9 dengan serat-serat mikro selulose menyebabkan dinding sel mudah bergeser,
sehingga dinding sel akan mudah meregang. Mekanisme fisik dan kimia yang menyebabkan terputusnya ikatan hidrogen ini memudahkan dinding sel bergerak
sehingga lebih elastis. Hal ini merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kasus pecah buah pada tomat.
Mekanisme penguatan dinding sel dapat dilihat pada reaksi-reaksi yang terjadi dalam polisakarida pektik. Interkonversi senyawa pektat pada dinding sel
tanaman, galaktosa dioksidasi pada C-6 suatu karbinol -CH2OH menjadi suatu gugus karboksil -COOH yang disebut asam galakturonat. Polimerisasi 1-4 rantai
asam galakturonat menjadi asam pektat. Asam pektat dapat berubah menjadi pektin apabila terjadi pergantian gugus -COOH dengan -CH3 yang mengalami
proses esterifikasi. Asam pektat pun dapat pula berubah menjadi kalsium pektat dengan penambahan kalsium. Penambahan kalsium pada dinding sel
mengakibatkan terjadinya rigiditas dinding sel Wareing dan Phillips 1981. Jika kondisi kalsium tidak terdapat dalam dinding sel, maka rigiditas akan menurun,
hal ini akan memudahkan sel-sel tersebut pecah bila sel mengadakan pembesaran. 2.3.9 Auksin
Auksin adalah salah satu hormon yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu peran fisiologi auksin
adalah pembesaran sel. Mekanisme ekspansi sel kemungkinan disebabkan oleh longgarnya
bergesernya dari dinding sel primer. Menurut Albersheim dalam Moore 1979 auksin berfungsi mengaktifkan pompa ion H
+
yang terletak dalam plasmalema. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya pH pada dinding sel, sehingga ikatan
hidrogen antara xyloglucan dengan serat mikroselulose pada dinding sel primer akan terputus. Hal tersebut menyebabkan dinding sel akan mudah mengalami
pelonggaran.
IAA Indol Acetic Acid adalah auksin endogen yang terdapat dan disintesis dalam tanaman. Senyawa-senyawa lain yang mempunyai aktivitas serupa auksin
dan merupakan senyawa sintetik salah satunya adalah NAA atau Naphthalene Acetic Acid Wattimena 1988.
Menurut Yamamoto et al. 1992, NAA dapat menekan terjadinya pecah buah pada sweet cherry. Aplikasi NAA 24 hari sebelum panen pada konsentrasi
0.5, 1, dan 2 ppm dapat menekan terjadinya pecah buah hingga 13-40 dari kontrol. Menurut Byers et al. 1990 aplikasi GA4+7 dapat menekan terjadinya
pecah buah pada apel dari 56 menjadi 21 , dinyatakan pula bahwa kombinasi GA4+7, Daminozide, NAA dan Vapor Gard dapat menekan terjadinya pecah buah
dari 93 menjadi 22 . Hal ini disebabkan karena Giberelin dapat meningkatkan aktivitas auksin dalam tanaman.
2.3.10 Kalsium
Kalsium merupakan hara makro esensial yang berfungsi dalam meningkatkan integritas sel dan permeabilitas membran plasma. Kalsium juga
dapat mendorong perkecambahan dan pertumbuhan polen, mengaktifkan beberapa enzim dalam pembelahan dan pemanjangan sel. Kalsium juga berfungsi untuk
10 membantu sintesis protein, transfer karbohidrat dan keberadaannya dapat
menekan efek racun dari logam berat dalam tanaman Jones et al. 1991. Berbeda dengan hara makro lain, proporsi yang tinggi dari total kalsium
dalam jaringan tanaman terdapat pada dinding sel apoplas. Kalsium dalam tanaman terdapat dalam berbagai bentuk yaitu : bentuk terlarut, terikat oleh
pektat, oksalat dan fosfat. Bentuk terlarut banyak terdapat dalam vakuola, demikian juga bentuk terikat pektat terdapat dalam dinding sel lamela tengah dan
permukaan luar membran plasma. Dalam kondisi suplai kalsium yang rendah bentuk pektat dapat terjadi sebanyak 50 dari total kalsium Marschner 1986.
Pola pergerakan kalsium dalam tanaman berbeda dengan unsur lain. Kalsium merupakan unsur yang tidak mobil dalam phloem, sehingga translokasi
kalsium ke bagian-bagian tanaman terjadi melalui xylem dengan adanya aliran transpirasi Bollard dan Buttler dalam Bollard 1970.
Kandungan kalsium buah tomat menurut Bollard 1970 sebanyak 0.13 berat kering, lebih rendah apabila dibandingkan dengan kandungan kalsium pada
daun 6.08 . Perbandingan kandungan unsur-unsur nitrogen, fosfor dan kalium antara daun dan buah tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kalsium
yang berada dalam daun tidak ditranslokasikan ke dalam buah bersama asimilat seperti terjadi pada unsur-unsur yang lain. Menurut Link 1974 dan Redmond
1975, pemberian kalsium yang efektif untuk peningkatan kualitas buah adalah dengan penyemprotan langsung terhadap buah tersebut.
Menurut Knott 1962 aplikasi kalsium pada tomat melalui penyemprotan daun menggunakan kalsium klorida CaCl
2
36.1 Ca dapat dilakukan pada konsentrasi 6000-12000 ppm kalsium klorida, dan bentuk kalsium nitrat
CaNO3
2
28 Ca pada konsentrasi 6000-18000 ppm kalsium nitrat. Menurut Yamamoto et al. 1992 aplikasi kalsium dalam bentuk kalsium nitrat CaNO3
2
pada konsentrasi 0.5 5000 ppm 7 hari sebelum panen dapat menekan pecah buah pada sweet cherry. Liebisch et al. 2009 melaporkan bahwa aplikasi
kalsium CaCl2, 5 g l
1
dan boron H3BO3, 0.2 g l
-1
CaB pada dua kultivar tomat yang peka dan tahan terhadap pecah buah dan busuk pangkal buah blossom
end-rot. Aplikasi kalsium dan boron tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil buah total, namun perlakuan ini memberikan pengaruh yang
berbeda pada kultivar. Aplikasi pada kultivar rentan pecah buah dan busuk pangkal buah tidak layak lebih banyak daripada kultivar tahan selain itu aplikasi
kalsium dan boron menurunkan kejadian busuk pangkal buah namun meningkatkan kejadian pecah buah pada waktu yang sama. Pemilihan kultivar
tahan tampaknya menjadi prioritas utama untuk mengatasi kendala pecah buah dan busuk pangkal buah.
2.4 Persilangan Dialel
Metode persilangan penting dalam program pemuliaan dan memengaruhi pelebaran variabilitas genetik. Pemilihan metode persilangan tergantung pada
ketersediaan tetua yang memiliki karakter positif yang menjamin terbentuknya varietas baru yang unggul. Metode persilangan akan menentukan pembentukan
populasi genetik baru yang kemudian genotipe-genotipe diseleksi untuk mengembangkan varietas baru dan menentukan cara pemuliaannya. Salah satu
kelompok cara pemuliaan tanaman adalah divergent breeding yaitu menggunakan