Kalsium Pecah Buah pada Tomat
12 heritabilitas arti sempit. Analisis melalui pendekatan ini dapat dilanjutkan ke
populasi F
2
Singh dan Chaudary 1979. Nilai DGU dan DGK yang dihasilkan dari analisis dialel digunakan sebagai
dasar pemilihan tetua dan kombinasi persilangan yang berpotensi untuk dikembangkan selanjutnya. Dirangkum dari Greenleaf 1986 dan Poespodarsono
1988, daya gabung diartikan sebagai kemampuan genotipe untuk memindahkan sifat yang diinginkan kepada keturunannya. DGU digunakan untuk
membandingkan penampilan setiap tetua dalam kombinasi persilangan dengan semua tetua lain. Dengan kata lain, DGU menunjukkan kemampuan rata-rata
suatu genotipe bila disilangkan dengan sejumlah genotipe lain. Jika penampilan rata-rata keturunannya tinggi dibandingkan tetua atau genotipe lain, berarti DGU-
nya tinggi. DGU biasanya dinyatakan sebagai deviasi dari keseluruhan nilai tengah. Daya Gabung Umum dapat bernilai positif atau negatif. Nilai yang positif
menunjukkan penampilan tetua berada di atas rata-rata progeni, sedangkan nilai yang negatif menunjukkan sebaliknya. Daya Gabung Khusus digunakan untuk
membandingkan penampilan progeni hasil persilangan F
1
secara individual dengan penampilan rata-rata genotipe-genotipe tetua. Dengan kata lain, DGK
dapat diartikan sebagai kemampuan suatu kombinasi persilangan untuk menunjukkan kemampuan keturunan. Jika progeni suatu kombinasi persilangan
menunjukkan penampilan tinggi dikatakan DGK-nya tinggi. Nilainya juga positif atau negatif seperti halnya DGU. Daya gabung khusus akan selalu merujuk pada
progeni persilangan dan bukan pada tetua.
Pendekatan Griffing adalah metode lain yang digunakan untuk menganalisis hasil persilangan dialel. Pendekatan Griffing menjelaskan daya gabung umum dan
daya gabung khusus dari persilangan dialel tersebut. Berdasarkan pendekatan Griffing, terdapat 4 metode analisis silang dialel, yaitu: metode I full diallel
yaitu persilangan yang terdiri dari tetua, F1 dan resiprokal dengan analisis [nn- 12]. Metode II yaitu persilangan yang terdiri dari tetua, F1 tanpa resiprokal
dengan analisis [nn+12]. Metode III yaitu persilangan yang terdiri dari F1 dan resiprokal dengan analisis nn-1. Metode IV yaitu persilangan yang terdiri dari
hanya F1 tanpa resiprokal, dengan analisis nn-12 Griffing 1956.
Persilangan genotipe-genotipe
tetua dalam
persilangan dialel
memungkinkan munculnya progeni-progeni yang berpotensi untuk dijadikan varietas-varietas unggul hibrida maupun sintetis. Tetua-tetua dengan nilai DGU
tinggi dapat diajukan untuk pembentukan varietas sintetis. Progeni-progeni dengan nilai DGK tinggi dapat diajukan untuk pembentukan varietas hibrida.
13
3 KETAHANAN 25 GENOTIPE TOMAT Lycopersicon esculentum Mill.
TERHADAP PECAH BUAH DAN KERAGAMAN GENETIKNYA
ABSTRAK
Pecah buah menjadi salah satu kendala pada budidaya tanaman tomat di dataran rendah. Pecah buah dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil, baik pada
tomat konsumsi segar maupun olahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketahanan 25 genotipe tomat terhadap pecah buah dan keragaman
genetiknya. Penelitian dimulai dari April hingga Agustus 2012 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian IPB dan Kebun Percobaan Leuwikopo
6
o
56’34’’S, 106
o
72’ 56’’E IPB. Percobaan disusun dalam rancangan kelompok lengkap teracak faktor tunggal dengan 3 ulangan. Ketahanan terhadap pecah
buah dievaluasi dengan indeks pecah buah dan persentase pecah buah. Perbedaan antar genotipe diuji dengan uji F dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT.
Keragaman genetik dianalisis dengan menggunakan analisis komponen utama dan analisis gerombol. Hasil penelitian menunjukkan indeks pecah buah 25
genotipe tomat berkisar 0.00-20.58. Berdasarkan karakter agronomi terdapat beberapa genotipe yang memiliki kriteria yang dapat dijadikan sebagai bahan
tetua pada pemuliaan tanaman tomat. Hasil analisis komponen utama dan analisis gerombol menunjukkan genotipe tomat mengelompok menjadi empat
kelompok. Kata kunci: analisis gerombol, keragaman genetik, sidik lintas
3 GENETIC DIVERSITY AND RESISTANCE OF 25 TOMATO GENOTYPES
Lycopersicon esculentum Mill. TO FRUIT CRACKING
ABSTRACT
Tomato fruit cracking had became one of the problems in lowland cultivation. It causes decreasing and subsequent serious economic loses, either both on
freshmarket or processing tomato. The objective of this study was to evaluate the resistance level of 25 tomato genotypes to fruit cracking and the genetic diversity.
The experiment was conducted from April until August 2012 at Leuwikopo Field Station, Bogor Agricultural University. Randomized complete block design was
used with three replications. Fruit crack index was used to evaluate tomato fruit crack resistance. The genetic diversity was analyzed by clustering analysis. Result
of resistance evaluation showed that fruit crack index of 25 tomato genotypes range from 0.00 to 20.58. According to agronomic character some genotype can
be selected as material breeding. Based on genetic diversity analysis, all genotypes could be divided into four groups.
Keywords: clustering analysis, genetic diversity, path analysis