Sifat fisik biji kopi pascapengukusan

memiliki mutu seduhan antara medium-high dan dengan apresiasi akhir finish appreciation yang masih dapat diterima acceptable oleh konsumen. Tabel 1. Sifat fisik dan kimia biji kopi dan bubuk kopi No. Parameter Satuan Kopi biji Kopi bubuk 1. Kadar air b.b 13 - 14 2 - 3 2. Densitas kamba Kgm 3 703 - 757 350 - 420 3. Volume m 3 biji 6.55 × 10 -8 – 2.21 × 10 -7 - 4. Luas area m 2 biji 7.85 × 10 -5 – 1.77 × 10 -4 - 5. Distribusi diameter d biji 5.a d 5.5 mm 5.3 - 5.b 5.5 d 6.5 mm 26.9 - 5.c 6.5 d 7.5 mm 55.8 - 5.d d 7.5 mm 12 - 5. Kafein b.k 2.28 2.2 6. pH 5.6 4.5

A. Sifat fisik biji kopi pascapengukusan

Pengukusan merupakan tahap awal proses dekafeinasi biji kopi dalam reaktor kolom tunggal yang bertujuan untuk mengembangkan pori-pori biji sehingga proses pelarutan kafein akan berlangsung lebih maksimum Ensminger et al ., 1994; Mulato et al., 2004; Widyotomo et al., 2010. Sumber panas kompor bertekanan burner berbahan bakar gas LPG yang digunakan mampu menyediakan energi panas untuk meningkatkan suhu air sampai mencapai titik didihnya. Uap air bebas vaporization bergerak cepat dan menembus tumpukan dan memanaskan permukaan biji kopi. Rambatan uap panas tersebut menyebabkan ukuran sel-sel bertambah besar dan sekaligus mengakibatkan meningkatnya porositas antar sel. Pori-pori jaringan kopi menjadi terbuka dan dimanfaatkan oleh air masuk ke dalamnya secara difusi Mulato et al., 2004; Illi Viani, 1998. Molekul air terperangkap di dalam sel sehingga kadar air biji kopi meningkat dan mencapai kondisi serapan maksimum dan tidak ada lagi ruang kosong yang dapat diisi air. Pada kondisi tersebut pengembangan biji telah mencapai nilai maksimum, dan biji kopi telah mengalami proses pembasahan ulang rewetting Mulato et al., 2004; Sivetz Desroiser, 1979. Persentase pengembangan dimensi biji kopi yang terdiri dari ukuran panjang, lebar dan tebal ditampilkan pada Gambar 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pengembangan panjang biji tertinggi 9.6 terjadi pada biji kopi dalam klasifikasi A 4 lebih kecil atau sama dengan 5.5 mm, sedangkan terendah 8.6 terjadi pada biji kopi dalam klasifikasi A 1 lebih besar dari 7.5 mm Gambar 24.A. Persentase pengembangan lebar biji tertinggi 13.2 terjadi pada biji kopi dalam klasifikasi A 4 , sedangkan terendah 12.2 terjadi pada biji kopi dalam klasifikasi A 1 Gambar 24.B. Persentase pengembangan tebal biji tertinggi 20.7 juga terjadi pada biji kopi dalam klasifikasi A 4 , sedangkan terrendah 18.2 terjadi pada biji kopi dalam klasifikasi A 1 Gambar 24.C. Dalam satu jam proses pengukusan biji kopi, ekspansi sel-sel biji hanya meningkat sebanyak 30 dari volume awal, dan mencapai nilai maksimum 34- 35 setelah proses pengukusan berlangsung selama 2 jam. Diduga fenomena tersebut terkait dengan ukuran dan jumlah sel-sel penyusun yang ada di dalam biji kopi Mulato et al., 2004; Toledo, 1999. Pemanasan lanjut tidak menyebabkan biji pecah dan tidak menambah persentase pengembangan panjang, lebar maupun tebal biji. Diduga keberadaan air di dalam sel menyebabkan dinding-dinding sel bersifat ulet sehingga mampu bertahan dari akumulasi tekanan uap air dan gas senyawa volatil yang ada di dalamnya. Laju peningkatan kadar air biji selama proses pengukusan ditampilkan pada Gambar 25. Biji kopi memiliki kadar air awal antara 13-14 dan meningkat menjadi 35 setelah proses pengukusan berlangsung selama 30 menit. Peningkatan kadar air selanjutnya berlangsung relatif lambat dan satu jam kemudian baru mencapai nilai maksimum 55.5. Fenomena tersebut berkaitan dengan kecepatan rambat uap air ke dalam jaringan sel biji semakin rendah. Makin tinggi kadar air dalam biji kopi, maka kecepatan rambat uap air akan menurun karena perbedaan konsentrasi air yang semakin rendah antara permukaan dan di dalam biji kopi. Keterangan : A 1 = lebih besar dari 7.5 mm; A 2 = antara 6.5 mm dan 7.5 mm; A 3 = antara 5.5 mm dan 65 mm dan A 4 = lebih kecil dari 5.5 mm Gambar 24. Pengembangan A panjang, B lebar, dan C tebal biji selama proses pengukusan Kadar air di dalam biji kopi mencapai nilai maksimum 55.5 bb setelah proses pengukusan berlangsung selama 1.5 jam. Pada kondisi tersebut biji kopi telah mengalami proses pembasahan ulang dengan kadar air mendekati keadaan semula saat biji kopi segar baru saja dipanen Sivetz Desroiser, 1979. Hasil analisis penggal garis pada rentang waktu t 0-1.5 jam menunjukkan laju peningkatan kadar air mengikuti persamaan y = -19x 2 + 57.1x +12.55 dengan nilai koefisien determinasi R 2 0.9964. Setelah proses pengukusan berlangsung selama 1.5 jam, hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar air dalam biji tidak meningkat secara signifikan. Proses pengukusan yang lebih lama, 2-4 jam tidak akan memberikan perubahan kadar air yang signifikan sehingga akan memberikan dampak inefisiensi jika diterapkan karena diperlukan energi lebih banyak. Pengukusan 1 kg biji kopi dalam reaktor kolom tunggal dengan kapasitas ketel 5 liter air akan diperoleh kadar air maksimum 65-67 setelah proses berlangsung selama 2 jam Mulato et al ., 2004. Ukuran biji kopi tidak berpengaruh nyata terhadap laju peningkatan kadar air di dalam biji selama proses pengukusan. Gambar 25. Peningkatan kadar air biji selama proses pengukusan Perubahan diameter aritmatik d a dan diameter geometrik d g biji kopi selama proses pengukusan ditampilkan pada Gambar 26. Proses pengukusan berpengaruh terhadap perubahan diameter aritmatik biji kopi. Pengembangan jaringan sel-sel di dalam biji kopi menyebabkan peningkatan kadar air dan terjadi pengembangan dimensi biji mendekati kondisi segar. Diameter aritmatik biji kopi pasca pengukusan meningkat antara 8-13. Diameter aritmatik tertinggi 8.5 mm terjadi pada biji kopi dengan klasifikasi ukuran A 1 , sedangkan diameter aritmatik terrendah 7.9 mm terjadi pada biji kopi dengan klasifikasi ukuran A 2 . Chandrasekar Viswanathan 1999 melaporkan bahwa pada kadar air biji kopi Robusta berkulit cangkang antara 24-30 diperoleh nilai diameter aritmatik 8 mm. Diameter geometrik biji kopi pascapengukusan mengalami peningkatan 9- 18. Diameter geometrik tertinggi 8.3 mm terjadi pada biji kopi dengan klasifikasi ukuran A 1 , sedangkan diameter geometrik terrendah 7.7 mm terjadi pada biji kopi dengan klasifikasi ukuran A 4 . Chandrasekar Viswanathan 1999 melaporkan bahwa pada kadar air biji kopi Robusta berkulit cangkang antara 24- 30 diperoleh nilai diameter geometrik 7.6 mm. Perubahan ukuran diameter aritmatik dan geometrik yang relatif kecil menunjukkan bahwa pengembangan biji terjadi merata ke arah tiga sisi, yaitu panjang, lebar dan tebal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengukusan mengakibatkan biji mengalami pengembangan karena menyerap uap air, dan diameter biji relatif mendekati ukuran biji kopi berkulit cangkang pada kadar air 24-30. Diameter aritmatik dan geometrik yang relatif tetap setelah proses pengukusan berlangsung 1 jam menunjukkan bahwa biji kopi mulai mengalami pengembangan dengan penyerapan uap air yang maksimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengukusan tidak mengakibatkan terjadinya perubahan yang nyata dari nilai sperisitas biji kopi Gambar 27. Hal ini menunjukkan bahwa pascapengukusan biji kopi tetap memiliki bentuk yang sama jika dibandingkan dengan bentuk sebelum pengukusan karena pengembangan dimensi biji yang seragam. Perubahan luas permukaan biji kopi selama proses pengukusan ditampilkan pada Gambar 27. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas permukaan biji kopi pasca pengukusan meningkat 18-37. Penambahan luas permukaan tercepat terjadi setelah 0.5 jam proses pengukusan berlangsung, yaitu 10-21. Proses pengukusan yang lebih lama menyebabkan proses penambahan luas permukaan berlangsung lambat dan mencapai titik maksimal setelah proses pengukusan berlangsung selama 1.5 jam. Pascapengukusan volume biji kopi dapat meningkat 34-35 . Keterangan : A 1 = lebih besar dari 7.5 mm; A 2 = antara 6.5 mm dan 7.5 mm; A 3 = antara 5.5 mm dan 6.5 mm dan A 4 = lebih kecil dari 5.5 mm Gambar 26. Perubahan A diameter aritmatik, dan B geometrik biji selama proses pengukusan Keterangan : A 1 = lebih besar dari 7.5 mm; A 2 = antara 6.5 mm dan 7.5 mm; A 3 = antara 5.5 mm dan 6.5 mm dan A 4 = lebih kecil dari 5.5 mm Gambar 27. Perubahan sperisitas biji kopi selama proses pengukusan Pengukusan lanjut tidak berdampak pada peningkatan kadar air yang signifikan sehingga akan lebih berdampak pada penurunan efisiensi proses. Mulato et al. 2004 melaporkan bahwa berdasarkan uji statistik, interaksi waktu pengukusan dan ukuran biji kopi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap peningkatan volume biji kopi. Uap air yang masuk ke dalam jaringan atau pori-pori biji telah mencapai titik jenuh, dan elastisitas biji yang menyebabkan biji tidak pecah pada kondisi pengembangan maksimum. Nilai densitas kamba biji kopi pasca pengukusan mengalami perubahan 7- 8 Gambar 28. Biji kopi selama proses pengukusan mengalami peningkatan dimensi dan massa karena proses pengembangan biji akibat perlakuan panas dan masuknya uap air ke dalam pori-pori biji. Setelah proses pengukusan berlangsung selama 1 jam pertama, peningkatan densitas kamba biji kopi berlangsung relatif lambat dan mencapai nilai maksimum setelah proses pengukusan berlangsung selama 1.5 jam. Chandrasekar Viswanathan 1999 melaporkan bahwa pada kadar air biji kopi Robusta berkulit cangkang antara 24-30 diperoleh nilai densitas kamba 490-520 kgm 3 . Perlakuan tekanan pada tahap pengukusan berdampak pada lama proses dan suhu pengukusan. Semakin tinggi tekanan yang dikenakan dalam proses, maka lama pengukusan relatif akan semakin cepat dan proses dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah. Selain itu, tekanan proses akan berpengaruh terhadap cita rasa mutu kopi rendah kafein yang dihasilkan. Pengembangan volume biji maksimum akan terjadi pada suhu yang relatif lebih rendah dan beberapa senyawa yang berpengaruh terhadap cita rasa relatif tidak banyak yang terikut dalam proses pelarutan kafein keluar dari matrik padatan biji kopi. Keterangan : A 1 = lebih besar dari 7.5 mm; A 2 = antara 6.5 mm dan 7.5 mm; A 3 = antara 5.5 mm dan 6.5 mm dan A 4 = lebih kecil dari 5.5 mm Gambar 28. Perubahan A luas permukaan biji, dan B volume biji selama proses pengukusan Keterangan : A 1 = lebih besar dari 7.5 mm; A 2 = antara 6.5 mm dan 7.5 mm; A 3 = antara 5.5 mm dan 6.5 mm dan A 4 = lebih kecil dari 5.5 mm Gambar 29. Perubahan densitas kamba biji selama proses pengukusan

B. Laju penurunan kafein pada lapisan tipis biji kopi