Analisis Kasus Dalam Putusan Register No. 1617Pid.Sus2014PN.TNG

66

B. Analisis Kasus Dalam Putusan Register No. 1617Pid.Sus2014PN.TNG

Kasus kekerasan yang terjadi pada anak di panti asuhan yang diangkat penulis mungkin hanya sebagian kecil dari banyaknya kasus kekerasan yang terjadi pada anak di lingkungan masyarakat, bahkan mungkin banyak kasus kekerasan pada anak yang belum terangkat ke permukaan. Namun pada kenyataannya, persoalan mengenai kekerasan, eksploitasi maupun penelantaran terhadap anak selalu menjadi masalah yang terus muncul. Sebagaimana telah dirumuskan dalam Bab I skripsi ini, masalah yang akan diteliti adalah Pertanggungjawaban Pidana Pemilik Panti Asuhan Terhadap Kekerasan Yang Terjadi Pada Anak yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Klas I.A khusus Tangerang dengan putusan Nomor: 1617Pid.Sus2014PN.TNG. Pada kasus ini, kekerasan yang terjadi pada anak berdasarkan Putusan No.1617Pid.Sus2014PN.TNG, putusan dari Majelis Hakim adalah Menyatakan Terdakwa Chemy Watulingas als Samuel secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya” sebagaimana dalam dakwaan Kesatu Primair dan melakukan tindak pidana “Penganiayaan terhadap anak” sebagaimana dalam dakwaan Kedua, dan melakukan tindak pidana “Penelantaran terhadap anak” sebagaimana dalam dakwaan Ketiga dan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Chemy Watulingas als Samuel dengan pidana penjara 10 sepuluh tahun di potong masa tahanan dan denda sebesar Rp.100.000.000,- seratus juta rupiah dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 5 lima bulan. 67 Berdasarkan kasus Putusan Register No.1617Pid.Sus2014PN.TNG termasuk dalam tindak pidana kekerasan yang terjadi pada anak. Penulis dalam hal ini memberikan analisis terhadap kasus sebagai berikut: 1. Bahwa telah terpenuhinya syarat-syarat formil dari putusan pidana tersebut sesuai dengan pasal 143 ayat 2 a KUHAP yang berbunyi: Nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka. 2. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana tersebut dilakukan: a. Adanya keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh Penuntut Umum sebanyak 11 sebelas orang saksi yaitu Gading Satria Nainggolan, Yoyok Setio Hermanto, Debora Tanuja Tan, Henoch alias Doi, Dr. Andreas Liando. SpA, dan Sumini dan keterangan saksi korban yaitu Icha Ester 14 tahun, Priskila 14 tahun, Paulus Rudi 14 tahun, Jordan 9 tahun, dan Yohanes 13 tahun. b. Adanya saksi yang meringankan terdakwa yaitu Sulaiman Mesah, Anneke L. Rawung dan Ishak Tambuwun c. Adanya keterangan terdakwa dimana terdakwa tidak mengakui telah menyetubuhi saksi korban Icha Ester dan saksi Priskila, tidak mengakui pernah mengurung saksi korban Jordan di kandang anjing dan juga tidak mengetahui barang bukti yang diajukan dipersidangan kecuali selang dan sprei. 68 3. Bahwa terdakwa dibebaskan dari dakwaan Kesatu Subsidair yaitu Pasal 82 Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak karena dakwaan Kesatu surat dakwaan Penuntut Umum disusun secara kumulatif Subsidaritas, maka telah terbuktinya dakwaan Kesatu Primair dalam surat dakwaan Penuntut Umum maka dakwaan Kesatu Subsidair tidak perlu dipertimbangkan lagi. Penulis sependapat dengan Majelis Hakim karena terdakwa terbukti melakukan persetubuhan dengan ancaman kekerasan terhadap saksi-saksi korban yaitu Icha Ester dan Priskila yang dibuktikan dengan adanya keterangan saksi-saksi dan hasil visum yang ada . 4. Bahwa terdakwa dikenakan dakwaan Kesatu Primair, dakwaan Kedua dan dakwaan ketiga karena menurut pertimbangan Majelis Hakim telah terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah melanggar Pasal 81 ayat 1 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 80 ayat 1 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan pasal 77 huruf b Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo. Pasal 65 ayat 1 KUHP. Penulis juga sependapat dengan Majelis Hakim karena sesuai dengan fakta-fakta yang ada di persidangan, berdasarkan keterangan saksi korban dan saksi-saksi dan keterangan terdakwa di persidangan telah terbukti dengan sah dan meyakinkan telah bersalah dan melanggar pasal-pasal yang disebutkan diatas dan unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: a. Pasal 81 ayat 1 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 69 1 Unsur setiap orang Bahwa pengertian setiap orang dalam ini, di dalam KUHP disebut barang siapa dan menurut doktrin Hukum Pidana yang dimaksud setiap orang adalah siapa saja yang ditujukan kepada manusia sebagai subjek yang artinya adalah siapa saja sebagai pelaku tindak pidana dan perbuatan itu dapat dipertanggungjawabkan kepadanya dan tidak terdapat hal-hal yang dapat menghapus kesalahannya, dimana dalam perkara ini adalah Chemy Watulingas als Samuel. Terdakwa membenarkan identitas yang tercantum dalam dakwaan, mampu memberikan keterangan di depan persidangan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya terkait dengan surat dakwaan dan bahkan mampu memberikan tanggapan terhadap keterangan saksi-saksi selama persidangan. Maka unsur ini telah terpenuhi. 2 Unsur dengan sengaja Bahwa berdasarkan teori, sengaja dapat diartikan yaitu sengaja menurut sifatnya adalah perbuatan yang disadari atau perbuatan yang diinsyafi sedangkan sengaja menurut isinyaberintikan perbuatan yang dikehendaki dan diketahui akibatnya. Dari ketentuan tersebut, apabiladihubungkan dengan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan bahwa Terdakwa atas kemauan sendiri tanpa adanya pengaruh atau paksaan dari siapapun. Maka unsur ini terpenuhi. 70 3 Unsur melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain Bahwa yang dimaksud dengan kekerasan adalah setiap perbuatan dengan menggunakan tenaga terhadap orang atau barang yang dapat mendatangkan kerugian bagi si terancam atau mengagetkan yang dikerasi dan sebagai perluasannya membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan SR. Sianturi SH dalam buku Tindak Pidana di KUHP, sedangkan ancaman kekerasan adalah membuat seseorang yang diancam ketakutan karena ada sesuatu yang akan merugikan dirinya, dan pengertian anak menurut Undang-Undang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Berdasarkan ketentuan tersebut apabila dihubungkan dengan keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa, alat bukti serta barang bukti yang diajukan di persidangan bahwa unsur diatas terbukti dan terpenuhi. b. Pasal 80 ayat 1 Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo. Pasal 65 ayat 1 KUHP Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1 Unsur setiap orang Bahwa pengertian setiap orang dalam ini, di dalam KUHP disebut barang siapa dan menurut doktrin Hukum Pidana yang dimaksud setiap orang adalah siapa saja yang ditujukan kepada manusia sebagai subjek yang artinya adalah siapa saja sebagai pelaku tindak 71 pidana dan perbuatan itu dapat dipertanggungjawabkan kepadanya dan tidak terdapat hal-hal yang dapat menghapus kesalahannya, dimana dalam perkara ini adalah Chemy Watulingas als Samuel. Terdakwa membenarkan identitas yang tercantum dalam dakwaan, mampu memberikan keterangan di depan persidangan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya terkait dengan surat dakwaan dan bahkan mampu memberikan tanggapan terhadap keterangan saksi-saksi selama persidangan. Maka unsur ini telah terpenuhi. 2 Unsur melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan atau penganiayaan terhadap anak Bahwa yang dimaksud dengan kekerasan adalah setiap perbuatan dengan menggunakan tenaga terhadap orang atau barang yang dapat mendatangkan kerugian bagi si terancam atau mengagetkan yang dikerasi dan sebagai perluasannya membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan SR. Sianturi SH dalam buku Tindak Pidana di KUHP, sedangkan ancaman kekerasan adalah membuat seseorang yang diancam ketakutan karena ada sesuatu yang akan merugikan dirinya. Bahwa di dalam penjelasan Undang-undang No.23 tahun 2002, kekejaman, kekerasan dan penganiayaan perlakuan yang kejam kepada anak tidak semata-mata menciderai anak sebatas fisiknya tetap juga mental dan sosial, sedangkan penganiayaan menurut yurisprudensi diartikan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak 72 penderitaan, rasa sakit atau luka. Jadi pengertian penganiayaan adalah sengaja merusak kesehatan orang, menyebabkan rasa sakit juga termasuk penganiayaan, misalnya mencubit, memukul, menempeleng dan sebagainya Buku KUHP R.Soesilo sedangkan pengertian anak menurut Undang-Undang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Bahwa bila ketentuan diatas dihubungkan dengan fakta yang terungkap dipersidangan maka diperoleh fakta bahwa berdasarkan laporan anak panti kepada saksi Debora telah mendapat perlakuan tidak baik kepada anak-anak dipanti asuhan seperti Tasya 6 Bulan yang mendapatkan luka gigitan di dagunya, Harun 7 tahun yang mengalami luka memar pada tangan sebelah kanan dekat sikut akibat dipukul sapu ijuk, Yakob Eko yang mengalami luka memar di punggung dan benjol di kepala akibat pukulan dengan menggunakan gesper dari Terdakwa dan saksi Jonathan yang hampir setiap hari dipukul oleh Terdakwa dengan sepatu, sapu dan terkadang di cubit. Maka unsur ini telah terpenuhi. 3 Unsur beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan yaitu keterangan saksi-saksi, adanya alat bukti surat dan barang bukti yang terungkap dipersidangan, Terdakwa telah melakukan 73 penganiayaan pemukulan terhadap anak-anak panti. Maka unsur ini telah terpenuhi. c. Pasal 77 huruf b Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo. Pasal 65 ayat 1 KUHP Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1 Unsur setiap orang Bahwa pengertian setiap orang dalam ini, di dalam KUHP disebut barang siapa dan menurut doktrin Hukum Pidana yang dimaksud setiap orang adalah siapa saja yang ditujukan kepada manusia sebagai subjek yang artinya adalah siapa saja sebagai pelaku tindak pidana dan perbuatan itu dapat dipertanggungjawabkan kepadanya dan tidak terdapat hal-hal yang dapat menghapus kesalahannya, dimana dalam perkara ini adalah Chemy Watulingas als Samuel. Terdakwa membenarkan identitas yang tercantum dalam dakwaan, mampu memberikan keterangan di depan persidangan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya terkait dengan surat dakwaan dan bahkan mampu memberikan tanggapan terhadap keterangan saksi-saksi selama persidangan. Maka unsur ini telah terpenuhi. 2 Unsur dengan sengaja Bahwa berdasarkan teori, sengaja dapat diartikan yaitu sengaja menurut sifatnya adalah perbuatan yang disadari atau perbuatan yang diinsyafi sedangkan sengaja menurut isinyaberintikan perbuatan yang dikehendaki dan diketahui akibatnya. Dari 74 ketentuan tersebut, apabiladihubungkan dengan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan bahwa Terdakwa atas kemauan sendiri tanpa adanya pengaruh atau paksaan dari siapapun. Maka unsur ini terpenuhi. 3 Unsur melakukan tindakan penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan baik fisik, mental maupun sosial. Bahwa perlakuan penelantaran adalah perbuatan dalam bentuk “tidak melakukan sesuatu” . Dalam hal ini seseorang memiliki kewajiban untuk memelihara, merawat atau mengurus anak-anak. Bahwa pengertian anak menurut Undang-Undang Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Apabila ketentuan-ketentuan diatas dikaitkan dengan fakta-fakta yang diperoleh dipersidangan apabila dihubungkan dengan keterangan saksi-saksi, bukti surat-surat dan barang-barang bukti yang diajukan dipersidangan bahwa anak-anak panti asuhan yang tinggal di panti asuhan Samuel milik Terdakwa, anak-anak menerangkan bahwa kalau tidak ada tamu datang, anak-anak diberi makan dengan mie instan, mandi kadang tidak pakai sabun, ke sekolah tidak diberi uang jajan dan sembako dari donatur di jual oleh Terdakwa. Atas peristiwa-peristiwa diatas, anak-anak panti merasa tertekan batinnya. Dengan demikian unsur ini terpenuhi. 75 4 Unsur beberapa perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri sehingga merupakan beberapa kejahatan Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan yaitu keterangan saksi-saksi, adanya alat bukti surat dan barang bukti yang terungkap dipersidangan, Terdakwa telah melakukan anak-anak dengan memberikan asupan gizi yang kurang, mandi tidak dengan menggunakan sabun dan tidak diberi uang jajan ketika ke sekolah. Maka unsur ini telah terpenuhi. Berdasarkan Pasal 3 Konvensi Hak Anak menyebutkan: “Dalam semua tindakan yang menyangkut anak-anak, baik yang dilakukan lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau swasta, pengadilan, para penguasa pemerintahan atau badan legislatif, kepentingan terbaik harus menjadi pertimbangan utama”. Artinya, pertimbangan utama hakim dalam menjatuhkan putusan yang berkaitan dengan anak. Dalam hal ini, Terdakwa yang melakukan kekerasan pada anak asuhnya, harus memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak dan memberikan rasa keadilan, bukan semata-mata atas kekauan terhadap hukum acara. Terhadap terdakwa yang terbukti melakukan kekerasan pada anak, hakim harus mengambil keputusan bijak dengan memperhatikan latar belakang kehidupan anak baik sebelum masuk panti dan ketika anak berada dalam panti, faktor-faktor yang menjadi pencetus terjadi kekerasan, dan yang terpenting kemampuan mental dan fisik anak setelah terjadi kekerasan. Pertimbangan hakim yang menguatkan hukuman terdakwa adalah perbuatan terdakwa yang tidak berprikemanusiaan karena merusak masa depan para korban, tidak menyesal atas perbuatannya dan perbuatan tersebut meresahkan masyarakat. 76 Sebab jika dilihat dari perannya , Terdakwa seharusnya memiliki peran yang baik serta mencerminkan perilaku yang membimbing anak-anak asuhnya di Panti Asuhan Samuel Selain itu, Terdakwa juga adalah seorang yang berpendidikan. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan si Terdakwa yang bergelar S-2 sesuai dengan indentitas Terdakwa yang terdapat berkas putusan pengadilan yang mengadili perkara ini. Maka, ketika kita melihat dari latar belakang pendidikan Terdakwa, seharusnya Terdakwa sebagai sosok yang dapat memberikan bimbingan dan pelayanan bagi anak-anak asuhnya, tetapi dalam kenyataannya terdakwa malah melakukan kekerasan fisik dan mental serta penelantaran pada anak asuhnya. Meskipun demikian, pasal yang dikenakan terhadap Terdakwa juga tidak hanya menunjukkan rasa keadilan kepada korbannya saja. Hal itu dapat kita lihat dari diterapkannya junto Pasal 65 KUHP atas pasal-pasal yang dikenakan terhadap Terdakwa yang mana Pasal 65 KUHP menentukan bahwa: 1 Dalam gabungan dari beberapa perbuatan, yang masing-masing harus dipandang sebagai perbuatan tersendiri-tersendiri dan yang masing-masing menjadi kejahatan yang terancam dengan hukuman utama yang sejenis, maka satu hukuman saja yang dijatuhkan. 2 Maksimum hukuman ini ialah jumlah hukuman-hukuman yang tertinggi ditentukan untuk perbuatan itu, akan tetapi tidak boleh lebih dari hukuman maksimum yang paling berat ditambah dengan sepertiganya Dari isi pasal diatas, dapat disimpulkan bahwa perbuatan –perbuatan terdakwa mskipun tidak hanya terdiri dari satu tindak pidana namun masing-masing harus dipandang sebagai perbuatan tersendiri yang mana kejahatan-kejahatan tersebut 77 terancam dalam hukuman utama yang sejenis misalnya, semua perbuatan hukumannya adalah penjara, maka satu hukuman sajayang dijatuhkan dimana maksimum hukuman ialah jumlah hukuman yang tertinggi tetapi tidak boleh lebih dari hukuman maksimum yang paling berat ditambah dengan spertiganya. Penjatuhan hukuman jenis ini adalah bentuk konkorsus realis.Tujuannya bahwa meskipun sudah jelas terdakwa merupakan tersalah, pidana yang dijatuhkan padanya tidak semata-mata merupakan siksaan tetapi juga harus memberikan efek penjeraan terhadap si terdakwa sekaligus merupakan kesempatan bagi si terdakwa untuk berubah. 78

BAB IV LANDASAN HAKIM DALAM MEMBERIKAN SANKSI PIDANA

KEPADA PEMILIK YAYASAN YANG MELAKUKAN KEKERASAN Penggunaan hukum pidana sebagai sarana penanggulangan kekerasan yang dilakukan oleh pemilik yayasan panti asuhan pada akhirnya bermuara pada persoalan bagaimana hakim dalam menjatuhkan putusan. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana akan sangat menentukan apakah putusan seorang hakim dianggap adil atau menentukan apakah putusannya dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dapat digunakan sebagai bahan analisis tentang orientasi yang dimiliki hakim dalam menjatuhkan putusan juga sangat penting untuk melihat bagaimana putusan yang dijatuhkan itu relevan dengan tujuan pemidanaan yang telah ditentukan. Secara umum dapat dikatakan, bahwa putusan hakim yang tidak didasarkan pada orientasi yang benar, dalam arti tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan yang telah ditentukan, justru akan berdampak negatif terhadap proses penanggulangan kejahatan itu sendiri dan tidak akan membawa manfaat bagi terpidana. Penjatuhan putusan terhadap pemilik yayasan panti asuhan yang melakukan kekerasan pada anak asuhnya, hakim membuat beberapa bertimbangan. Menurut penulis berdasarkan Putusan Pengadilan No.1617Pid.Sus2014PN.TNG, hakim dalam menjatuhkan pidana kepada terdakwa cenderung menggunakan pertimbangan yang bersifat yuridis dibandingkan yang bersifat non yuridis.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridi Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Anak Yang Menyebabkan Kematian (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Simalungun No.791/Pid.B/2011/PN.SIM)

5 130 108

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

1 140 155

Pertanggungjawaban Pidana Pemilik Panti Asuhan Terhadap Kekerasan Yang Dilakukan Pada Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klas I.A Khusus Tangerang No. 1617/Pid.Sus/2014/Pn.Tng)

9 137 105

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Kejahatan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri)

0 114 211

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

3 98 139

Pertanggungjawaban Pidana Pemilik Panti Asuhan Terhadap Kekerasan Yang Dilakukan Pada Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klas I.A Khusus Tangerang No. 1617/Pid.Sus/2014/Pn.Tng)

0 0 27

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Pemilik Panti Asuhan Terhadap Kekerasan Yang Dilakukan Pada Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klas I.A Khusus Tangerang No. 1617/Pid.Sus/2014/Pn.Tng)

0 0 23

Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan)

0 11 90