation) atau disebut juga sebagai monitoring atau evaluasi formatif dan evaluasi akhir (ex-post evaluation) atau disebut juga evaluasi sumatif (Mugniesyah 2006). Masih dalam Mugniesyah (2006), Aninomous (1989) mengemukakan bahwa evaluasi sumatif atau evaluasi yang dilakukan setelah proyek/program berakhir adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan-kegiatan proyek atau program sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan program. Tujuan dari


(28)

evaluasi adalah mengubah seperangkat sumberdaya yang tersedia (input) untuk menghasilkanoutputatau keluaran,effect atau pengaruh danimpactatau dampak.

Input(masukan) adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya kegiatan dalam rangka menghasilkan output (hasil) dan mencapai suatu tujuan program atau proyek.

Menurut The United Nations ACC Task Free on Rural Develeopment on Monitoring and Evaluation (1984), program adalah seperangkat aktivitas, proyek, proses atau jasa yang diorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan-tujuan yang spesifik. Adapun proyek merupakan bagian dari program yang terencana di dalamnya terdapat serangkaian aktivitas yang berhubungan satu dengan lainnya yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan khusus tertentu dengan anggaran dana dan periode waku tertentu. Lebih lanjut dinyatakan bahwa sebuah program atau proyek dirancang untuk merubah seperangkat sumberdaya (input) ke dalam hasil-hasil yang diinginkan (sesuai tujuan-tujuan) melalui serangkaian-serangkaian akivitas atau proses. Hasil-hasil tersebut dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: keluaran (outputs), pengaruh (effects)dan dampak (impacts).

Input atau asupan sebuah program atau proyek bisa berupa barang-barang, jasa, dana, teknologi, informasi dan sumberdaya lainnya yang diberikan kepada mereka yang menjadi sasaran (obyek) program/proyek untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas dengan harapan agar tercapai keluaran (output). Keluaran (output) adalah produk atau jasa yang diharapkan dihasilkan melalui aktivitas yang memanfaatkaninputdalam rangka mencapai tujuan-tujuan program.

Keluaran (output) sebuah program bisa berupa: (a) fisik, seperti jumlah kelompok tani atau koperasi primer tani, jumlah kilometer jalan dan atau saluran irigasi yang dibangun, (b) jasa, seperti petani dan/atau layanan jasa. Sebuah keluaran program/proyek dimungkinkan menjadi input bagi keluaran lainnya. Sebagai contoh, keluaran berupa jalan beraspal menjadi input bagi aksesibilitas petani terhadap pasar.

Pengaruh (effect) merupakan hasil (outcome) dari penggunaan keluaran proyek (project output), seperti peningkatan produksi pada tingkat usaha tani


(29)

sebagai hasil dari penerapan teknologi budidaya suatu komoditi tertentu. Pengaruh proyek umumnya terjadi setelah selesainya suatu pelaksanaan sebuah proyek.

Adapun dampak (impact) adalah hasil-hasil (outcomes) dari terjadinya pengaruh proyek (project effects). Dampak biasanya berlangsung pada tingkatan yang lebih luas, bisa pada tingkat rumahtangga, keluarga dan/atau komunitas tertentu. Perbedaan antara keluaran, efek dan dampak tergantung pada sifat, lingkup dan ukuran proyek, dan lebih dari itu, tergantung pada tujuan-tujuan spesifik dari sebuah program/proyek.

2.1.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Secara umum PNPM Mandiri dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam penyediaan layanan umum, dan peningkatan kapasitas lembaga lokal yang berbasis masyarakat.

Pada dasarnya PNPM Mandiri Perdesaan -selanjutnya ditulis PNPM MP-merupakan pengembangan lebih lanjut dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1998. Visi PNPM MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, adapun kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Adapun misi PNPM MP antara lain: (1) peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif,


(30)

(3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal, (4) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat, dan (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Terdapat sejumlah kegiatan yang dibiayai melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM MP, meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM.

2. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan nonformal).

3. Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumberdaya lokal, namun tidak termasuk penambahan modal.

4. Penambahan permodalan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPKP).

Tujuan dari PNPM MP adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Adapun tujuan khusus dari PNPM MP antara lain :

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumberdaya lokal.

3. Mengembangkan kapasitas pemerintah desa dalam memasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif.

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat.

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD).


(31)

7. Mengembangkan kerjasama antar pelaku pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Sehubungan dengan tujuan diatas, Program dari PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan dapat menghasilkan keluaran seperti berikut :

1. Terjadinya peningkatan keterlibatanan RTM dan kelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan pelestarian kegiatan.

2. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa. 3. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintah desa dalam memfasilitasi

pembangunan partisipatif.

4. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM MP bagi masyarakat. 5. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan

sosial dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM.

6. Terbentuk dan berkembangnya BKAD dalam pengelolaan pembangunan. 7. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku

kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.1.4 Hasil-hasil Studi tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Hasil penelitian Lu’lu (2005) yang berjudul Analisis Gender terhadap Tingkat Keberhasilan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), menunjukkan masih relatif tingginya ketimpangan akses dan kontrol antara laki-laki dan perempuan terhadap P2KP. Dalam hal akses, jumlah KSM laki-laki-laki-laki yang akses terhadap P2KP sekitar 67,4 persen, sementara KSM perempuan hanya sekitar 24,3 persen; adapun dalam hal kontrol terhadap kredit, jumlah KSM perempuan tergolong kategori sedang yaitu 43,3 persen. Menurut Lu’lu, besar kecilnya kontrol berhubungan dengan relasi gender yang ada pada rumahtangga responden. Hal serupa dijumpai Annisa (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Gender dalam Program Penanggulangan Kemiskinan, yang melaporkan bahwa pelaksanaan P2KP masih belum berperspektif gender, tercermin dari relatif lebih tingginya tingkat akses dan kontrol anggota rumahtangga (ARM) laki-laki terhadap P2KP dibandingkan ARM perempuan. Hal tersebut berhubungan dengan


(32)

tingkat bantuan dana P2KP yang dialokasikan kepada mereka, dan status atau jabatan mereka di dalam masyarakat.

Hasil studi Nugroho (2009) menunjukkan bahwa belum berhasilnya PNPM dalam mengentaskan kemiskinan, disebabkan oleh adanya keterbatasan kemampuan rumahtangga miskin untuk mengakses dan memanfaatkan lembaga sosial yang ada di perdesaan. Selain itu, dikemukakan bahwa waktu pelaksanaan kegiatan PNPM yang relatif singkat menyebabkan perolehan pendapatan masyarakat dalam keterlibatannya dalam program ini tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total pendapatan mereka.

Hasil penelitian Soraya (2009) yang berjudul Peranan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPKP) dalam PNPM-PPK terhadap Pendapatan Rumahtangga, melaporkan bahwa penerimaan usaha berpengaruh nyata terhadap sumber pendapatan total. Hal itu didukung oleh hasil dimana perubahan pendapatan yang bersumber dari usaha menunjukkan peningkatan yang positif (sebesar 163,65 persen). Selain itu, jenis usaha juga berpengaruh terhadap sumber pendapatan, antara lain didukung bukti bahwa usaha warung kelontong meningkatkan pendapatan sebesar 284,8 persen, sementara pada usaha dagang makanan hampir separuhnya, sebesar 154,4 persen. Adapun hasil penelitian Anggraini (2011) yang berjudul Pemberdayaan Perempuan dalam Program PNPM-P2KP menemukan bahwa relasi gender menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan program PNPM-P2KP, dimana secara umum akses perempuan terhadap program dan lancarnya pengembalian pinjaman tidak memiliki hubungan dengan pemenuhan kebutuhan praktis maupun strategis gender.

2.2 Kerangka Pemikiran

Studi Analisis Gender dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan: Kasus di Desa Kemang, Kabupaten Cianjur ini secara umum mengacu pada beragam konsep, pendekatan dan teori berkenaan gender dalam pembangunan sebagaimana dikemukakan oleh Moser (1993) dalam Mugniesyah (2002); Surbakti dkk. dalam Mugniesyah (2007), serta pendekatan program dan evaluasi program dari Maunder (1972) dan Mugniesyah (2006).


(33)

Disamping itu juga merujuk pada berbagai aspek berkenaan pelaksanaan PNPM MP sebagaimana tercantum dalam Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM MP (Depdagri 2008).

Sebagaimana tertulis dalam PTO PNPM MP, dinyatakan bahwa pelaksanaan program ini berlandaskan pada prinsip Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG), dalam arti bahwa anggota masyarakat laki-laki dan perempuan, mempunyai kesetaraan dalam peranannya pada setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan. Merujuk pada pengertian evaluasi program, serta dengan menggunakan teknik analisis gender, penerapan prinsip KKG tersebut akan tercermin dari keluaran (output) PNPM MP sebagaimana ditetapkan dalam tujuan PNPM MP.

Merujuk pada komponen stimulan dan tujuan PNPM MP yang meliputi aspek-aspek: kelembagaan, dana bergulir atau simpan pinjam, serta sarana sosial dasar dan ekonomi, maka dalam penelitian ini indikator keluaran (output) program PNPM MP menjadi variabel terpengaruh (variabel tidak bebas). Lebih lanjut, dengan merujuk pada Teknik Analisis Gender, terdapat empat variabel terpengaruh, yaitu: Tingkat Akses Laki-laki dan Perempuan terhadap Komponen PNPM MP (Y1), Tingkat Kontrol Laki-laki dan Perempuan terhadap komponen PNPM MP (Y2), dan Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan sesuai komponen PNPM MP (Y3). Adapun komponen PNPM MP tersebut mencakup sejumlah aspek pada tahap perencanaan dan pelaksanaan PNPM MP sebagaimana ditetapkan dalam PTO PNPM MP (Depdagri 2008).

Merujuk pada konsep program PNPM MP, serta konsep dan pendekatan evaluasi program sebagaimana dikemukakan di atas, ketercapaian tujuan program (keluaran) PNPM MP diduga dipengaruhi oleh input yang berasal dari program PNPM MP dan pendampingan oleh fasilitator. Sehubungan dengan itu, ada dua variabel pada faktor stimulan fisik dan kegiatan produktif serta faktor pengelolaan oleh kelembagaan PNPM MP di tingkat desa yang diduga mempengaruhi keluaran PNPM MP, yaitu : Tingkat Bantuan Dana BLM(X1)dan Tingkat Kemudahan Sistem Alokasi dan Pengembalian Dana Simpan-Pinjam untuk Kelompok Perempuan (Kelompok SPKP) (X2). Lebih lanjut, mengingat dalam pelaksanaan PNPM MP terdapat sejumlah fasilitator yang mendampingi


(34)

peserta penerima stimulan PNPM MP dalam melaksanakan kegiatan PNPM MP, karenanya keluaran PNPM MP juga diduga berhubungan dengan variabel Frekuensi Kunjungan Pendampingan oleh Fasilitator(X3).

Mengingat sasaran program adalah rumahtangga miskin dan bahwa stimulan dana diberikan kepada individu-individu yang memiliki usaha, maka diduga karakteristik individu dan rumahtangga tersebut juga mempengaruhi keluaran PNPM MP. Dalam penelitian ini masing-masing ada dua variabel yang diduga mempengaruhi keluaran PNPM MP dari kedua aspek tersebut. Pada karakteristik sumberdaya individu peserta PNPM MP, kedua variabel tersebut adalah Tingkat Pendidikan Formal (X4) dan Status Bekerja (X5). Adapun pada karakteristik sumberdaya rumahtangga yang diduga mempengaruhi adalah Jumlah ARTM Peserta PNPM MP yang bekerja dan/atau berusaha (X6) dan Status Kategori Rumahtangga Peserta PNPM MP(X7).

Melalui pemberian stimulan dan pendampingan oleh sejumlah fasilitator, Program PNPM MP dimaksudkan untuk mengentaskan kemiskinan secara berkelanjutan. Merujuk pada konsep evaluasi program sumatif, teknik analisis gender, dan tujuan PNPM MP tersebut, maka pengaruh (effect) dari stimulan PNPM MP di kalangan peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan, dapat diukur melalui manfaat yang diperoleh mereka; yang dalam hal ini diukur oleh dua variabel, yaitu Tingkat Perkembangan Usaha (Y3) dan Tingkat Kontribusi Pendapatan (Y4). Berdasar capaian manfaat dari kedua variabel pada aspek manfaat tersebut dan variabel Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan sesuai komponen PNPM MP (Y3), serta merujuk pada pendapat Moser (1993) tentang konsep peranan kebijakan pembangunan dalam pemenuhan kebutuhan gender, aspek pengaruh PNPM MP juga diukur melalui variabel Tipe Pemenuhan Kebutuhan Gender(Y7). Jika PNPM MP mampu meningkatkan partisipasi baik peserta PNPM Laki-laki dan Perempuan dalam Perkembangan Usaha (Y3) dan Tingkat Kontribusi Pendapatan(Y4) dikategorikan sebagai mampu mewujudkan Pemenuhan Kebutuhan Praktis Gender. Adapun jika mampu meningkatkan Partisipasi laki-laki dan perempuan ARTM miskin dalam Kelembagaan PNPM MP di desa (TPK, TPU dan SPKP) dikategorikan sebagai mampu mewujudkan Pemenuhan Kebutuhan Strategis Gender.


(35)

Berdasar penjelasan di atas, hubungan antara variabel-variabel terpengaruh (dependent variables) dan sejumlah variabel pengaruh (independent variables) dalam penelitian ini selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

2.3 Hipotesis Pengarah

1. Pengalokasian Stimulan PNPM MP yang responsif gender berhubungan positif dengan akses, kontrol, partisipasi, dan manfaat yang diperoleh peserta PNPM MP, baik laki-laki maupun perempuan.

2. Frekuensi Kunjungan Fasilitator PNPM MP berhubungan positif dengan Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, dan Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam penyelenggaraan PNPM MP.

3. Karakteristik sumberdaya individu berhubungan positif dengan Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, dan Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam penyelenggaraan PNPM MP.

4. Karakteristik sumberdaya rumahtangga berhubungan positif dengan Tingkat Akses, Tingkat Kontrol, dan Tingkat Partisipasi Laki-laki dan Perempuan dalam penyelenggaraan PNPM MP.

5. Tingkat akses, kontrol dan partisipasi peserta laki-laki dan perempuan terhadap sejumlah komponen Program PNPM MP berhubungan positif dengan tingkat manfaat PNPM MP yang diperoleh peserta PNPM MP. 6. Penyelenggaraan PNPM MP yang dilandasi KKG memberikan manfaat

secara setara kepada peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan.

7. Tingkat Manfaat yang diperoleh peserta PNPM MP laki-laki dan perempuan berhubungan dengan kemampuan penyelenggaraan PNPM MP dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan praktis gender dan strategis gender.


(36)

Y6. Tipe Pemenuhan Kebutuhan Gender  Pemenuhan Kebutuhan Praktis Gender  Pemenuhan Kebuuhan Strategis Gender

Analisis Gender dalam PNPM Mandiri Pedesaan

Y1. Tingkat Akses Peserta PNPM MP Laki-laki dan perempuan terhadap Komponen PNPM MP

Y2. Tingkat Kontrol Peserta PNPM MP Laki-laki dan Perempuan terhadap PNPM MP ---Y3. Tingkat Partisipasi Peserta PNPM MP

Laki-laki dan Perempuan dalam Kelembagaan PNPM MP

Y4. Tingkat Perkembangan Usaha Peserta PNPM MP laki-laki dan Perempuan Y5. Tingkat Pendapatan Peserta PNPM MP

Laki-laki dan Perempuan

Karakteristik Sumberdaya Individu

Pesera PNPM MP X4. Tingkat Pendidikan

Formal X5. Status Bekerja

Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga Peserta

PNPM MP X6. Jumlah ARTM yang

Bekerja/Berusaha X7. Status Kategori

Rumahtangga Peserta PNPM MP

X1. Tingkat Bantuan Dana untuk :

(a) Sosial Dasar (b) SPKP

X2. Tingkat kemudahan sistem Alokasi dan Pengembalian Dana SPKP

Pendampingan oleh Fasilitator PNPM MP X3. Frekuensi Kunjungan

Pendampingan oleh Fasilitator

Gambar 1 Bagan Hubungan Antar Variabel dalam Penelitian Analisis Gender Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP)


(37)

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Akses peserta PNPM MP Laki-laki dan Perempuan (selanjutnya ditulis Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP terhadap komponen PNPM MP) (Y1) adalah jumlah total skor akses yang diperoleh mereka dalam mengikuti semua aktivitas pada kegiatan persiapan dan pelaksanaan PNPM MP; dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut dengan total skor antara skor 45-60, 61-76, dan 77-92.

2. Tingkat Kontrol Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (Y2) adalah jumlah total skor yang diperoleh mereka pada proses pengambilan keputusan berkenaan semua aktivitas pada kegiatan persiapan dan pelaksanaan PNPM MP. Selanjutnya, berdasar jawaban atas semua kegiatan dalam persiapan dan pelaksanaan PNPM MP, Tingkat Kontrol Peserta Sosial Dasar dan PEserta SPKP dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut dengan total skor antara skor 45-60, 61-76, dan 77-92.

3. Tingkat Partisipasi Peserta Sosial Dasar dan SPKP (Y3) diukur dari jumlah total skor atas keikutsertaan mereka dalam kelembagaan PNPM MP tingkat Desa, khususnya pada tiga kelembagaan yang ada di tingkat desa, yaitu Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Tim Penulis Usulan (TPU), dan Kelompok SPKP. Mengingat pada setiap lembaga terdapat status ketua, sekretaris, bendahara dan anggota, kepada setiap jabatan tersebut diberi skor berturut-turut: skor tiga, dua, dan satu. Selanjutnya skor yang diperoleh mereka, dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni (a) rendah, jika skor nya 3-4, (b) sedang, jika skornya 5-6 (c) tinggi, jika skor nya 7-9.

4. Tingkat Perkembangan Usaha Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (Y4) adalah peningkatan kesempatan usaha yang dikelola oleh mereka setelah memperoleh dana bergulir dari PNPM MP, yang dibedakan ke dalam tiga kategori: (a) rendah (skor satu), jika dana bergulir tidak digunakan untuk menciptakan kesempatan usaha, (b) sedang (skor dua), jika dana bergulir digunakan untuk menciptakan kesempatan usaha baru, dan (c) tinggi (skor


(38)

tiga), jika dana bergulir digunakan untuk mengembangkan usaha yang telah mereka miliki.

5. Tingkat Pendapatan Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (Y5) adalah jumlah rupiah yang diperoleh mereka dari usaha yang dikembangkan dengan menggunakan dana yang diperoleh dari PNPM MP; dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: (a) rendah, jika total rupiah yang diperoleh dari suatu siklus usaha antara Rp 425.000,- sampai dengan Rp 1.418.500,- (b) sedang, jika total rupiah yang diperoleh antara Rp 1.418.500,- sampai dengan Rp 2.794.100,- (c) tinggi jika Rp 2.794.100,- sampai dengan Rp 4.170.000,-.

6. Tingkat Bantuan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) (X1) adalah jumlah bantuan (rupiah) yang diberikan kepada anggota kelompok SPKP sebagai tambahan modal usaha. Adapun tingkat bantuan dana BLM yang diberikan kepada Peserta SPKP dikategorikan: (a) rendah, jika dana yang diperoleh kurang dari Rp1.000.000-, (b) sedang, jika dana yang diperoleh anggota sama dengan Rp1.000.000,- (c) tinggi, jika dana yang diperoleh lebih dari Rp1.000.000,-.

7. Tingkat Kemudahan Sistem Alokasi dan Pengembalian Dana Simpan-pinjam untuk Kelompok Perempuan (X2) adalah tingkat kemudahan sistem alokasi dana serta penilaian mudah tidaknya persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota SPKP untuk memperoleh dana bantuan dan pengembaliannya, dibedakan ke dalam kategori: (a) rendah, jika anggota SPKP hanya dapat memenuhi satu syarat administrasi (anggota RTM/KK/KTP) dan (b) sedang, jika dua syarat administrasi dapat dipenuhi, (c) tinggi, jika semua syarat administrasi (anggota RTM, KK, dan KTP) dapat terpenuhi.

8. Frekuensi Kunjungan Pendampingan oleh Fasilitator (X3)adalah total jumlah kunjungan yang dilakukan oleh fasilitator Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), Tim Pendamping Lokal dan Fasilitator Teknik-Kecamatan kepada Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP. Frekuensi kunjungan tersebut dibedakan ke dalam: rendah, sedang dan tinggi, berturut-turut jika total skor kunjungan kepada peserta PNPM MP, 1-5 kunjungan, 6-10 kunjungan dan 11-15 kunjungan.


(39)

9. Tingkat Pendidikan Formal Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (X4) adalah jenjang pendidikan tertinggi yang diikuti Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP di bangku sekolah; dibedakan ke dalam tiga kategori: (a) rendah, jika tidak lulus SD atau tamat SD, (b) sedang, jika tamat SMP dan SMA, dan (c) tinggi, jika tamat akademi/perguruan tinggi.

10. Status Bekerja Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (X5) adalah kondisi bekerja yang dialami individu dalam hubungannya dengan ada tidak adanya dukungan tenaga kerja lainnya, dibedakan ke dalam: (1) bekerja/berusaha sendiri, (2) Berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap, (3) berusaha dibantu dengan buruh tetap, (4) buruh karyawan/pekerja yang dibayar (tenaga upahan), dan (5) pekerja tidak dibayar (pekerja keluarga). Berdasar hal ini, selanjutnya status bekerja dikategorikan menjadi: (a) rendah, jika berstatus sebagai pekerja keluarga, (b) sedang, jika bekerja selaku buruh tidak tetap atau berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain/pekerja keluarga, dan (c) tinggi, jika bekerja sebagai karyawan PNS/swasta (dengan gaji tetap) dan/atau berusaha sendiri dengan bantuan pekerja upahan.

11. Jumlah Anggota Rumahtangga (ART) Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP yang Bekerja dan/atau Berusaha(X6)adalah banyaknya anggota rumahtangga yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, diukur dengan banyaknya anggota keluarga yang bekerja, dibedakan ke dalam: (a) rendah, jika hanya kepala keluarga yang bekerja, (b) sedang, jika kepala keluarga dan istri/suami yang bekerja, dan (c) tinggi, jika seluruh anggota keluarga yang tergolong usia kerja.

12. Status Kategori Rumahtangga Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP (X7) adalah kondisi rumahtangga mereka berdasarkan kriteria rumahtangga miskin menurut kriteria lokal sebagaimana ditetapkan dalam PTO PNPM MP; dibedakan ke dalam tiga kategori: (a) rendah, jika rumahtangga tergolong tidak miskin, (b) sedang, rumahtangga tergolong miskin, dan (c) tinggi, rumahtangga tergolong sangat miskin.

13. Pemenuhan Kebutuhan Gender (Y6) adalah dampak yang berhasil dicapai dari pelaksanaan PNPM MP, yang dibedakan kedalam dua kategori, yakni: (a) Pemenuhan Kebutuhan Praktis Gender jika stimulan PNPM MP mampu


(40)

meningkatkan Perkembangan Usaha(Y3)dan Tingkat Kontribusi Pendapatan (Y4)Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP , dan (b) Pemenuhan Kebutuhan Strategis Gender jika mampu meningkatkan partisipasi Peserta Sosial Dasar dan Peserta SPKP dalam kelembagaan PNPM MP di tingkat desa (TPK, TPU dan KSPKP).


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Strategi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi hasil (sumatif) yang menggunakan teknik pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei menggunakan kuesioner terstruktur, yang di dalamnya memuat sejumlah pertanyaan dan/atau pernyataan yang mengukur semua variabel terpengaruh dan yang mempengaruhinya sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara mendalam dan observasi, hal ini dilakukan untuk mempelajari berbagai aspek berkenaan perkembangan kelembagaan PNPM MP di tingkat desa.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang mencakup semua variabel terpengaruh dan yang mempengaruhinya, sebagaimana tertulis pada Gambar 1. Selain itu, juga data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi. Adapun data sekunder dalam penelitian ini meliputi semua data dan informasi yang terdapat dalam dokumen tertulis (antara lain laporan) berkenaan penyelenggaraan PNPM MP di Desa Kemang. Di samping itu, juga mencakup data Monografi Desa Kemang, serta dokumen lainnya yang relevan dalam penelitian ini.

3.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa menurut Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur, desa ini merupakan salah satu desa penerima PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bojongpicung pada tahun 2009 dan 2010. Pertimbangan lainnya, adalah bahwa desa ini merupakan desa lahan kering yang relatif terisolir, sementara mayoritas penduduknya tergolong menguasai lahan sempit dan penggarap lahan Perhutani (Mugniesyah 2007) sehingga diharapkan dapat melengkapi sejumlah hasil studi


(42)

evaluasi PNPM terdahulu, yang sebagian besar dilakukan di daerah perkotaan dan pada komunitas padi sawah. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada April sampai Mei 2011. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3 Pemilihan Subjek Penelitian

Populasi sampling pada penelitian ini adalah seluruh rumahtangga miskin di Desa Kemang. Adapun populasi sasaran pada penelitian ini adalah anggota rumahtangga miskin penerima stimulan PNPM MP. Penentuan rumahtangga contoh (sampel) dilakukan secara sengaja (purposive), dengan mempertimbangkan proporsinya dalam kelembagaan dan/atau kegiatan yang diintroduksikan oleh PNPM MP di desa ini, dan dengan mempertimbangkan kemungkinan untuk pengolahan data, baik dengan menggunakan tabulasi silang maupun analisis statistik. Total keseluruhan responden pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 individu laki-laki yang berasal dari peserta PNPM MP Sosial dasar dan 30 individu perempuan yang tergabung ke dalam SPKP.

Untuk memperoleh kejelasan berkenaan semua data sekunder dan informasi berkenaan penyelenggaraan PNPM MP di Desa Kemang, dilakukan wawancara mendalam dengan delapan orang informan (enam laki-laki dan dua orang perempuan) yang mencakup semua pelaku yang menurut PTO PNPM MP memiliki tanggung-jawab dalam pelaksanaan PNPM MP, antara lain Kepala Desa, Ketua TPK, Sekretaris TPK, Ketua TPU, Pendamping Lokal, Ketua BPD, KPMD Laki-laki dan KPMD Perempuan.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Unit analisis penelitian ini adalah individu (ARTM laki-laki dan perempuan). Data primer yang telah terkumpul diedit, untuk kemudian dimasukan (entry) ke dalam sistem data dalam komputer dengan menggunakan program

Microsoft Excel 2007. Dengan menggunakan program PIVOT, data yang sudah di-entrytersebutselanjutnya diolah ke dalam sejumlah tabel frekuensi dan silang,


(43)

khususnya untuk menyajikan hasil yang akan memperjelas ada tidaknya hubungan antara variabel pengaruh dan terpengaruh sebagaimana disajikan dalam Gambar 1. Selain itu, juga untuk menyajikan informasi yang berbasis pada data sekunder, khususnya berkenaan dengan kondisi di Desa Kemang dan pelaksanaan PNPM MP. Dengan menggunakan program SPSS 16 for windows dilakukan pengolahan data lebih lanjut, utamanya untuk menguji kecenderungan diterima atau ditolaknya sejumlah hipotesis pengarah dalam penelitian ini. Hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis tersebut selanjutnya dianalisis dengan mengacu kepada sejumlah pendekatan dan teori yang dirujuk dalam kerangka pemikiran.

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik Uji Korelasi Rank Spearman (rs). Uji korelasi Rank Spearman

dipilih dengan pertimbangan bahwa variabel-variabel bebas dan tidak bebas dalam penelitian ini menggunakan pengukuran dalam skala ordinal. Dalam interpretasi hasil uji statistik, digunakan interpretasi menurut Purnaningsih (2006), yaitu: (1) signifikansi α= 0,05, artinya berhubungan dan signifikan, (2) signifikansi α= 0,10, artinya cukup berhubungan dan cukup signifikan, (3) signifikansi α= 0,20 sampai α= 0,30, artinya kurang baik berhubungan dan tidak signifikan, dan (4) signifikansi α> 0,30, artinya tidak baik berhubungan dan sangat tidak signifikan.


(44)

BAB IV

KEADAAN UMUM DESA KEMANG

4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah

Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak berturut-turut sekitar 7 km dari kecamatan Bojongpicung, 24 km dari ibukota Kabupaten Cianjur dan 62 km dari ibukota Provinsi Jawa Barat. Untuk mencapai desa ini dapat menggunakan kendaraan motor dan/atau mobil, dengan waktu tempuh berturut-turut satu jam, tiga jam lima puluh menit dan 24 jam. Adapun waktu tempuh menuju ke desa ini, khususnya menggunakan mobil dari Bogor, diperlukan waktu selama sekitar empat jam.

Secara umum keadaan topografi Desa Kemang merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 400-800 di atas permukaan air laut (dpl). Sebagaimana desa-desa lainnya di wilayah Indonesia, Desa Kemang memiliki dua musim, yakni musim kemarau dan penghujan dengan curah hujan 1945 mm per tahun dan suhu rata-rata harian 250C.

Secara administratif, Desa Kemang berbatasan dengan sejumlah desa lain yang ada di Kecamatan Bojongpicung, yaitu dengan Desa Sukaratu di sebelah Utara dan dengan Desa Cibitung di sebelah Selatan. Adapun di sebelah Timur dan Barat, berturut-turut berbatasan dengan Desa Cihea dan Desa Sukarama.

Desa Kemang terbagi menjadi tiga dusun yang di dalamnya terdapat 22 kampung. Secara administratif di setiap dusun terdapat masing-masing dua Rukun Warga (RW). Dusun I terdiri dari dua RW, yakni RW 01 dan RW 02 yang di dalamnya mencakup 12 RT dan delapan kampung. Nama-nama kampung di Dusun I adalah Kelapa Condong, Beber, Cikupa, Kawung Luwuk, Pasir Jati, Cibentang, Mujit, dan Muncang Nunggal. Di Dusun II terdapat 11 RT dan enam kampung, yaitu: Rawa Sampih, Babakan Sawah Hilir, Cimenteng, Kopeng, Kemang, dan Cibuluh. Adapun di Dusun III terdapat 10 RT yang tersebar di delapan kampung, yaitu: Legok Nangka, Jakapari, Jaringao, Cikoneng, Citangkil, Cigunung, dan Babakan Sawah Girang.


(45)

Luas wilayah Desa Kemang sekitar 2.499,21 hektar dengan distribusi penggunaan lahan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas Wilayah Desa Kemang menurut Penggunaannya, Tahun 2009 (dalam hektar dan persen)

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) %

Hutan 1250,00 50,02

Tegalan 994,45 39,79

Persawahan 94,11 3,77

Pemukiman 88,51 3,54

Kebun 20,00 0,80

Pekarangan 12,41 0,50

Kuburan 10,02 0,40

Perkantoran 4,21 0,17

Lainnya 25,51 1,02

Total 2499,21 100,00

Sumber : Potensi Desa Kemang 2009

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Desa Kemang didominasi oleh hutan, dimana hutan tersebut merupakan milik Perhutani, yakni sekitar 50 persen. Lahan terbesar kedua setelah hutan merupakan Tegalan dengan luas sekitar 11 persen lebih rendah dari luas hutan yang selanjutnya diikuti oleh persawahan, pemukiman dan kebun dengan berturut-turut sekitar 3,7 persen, 3,5 persen dan 0,8 persen.

4.2 Keadaan Umum Penduduk

Untuk diketahui, data sekunder yang tersedia di Desa Kemang adalah data yang tertulis dalam dokumen Potensi Desa Tahun 2009. Menurut sumber tersebut, jumlah penduduk Desa Kemang adalah 5501 jiwa, yang terdiri dari 2742 penduduk laki-laki (49,85 persen) dan 2759 penduduk perempuan (50,15 persen). Dengan demikian, rasio jenis kelaminnya1 sekitar 99 persen, artinya untuk tiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 99 penduduk laki-laki.

Terdapat 1514 Kepala Keluarga (KK) di desa ini, sehingga rata-rata jumlah anggota keluarganya kurang dari 4 orang per KK. Dengan demikian,

1

Rasio Jenis Kelamin = ∑ Penduduk laki-laki x 100 ∑ Penduduk laki-laki


(46)

diduga keluarga di Desa Kemang cenderung menerapkan Program Keluarga Berencana (KB). Adapun komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 (dalam persen)

Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan Total

0–4 2,51 2,69 5,20

5–9 7,54 7,71 15,25

10–14 7,33 6,67 14,00

15–19 8,05 7,45 15,51

20–24 4,73 4,45 9,18

25–29 2,38 2,53 4,91

30–34 3,56 3,73 7,29

35–39 2,53 2,62 5,14

40–44 1,89 1,64 3,53

45–49 2,16 2,33 4,49

50–54 1,38 1,66 3,14

55–59 1,76 2,13 3,89

60–64 1,58 1,67 3,25

65–69 1,22 1,51 2,73

70–74 0,91 1,04 1,95

≥75 0,31 0,24 0,55

Total 49,85 50,15 100,00

Sumber : Potensi Desa Kemang 2009

Sebagaimana terlihat pada Tabel 2, secara umum, mayoritas penduduk Desa Kemang tergolog ke dalam usia produktif (15-64 tahun), yakni sekitar 60 persen. Selanjutnya disusul oleh kelompok usia Sekolah Dasar sampai Menengah (5-19 tahun) yakni sekitar 13 persen lebih rendah daripada kelompok usia produktif. Adapun, penduduk yang tergolong lanjut usia (>65 tahun) yaitu sekitar lima persen. Jika dilihat menurut jenis kelaminnya, diketahui bahwa persentase penduduk perempuan pada kedua kelompok tersebut di atas sedikit lebih tinggi dibanding penduduk laki-laki; yakni lebih tinggi sekitar 0,2 persen bagi mereka yang tergolong usia kerja dan sekitar 0,4 persen pada mereka yang tergolong lanjut usia.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, mayoritas lahan di Desa Kemang adalah hutan dan tegalan/ladang, hal ini tampaknya mempengaruhi


(47)

ragam jenis pekerjaan penduduk desa, dimana sebagian besar penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai petani. Adapun distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Mata Pencaharian dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 (dalam persen)

Mata Pencaharian Laki-laki Perempuan Jumlah

Petani 56,85 8,75 65,6

Buruh Tani 13,78 5,34 19,12

Buruh Migran 0,34 2,56 2,91

Pegawai Negeri Sipil 1,03 0,21 1,24

TNI 0,05 0,00 0,05

POLRI 0,03 0,00 0,03

Pensiunan PNS 0,34 0,24 0,58

Industri Rumahtangga 5,05 0,87 5,92

Pedagang keliling 2,56 0,4 2,96

Montir 0,05 0,00 0,05

Pembantu Rumahtangga 0,00 1,37 1,37

Dukun Kampung Terlatih 0,00 0,16 0,16

Total 80,09 19,91 100,00

Sumber : Potensi Desa Kemang 2009

Sebagaimana terlihat pada Tabel 3 diatas terlihat bahwa sejumlah mata pencaharian didominasi oleh penduduk laki-laki dengan persentase 80 persen atau sekitar 60 persen lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan. Dari sejumlah mata penceharian tersebut, 84 persen penduduk bekerja di bidang pertanian dimana 19 persen di antaranya merupakan buruh tani. Yang menarik adalah terlihat kecenderungan mata pencaharian bagi penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Seperti pada persentase penduduk bekerja sebagai petani, PNS, pengrajin dan pedagang yang didominasi laki-laki, sementara buruh migran, pembantu rumahtangga dan dukun kampung terlatih, cenderung ditempati oleh perempuan.

Kondisi pekerjaan penduduk di Desa Kemang tampaknya berhubungan dengan kondisi penduduk desa menurut tingkat pendidikan mereka sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.


(48)

Tabel 4 Distribusi Penduduk Desa Kemang menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 (dalam persen)

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

SD/Sederajat 40,53 40,95 81,48

SMP/Sederajat 7,35 5,09 12,44

SMA/Sederajat 2,67 1,65 4,33

Diploma 1- D3/Sederajat 0,64 0,32 0,95

Strata 1- S2/Sederajat 0,64 0,16 0,80

Total 51,83 48,17 100,0

Sumber : Potensi Desa Kemang 2011

Program Wajib Belajar 12 tahun sebagai bagian capaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals), khususnya berkenaan dengan gerakan Program Pendidikan Untuk Semua atau PUS (Education For ALL) nampaknya belum berlaku di desa ini, hal ini berhubungan dengan fakta bahwa mayoritas penduduk Desa Kemang merupakan tamatan Sekolah Dasar, yakni sekitar 81 persen. Adapun relatif masih rendahnya mereka yang berpendidikan lanjutan dan menengah berturut-turut sekitar 69 persen dan 77 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang berpendidikan SD.

Seperti terlihat pada Tabel 4, secara umum terdapat kecenderungan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan semakin menurun persentase penduduk yang menikmati pendidikan. Lebih lanjut, jika dilihat menurut jenis kelaminnya, ternyata persentase perempuan yang berpendidikan sekolah lanjutan dan perguruan tinggi menunjukkan persentase yang lebih rendah dibanding laki-laki, berturut-turut lebih rendah sekitar dua persen pada tingkat SMP, satu persen SMU, dan 0,8 persen pada tingkat perguruan tinggi.

4.3 Kelembagaan

Kelembagaan yang ada di Desa Kemang meliputi kelembagaan formal dan informal. Kelembagaan formal terdiri dari lembaga pemerintahan seperti Pemerintahan Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa yang meliputi kelompok PKK, Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), Karang Taruna, Posyandu, Koperasi dan Kelompok Wanita Tani (KWT).


(1)

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Difusi Inovasi Telepon Seluler di Kalangan Masyarakat Perdesaan Tahun 2011

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Keterangan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan Proposal Skripsi

Kolokium

Perbaikan Proposal Pengumpulan Data Lapangan

Pengolahan dan Analisis Data

Penulisan Draft Skripsi Konsultasi dan Perbaikan Skripsi

Uji Petik Ujian Skripsi Perbaikan dan Penggandaan Skripsi


(2)

Kabupaten Bandung

Lampiran 2. Peta Desa Kemang, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur


(3)

Lampiran 3. Kriteria Kemiskinan Menurut Kriteria Lokal (Hasil Pemetaan Partisipatif)

Berikut ini ditampilkan kriteria rumahtangga miskin menurut kriteria lokal :

1. Penghasilan dibawah Rp 500.000 per bulan.

2. Makan satu kali atau dua kali sehari tanpa lauk pauk. 3. Makan daging/lauk pauk sebulan sekali.

4. Rumah Panggung dengan ukuran dibawah 30 meter persegi, kumuh, tidak memiliki fentilasi dan kaca, tidak memiliki WC/toilet.

5. Tidak memiliki sawah atau lading. 6. Tidak memiliki kulkas, TV.

7. Bahan bakar memasak masih menggunakan kayu bakar. 8. Membeli pakaian setahun sampai dua tahun sekali.


(4)

Lampiran 4. Peserta PNPM MP Menurut Kategori Kriteria dari Semua Variabel Karakteristik Sumberdaya Individu dan Rumahtangga

Variabel-variabel Parameter Statistik Kategori Kriteria (skor)

Rata-rata Max Min Rendah Sedang Tinggi

Tingkat Bantuan Dana SPKP (X1) 1000000 2000000 500000 500000 1000000 2000000

Tingka Kemudahan Sistem Alokasi Dana dan Pengembalian Dana SPKP (X2)

minimal satu syarat terpenuhi

(RTM/KTP/KK)

dua syarat terpenuhi

Semua syarat terpenuhi (RTM, KTP, KK)

Frekuensi Kunjungan Fasilitator (X3) 2 30 15 skor 15-19 skor 20-24 skor 25-30

Tingkat Pendidikan Formal (X4)

tidak lulus SD atau

tamat SD tamat SMP dan SMA

tamat akademi/perguruan

tinggi

Status Bekerja (X5)

Pekerja Keluarga/tanpa Upah buruh tidak tetap/bekerja sendiri/keluarga PNS, Karyawan

Status Kategori Rumahtangga (X6) Tidak miskin miskin sangat miskin

Jumlah ART yang Bekerja (X7) suami/istri sendiri suami dan istri suami, istri dan anak

Tingkat Akses Peserta PNPM MP-L dan PNPM MP-P (Y1) 66 90 45 45-60 61-76 77-92

Tingkat Kontrol Peserta PNPM MP-L dan PNPM MP-P (Y2) 66 90 45 45-60 61-76 77-92

Tingkat Partisipasi Peserta PNPM MP-L dan PNPM MP-P (Y3) anggota sekretaris/bendahara Ketua

Tingkat Perkembangan Usaha Peserta PNPM MP-L dan PNPM MP-P (Y4)

Tidak digunakan

untuk usaha Membuat usaha baru

Mengembangkan usaha yang dimiliki

Tingkat Pendapatan Peserta PNPM MP-L dan PNPM MP-P (Y5)

Rp679.400 Rp4.170.000 Rp42.500

SPKP < 1000000 , sosial dasar Rp42500-Rp1418500

SPKP = Rp1000000, Sosial Dasar Rp 1418300-RP2794100

SPKP > 1000000, Rp 2794100-Rp4170000


(5)

Lampiran 5.

Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Variabel-Variabel Karakteristik Sumberdaya Individu dan Variabel

Karakteristik Sumberdaya Rumahtangga

Variabel-variabel

PESERTA SOSIAL DASAR Akses (Y1) Kontrol (Y2) Partisipasi (Y3) Perkembangan Usaha (Y4) Pendapatan (Y5)

rs Sig rs Sig rs Sig rs Sig rs Sig

Karakteristik Individu

Tingkat Pendidikan Formal (X4) -0,153 0,209 -0,60 0,377 0,339 0,034 * -0,437 0,008* -0,296 0,056** Status Bekerja (X5) 0,015 0,468 0,027 0,443 -0,62 0,373 -0,083 0,332 -0,017 0,465

Karakteristik Rumahtangga

Jumlah ART yang Bekerja (X6) 0,403 0,014 * 0,141 0,228 -0,226 0,078 ** 0,161 0,198 *** -0,054 0,388 Status Kategori Rumahtangga (X7) -0,182 0,168*** -0,352 0,028* 0,184 0,166*** -0,304 0,051* -0,304 0,051*

Variabel-variabel PESERTA SPKP Akses (Y1) Kontrol (Y2) Partisipasi (Y3) Perkembangan Usaha (Y4) Pendapatan (Y5)

rs Sig rs Sig rs Sig rs Sig rs Sig

Karakteristik Individu

Tingkat Pendidikan Formal (X4) -0,079 0,339 0,026 0,445 0,038 0,420 -0,246 0,095 ** -0,254 0,088 ** Status Bekerja (X5) -0,23 0,453 -0,15 0,469 0,125 0,255 0,183 0,167 *** 0,131 0,245

Karakteristik Rumahtangga

Jumlah ART yang Bekerja (X6) -0,115 0,273 -0,095 0,308 -0,156 0,205 *** 0,224 0,117 ** -0,095 0,309 Status Kategori Rumahtangga (X7) 0,230 0,110*** 0,019 0,460 -0,209 0,134 ** 0,083 0,332 -0,136 0,237

Keterangan : * Signifikansi α=0,05 (berhubungan dan signifikan)

** Signifikansi α=0,10 (cukup berhubungan dan cukup signifikan

*** Signifikansi α=0,20 sampai α=0,30 (luring baik berhubungan dan tidak signifikan) Signifikansi> α= 0,30 tidak baik berhubugan dan sangat tidak signifikan


(6)

Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

4 59 100

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

4 65 98

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Pengembangan Sosio-Ekonomi Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

0 50 160

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76