Kerangka Pikir Penelitian Konservasi Keanekaragaman Hayati Pertanian Pada Lanskap Pekarangan Untuk Mendukung Penganekaragaman Konsumsi Pangan Keluarg

5 juga berfungsi sebagai area masuk dan keluar rumah, sehingga kualitas estetika dari tanaman pekarangan sangat diprioritaskan di zona ini. Aktifitas yang biasa dilakukan di pekarangan depan antara lain sebagai tempat bermain anak, tempat menjemur hasil pertanian, tempat mengemas sayuran, tempat membuat kerajinan rumah tangga, dan tempat bersosialisasi. Pekarangan samping pipir sering dimanfaatkan sebagai tempat menjemur pakaian, tempat menanam pohon penghasil kayu bakar atau tempat pembuatan bedeng tanaman pangan atau obat. Sedangkan pada pekarangan bagian belakang kebon biasanya dijadikan sebagai lokasi penanaman tanaman sayur, tanaman bumbu, tanaman buah, dan tanaman industri yang dapat membentuk pola multistrata seperti miniatur hutan hujan tropis Arifin 2012.

2.1.2 Ukuran Pekarangan

Ada empat jenis pekarangan menurut ukurannya yaitu pekarangan sempit dengan luas kurang dari 120 m 2 , pekarangan sedang dengan luas 120 m 2 - 400 m 2 , pekarangan besar dengan luas 400 m 2 – 1 000 m 2 , dan pekarangan sangat besar dengan luas lebih dari 1 000 m 2 . Sebagai informasi tambahan, agar pekarangan dapat mengakomodasi semua struktur dan fungsi vegetasi, dibutuhkan luas minimum sebuah pekarangan atau critical minimum size seluas 100 m 2 Arifin 1998.

2.1.3 Keragaman Tanaman, Ternak dan Ikan Pekarangan

Pekarangan merupakan tipe taman Indonesia yang berlokasi di sekitar rumah, memiliki status pemilikan dan batas-batas tapak yang jelas, ditanami berbagai jenis tanaman, dipelihara berbagai hewan ternak, terdapat satwa liar, struktur bangunan termasuk kegiatan manusia dan elemen manusianya Arifin et al. 2009. Adapun elemen biofisik penyusun pekarangan yang dapat dimanfaatkan untuk penganekaragaman pangan adalah dari keragaman tanaman, ternak serta ikan. Penggunaan berbagai jenis tanaman pada area pekarangan dapat menciptakan keragaman tanaman secara vertikal dan horizontal. Menurut Arifin 1998, keragaman strata vertikal tercipta secara fisik melalui ketinggian tanaman, yaitu rumput atau herba untuk ketinggian kurang dari 1 m strata I, semak untuk ketinggian 1-2 m strata II, perdu dan pohon kecil dengan ketinggian 2-5 m strata III, pohon sedang yang memiliki tinggi antara 5-10 m strata IV, dan pohon tinggi untuk ketinggian pohon di atas 10 m strata V. Berdasarkan keragaman fungsinya struktur horizontal, tanaman pekarangan diklasifikasikan dalam delapan kategori yaitu tanaman hias, tanaman obat, tanaman sayuran, tanaman bumbu, tanaman penghasil pati, tanaman industri, dan tanaman lain seperti penghasil pakan, kayu bakar, bahan kerajinan tangan, dan peneduh Arifin 1998. Komposisi spesies pembentuk keragaman fungsi horizontal yang ada di dalam satu pekarangan dengan pekarangan lainnya dapat berbeda-beda. Namun secara umum, pekarangan- pekarangan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu altitude, tipe tanah, iklim dan status sosial-ekonomi serta latar belakang budaya. Struktur dan fungsi pekarangan saling berhubungan Karyono 1990. 6

2.2 Konservasi Keanekaragaman Hayati Pertanian

Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis, dan tingkatan genetika. Ragam hayati meliputi seluruh spesies tumbuhan, binatang, mikroorganisme, dan gen-gen yang terkandung dalam seluruh ekosistem di muka bumi. Keanekaragaman hayati merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain. Keanekaragaman hayati bagi manusia adalah pendukung kehidupan yang memberi manusia memperoleh ruang hidup yang di dalamnya terdapat flora, fauna, dan sebagainya untuk dikelola secara bijaksana oleh manusia, dimana sebenarnya manusia sendiri adalah salah satu komponen keanekaragaman hayati Indrawan et al. 2007. Konservasi keanekaragaman hayati diperlukan untuk keseimbangan ekosistem, juga karena pemanfaatan sumber daya hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang akan menyebabkan makin langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya, kerusakan ekosisitem, dan menipisnya plasma nutfah Supriatna 2008. Adapun keanekaragaman hayati pertanian agrobiodiversity yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup manusia yang potensial sebagai sumber pangan bagi manusia. Hal ini berarti keanekaragaman hayati pertanian dapat berasal dari tanaman, ternak, dan juga ikan yang berasal dari pekarangan. Konservasi keanekaragaman hayati pertanian di pekarangan dapat dilakukan dengan dua metode utama, yaitu konservasi in-situ dalam habitat alaminya dan konservasi ex-situ di luar habitat alaminya. Pekarangan dengan basis agroforestri dapat menjadi salah satu metode konservasi secara ex-situ, khususnya untuk pertanian Paruna 2012. Pekarangan dengan elemen di dalamnya tanaman, ternak, dan atau ikan dapat meningkatkan pemanfaatan keanekaragaman hayati pertanian agrobiodiversity secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi kepada ketahanan pangan serta pemenuhan gizi bagi manusia Arifin 2012.

2.3 Penganekaragaman Pangan yang Bergizi Seimbang, Sehat, dan Aman

Keragaman sumberdaya bahan pangan dapat memperkuat ketahanan pangan skala mikro. Oleh karena itu, orientasi penyediaan pangan harus bertumpu pada peningkatan kuantitas dan kualitas bahan pangan, khususnya dinilai dari aspek komposisi atau keragaman penyediaan dan konsumsi pangan serta mutu gizi konsumsi pangan dengan menitikberatkan pada potensi sumberdaya setempat. Dalam penelitian ini dibahas terkait optimalisasi pemanfaatan pekarangan yang dapat mendukung penganekaragaman pangan yang bergizi seimbang, sehat dan aman. Pangan yang ideal dikonsumsi adalah yang beragam, bergizi, seimbang, sehat dan aman. Pertama, pangan yang beragam artinya pangan yang dikonsumsi berasal dari berbagai macam, baik hewani maupun nabati, baik sumber karbohidrat, protein, vitamin maupun mineral. Hal ini dikarenakan setiap kelompok pangan mempunyai kelebihan atau kekurangan gizi tertentu, sehingga dengan mengkonsumsi pangan yang beragam maka gizi dari berbagai jenis pangan saling menutupi sesuai dengan kebutuhan tubuh kita.