Zonasi Pekarangan Pengertian dan Fungsi Pekarangan

6

2.2 Konservasi Keanekaragaman Hayati Pertanian

Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis, dan tingkatan genetika. Ragam hayati meliputi seluruh spesies tumbuhan, binatang, mikroorganisme, dan gen-gen yang terkandung dalam seluruh ekosistem di muka bumi. Keanekaragaman hayati merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain. Keanekaragaman hayati bagi manusia adalah pendukung kehidupan yang memberi manusia memperoleh ruang hidup yang di dalamnya terdapat flora, fauna, dan sebagainya untuk dikelola secara bijaksana oleh manusia, dimana sebenarnya manusia sendiri adalah salah satu komponen keanekaragaman hayati Indrawan et al. 2007. Konservasi keanekaragaman hayati diperlukan untuk keseimbangan ekosistem, juga karena pemanfaatan sumber daya hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang akan menyebabkan makin langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya, kerusakan ekosisitem, dan menipisnya plasma nutfah Supriatna 2008. Adapun keanekaragaman hayati pertanian agrobiodiversity yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup manusia yang potensial sebagai sumber pangan bagi manusia. Hal ini berarti keanekaragaman hayati pertanian dapat berasal dari tanaman, ternak, dan juga ikan yang berasal dari pekarangan. Konservasi keanekaragaman hayati pertanian di pekarangan dapat dilakukan dengan dua metode utama, yaitu konservasi in-situ dalam habitat alaminya dan konservasi ex-situ di luar habitat alaminya. Pekarangan dengan basis agroforestri dapat menjadi salah satu metode konservasi secara ex-situ, khususnya untuk pertanian Paruna 2012. Pekarangan dengan elemen di dalamnya tanaman, ternak, dan atau ikan dapat meningkatkan pemanfaatan keanekaragaman hayati pertanian agrobiodiversity secara berkelanjutan dan dapat memberikan kontribusi kepada ketahanan pangan serta pemenuhan gizi bagi manusia Arifin 2012.

2.3 Penganekaragaman Pangan yang Bergizi Seimbang, Sehat, dan Aman

Keragaman sumberdaya bahan pangan dapat memperkuat ketahanan pangan skala mikro. Oleh karena itu, orientasi penyediaan pangan harus bertumpu pada peningkatan kuantitas dan kualitas bahan pangan, khususnya dinilai dari aspek komposisi atau keragaman penyediaan dan konsumsi pangan serta mutu gizi konsumsi pangan dengan menitikberatkan pada potensi sumberdaya setempat. Dalam penelitian ini dibahas terkait optimalisasi pemanfaatan pekarangan yang dapat mendukung penganekaragaman pangan yang bergizi seimbang, sehat dan aman. Pangan yang ideal dikonsumsi adalah yang beragam, bergizi, seimbang, sehat dan aman. Pertama, pangan yang beragam artinya pangan yang dikonsumsi berasal dari berbagai macam, baik hewani maupun nabati, baik sumber karbohidrat, protein, vitamin maupun mineral. Hal ini dikarenakan setiap kelompok pangan mempunyai kelebihan atau kekurangan gizi tertentu, sehingga dengan mengkonsumsi pangan yang beragam maka gizi dari berbagai jenis pangan saling menutupi sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. 7 Kedua, pangan yang bergizi artinya pangan yang dikonsumsi harus mempunyai gizi dan dapat memenuhi angka kecukupan gizi AKG sebesar 2150 Kkalkapitahari WNPG X 2012. Angka Kecukupan Gizi AKG adalah suatu kecukupan rata-rata gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal Persagi 2009. AKG digunakan sebagai acuan dalam menilai kecukupan gizi, acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan makanan di institusi, acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional, acuan pendidikan gizi, dan acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi. Ketiga, pangan yang berimbang artinya pangan yang dikonsumsi harus seimbang dari berbagai jenis pangan serta sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral sesuai dengan standar Pola Pangan Harapan PPH. Pola Pangan Harapan PPH merupakan jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi. Bila kebutuhan energi dari berbagai kelompok pangan telah sesuai PPH, maka dapat dikatakan pula kebutuhan zat gizi telah terpenuhi. Oleh karena itu skor pola konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi pangan dan tingkat keragaman konsumsi pangan. Berdasarkan definisi ini, dikemukakan tingkat konsumsi energi pada setiap wilayah yaitu proporsi konsumsi energi aktual dengan Angka Kecukupan Energi AKE. Dengan mengacu pada AKE sebesar 2 200 kkaloranghari maka dapat diketahui sebaran komposisi dan keragaman konsumsi pangan sehingga dapat dilakukan penilaian skor mutunya dalam bentuk skor PPH. Tabel 1 menunjukkan sasaran skor pola pangan harapan PPH tahun 2010 hingga 2014. Pemenuhan PPH dari kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, sayuran dan buah bagi suatu keluarga rumah tangga sudah semestinya dapat didukung dari hasil panen lahan pekarangan. Tabel 2 menginformasikan terkait pencapaian Skor PPH di Propinsi Jawa Barat dari tahun 2010 – 2012. Berdasarkan tebel tersebut dapat terlihat bahwa konsumsi pangan masyarakat Jawa Barat masih kurang dalam semua kelompok pangan, kecuali padi-padian dan minyak. Pada tahun 2012, pemenuhan skor PPH terhadap pangan yang dapat diupayakan di pekarangan masih terbilang kecil, yaitu umbi-umbian sebesar 28, pangan hewani sebesar 67, dan sayur dan buah sebesar 54.3. Umbi-umbian, pangan hewani, Tabel 1 Sasaran Sasaran Persentase Konsumsi Energi terhadap Angka Kecukupan Gizi AKG dan Skor Pola Pangan Harapan PPH tahun 2010-2014 a Kelompok Pangan 2010 2011 2012 2013 2014 PPH Ideal Padi-padian 54.9 53.9 52.9 51.9 51 25.0 Umbi-umbian 5.0

5.2 5.4

5.6 5.8

2.5 Pangan Hewani

9.6 10.1

10.6 11.1

11.5 24.0

Minyak dan Lemak 10.1 10.1 10.1 10.0 10.0 5.0 Buah Biji Berminyak 2.8 2.9 2.9 2.9 3.0 1.0 Kacang-kacangan 4.3 4.4 4.6 4.7 4.9 10.0 Gula 4.9 4.9 5.0 5.0 5.0 2.5 Sayur dan Buah 5.2

5.4 5.5

5.7 5.8

30.0 Lain-lain 2.9 2.9 2.9 2.9 3.0 0.0 Skor PPH 86.4 88.1 89.8 91.5 93.3 100.0 a Sumber: Kementerian Pertanian 2009