9.44 Genetic Analysis of Quantitative and Fruit Cracking Characters in Tomato (Lycopersicon esculentum Mill)

85 16 Kadar air Kadar air diukur dengan mengeringkan buah menggunakan oven listrik pada suhu 100 o C selama 24 jam. Buah tomat pada panen ke-2 dan ke-3 dipotong menjadi 4-8 bagian kemudian dimasukkan dalam amplop kertas. Buah tomat ditimbang bersama amplop sebagai data berat basah. Setelah dioven ditimbang kembali buah tomat bersama amplop sebagai berat kering. Kadar air dihitung dengan rumus: Analisis Data Perbedaan antar genotipe diuji menggunakan uji F pada taraf nyata 5, bila terdapat perbedaan yang nyata maka untuk mengetahui genotipe hibrida yang berpenampilan lebih baik daripada varietas pembanding dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett taraf 5 . Sidik ragam Tabel 47 yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Mattjik dan Sumertajaya 2006. Tabel 47 Sumber keragaman dan nilai harapan a Sumber keragaman db JK KT F-hitung Ulangan r r-1 JKu Jku r-1 KTuKTe Genotipe g g-1 JKg JKgg-1 KTgKTe Galat r-1g-1 JKe JKer-1g-1 Total gr -1 JKt a r = jumlah ulangan; g = jumlah genotipe; Jku = jumlah kuadrat ulangan; JKg = jumlah kuadrat genotipe; Jke = jumlah kuadrat galat; Ktu = kuadrat tengah ulangan; KTg = kuadrat tengah genotipe; KTe = kuadrat tengah galat Model linier dalam analisis ragam berdasarkan Gomez dan Gomez 2007 sebagai berikut: Keterangan: Y ij = nilai fenotipe pada perlakuan ke- i dan kelompok ke- j µ = nilai tengah umum α i = pengaruh genotipe ke- i 1, 2, 3, …, 33 β j = pengaruh kelompok ke- j 1, 2, 3 ɛ ij = galat percobaan Uji lanjut pada perlakuan yang berbeda nyata dilakukan dengan Uji Dunnett pada taraf 5 Gomez dan Gomez 1995. Persentase Kadar Air = bobot basah − bobot kering bobot basah x Y ij = µ+ α i + β j + ɛ ij 86 HASIL DAN PEMBAHASAN Varietas hibrida adalah generasi pertama F1 dari suatu persilangan antara tetua galur murni dengan genotipe yang berbeda. Varietas hibrida dihasilkan melalui tiga tahap yaitu mengembangkan galur murni, menyilangkan sepasang galur murni yang tidak berkerabat unrelated inbred lines untuk menghasilkan hibrida F1 silang tunggal dengan lokus-lokus heterozigot dan produksi benih F1 silang tunggal untuk disebarkan Sleper dan Poehlman 2006. Pemanfaatan varietas hibrida pada awalnya berkembang pada tanaman jagung dengan ditemukannya fenomena heterosis Sleper dan Poehlman 2006, Syukur et al. 2012. Seleksi dan pemuliaan tomat telah berlangsung selama kurang lebih 200 tahun untuk mengembangkan varietas. Italia adalah perintis dalam mengembangkan varietas tomat dengan berbagai macam karakteristik buah. Upaya untuk meningkatkan tomat melalui program pemuliaan selama lebih dari satu abad telah dilakukan di Amerika Serikat. Pengembangan varietas pada akhir 1920-an lebih cepat terlihat melalui hibridisasi dan populasi segregasi. Varietas “Marglobe” diperkenalkan sebagai hasil dari persilangan antara “Globe” dan “Marble” yang merupakan terobosan baru dalam pengembangan varietas tomat hibrida. Penggunaan varietas tomat hibrida sangat signifikan dalam meningkatkan produksi tomat konsumsi segar di Jepang, Korea, bagian Timur dan Barat Eropa, serta meningkatnya produksi tomat olahan di California Opeňa 1990. Selanjutnya banyak pengembangan varietas telah dilakukan melalui organisasi komersial Gul 2011. Pemuliaan tanaman tomat bertujuan untuk meningkatkan hasil baik secara langsung maupun tidak langsung. Peningkatan hasil secara langsung adalah dengan meningkatkan indeks panen. Peningkatan hasil tidak langsung dengan meningkatkan potensi hasil melalui ketahanan dan toleransi terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik Díez dan Nuez 2008. Evaluasi hibrida hasil persilangan dialel pada penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh hibrida nyata pada karakter pecah buah, karakter hasil dan komponen hasil Tabel 48, karakter buah Tabel 49 dan karakter vegetatif Tabel 50. Tabel 48 Kuadrat tengah karakter indeks pecah buah, hasil dan komponen hasil pada tanaman tomat a = berpengaruh nyata pada taraf 1, = berpengaruh nyata pada taraf 5, tn = tidak berbeda nyata