Keterlibatan Fuad Amin dalam Politik Lokal Bangkalan
133
pesantren, bahwa peluang dari keruntuhan pemerintahan orba mesti dimanfaatkan sebesar-besarnya.
96
Pada pilkada 2003 di Bangkalan, sebenarnya ada dua pilihan kuat bakal calon lainnya selain Fuad Amin. Bahkan kedua calon tersebut lebih kuat
ketimbang Fuad Amin itu sendiri. Kedua-duanya berasal dari keluarga yang sama: yakni keluarga Bani Kholil. Pertama adalah Kiai Imam Bukhori Kholil, kedua
adalah Kiai Syafii Rofii. Kiai Imam Bukhori Kholil merupakan ketua PCNU Bangkalan yang memprakarsai lahirnya PKB di Bangkalan. Sedangkan Kiai
Syafii Rofii merupakan ketua DPC PKB di Bangkalan. Terpilihnya Fuad Amin dalam penjaringan di internal partai PKB tidak terlepas dari beberapa trik sabotase
yang Fuad Amin lakukan terhadap kedua pasangan ini.
97
“Gini, karena waktu itukan kita sedang euforia ya, bagaimanapun kesempatan pertama di era reformasi, dunia pesantrenlah paling tidak yang
sedang mengonsep parlemen ini, harus mengusung calonnya sendiri, nah karena memang pak fuad ini secara trah itu nyambung dengan Kia Amin,
dimana sosok ki amin ini betul-betul menjadi sosok yang sangat kharismatik pada masa hayatnya, jadi kemunculan pak fuad ini mudah diterima oleh
masyarakat walaupun sebetulnya pada saat itu kan yang paling kuat itu ada pada dua figur yang lain, yaitu Kiai Imam Bukhori, sebagai ketua PCNU
waktu itu yang membidani lahirnya PKB di Bangkalan, kemudian yang kedua Kiai Syafii Rofii sebagai ketua DPC waktu itu. DPC PKB. Tapi ya
semacam ada, ya biasalah ada semacam sabotase politik sehingga kemudian kesempatan dari dua tokoh ini menjadi terpotong dan yang naik justeru pak
F
uad”.
98
Awalnya, keikutsertaan Fuad Amin dalam pilkada di Bangkalan untuk
pertama kali banyak menuai penolakan dari sebagian keluarga besar Bani Kholil. Sebagai keluarga kiai terkemuka seantero nusantara, mereka khawatir, apabila
nantinya Fuad Amin berhasil menduduki jabatan sebagai seorang bupati.
96
Wawancara Pribadi dengan AAR.
97
Wawancara Pribadi dengan AAR.
98
Wawancara Pribadi dengan AAR.
134
Kekhawatiran ini timbul karena dua faktor, pertama Fuad merupakan keturunan paling sepuh di antara mereka sepeninggal KH. Abdullah Schal, kedua karena
Fuad adalah anggota keluarga yang dianggap memiliki intensitas hubungan yang sangat intim dengan kalangan blater. Dengan dua alasan ini, sangat jelas apabila
kemudian Fuad dapat disimpulkan sebagai orang terkuat di antara Bani Kholil dan juga orang terkuat di Bangkalan.
99
Bahkan tak sedikit kemudian dari masyarakat yang juga menyebutnya sebagai salah satu tokoh Kiai-Blater.
Tetapi kegelisahan akan besarnya dominasi yang nanti akan Fuad dapatkan bila dia berhasil menjadi bupati bangkalan
– sebagaimana yang juga dirasakan oleh keluarga besar di masa-masa awal itu
– pernah juga diutarakan oleh Ahmad Ali Ridho selaku keponakan Fuad Amin kepada dirinya.
100
Kekhawatiran ini tentu tertuju pada satu hal: bagaimana cara mengontrol kekuasaan Fuad Amin nantinya.
Keberatan itu dia ceritakan dan dia pertanyakan kembali pada diri Fuad Amin secara langsung. Tetapi tanggapan yang Fuad Amin berikan pada waktu itu hanya
sebatas bahwa pencalonan ini murni sebagai pengabdiannya terhadap masyarakat. Di tengah usia yang semakin udzur, Fuad Amin ingin memberikan sesuatu yang
berarti di sisa hidupnya itu.
“.......Kenapa kemudian dari kami ini mendukung waktu itu ada pada posisinya pak fuad ya, karena memang dari saya sendiri melihat bahwa
sosok pak fuad ini sosok yang bisa dibuat lokomotif pembaharuan. Nah saya sendiri secara kepribadian kan tidak kenal pada dia ya, hanya kenal dari apa
ya hanya dengar cerita-cerita sekilas saja bahwa dia blater bahwa dia begini, tapi tidak kenal sejauh mana sebetulnya pak fuad itu sendiri. Sehingga ketika
pak fuad mengajak saya untuk mendukung dia menuju jabatan bupati itu, saya sendiri sebenarnya waktu itu nanya ke beliau: Man, apakah, apa
memang harus sampean? Apa tidak sebaiknya yang lain, saya sempat seperti itu, kemudian, dianya bilang: loh, kalau bukan aku lalu siapa gitu? saya
99
Wawancara Pribadi dengan AAR.
100
Wawancara Pribadi dengan AAR.
135 bilang: man, untuk tokoh-tokoh, karena saya masih anak-anak, tentu lebih
kenal jenengan, kalau saya sendiri kan tidak tahu, siapa yang harus didukung yang harus dimajukan, saya sendirikan kurang tahu, cuma kalau dalam
pemikiran saya, paman ini salah satu keluarga yang dituakan, kalau kemudian paman ini nanti berhasil menjabat sebagai bupati, dan ternyata
misalnya paman itu melakukan kesalahan-kesalahan dalam memimpin, lalu yang akan mengingatkan paman itu siapa, mengingat yang lain itu masih
bisa dikatakan semuanya di bawah pengaruh paman seperti itu. Akhirnya beliau bilang gini ke saya: Mad, aku ini sekarang posisinya sudah menjadi
DPR RI, secara kedudukan, saya sudah punya jabatan, secara finansial walaupun tidak kaya-kaya banget, tapi sudah bisa dikategorikan termasuk
yang terkaya di antara keluarga. Jadi saya ingin meraih jabatan bupati ini bukan karena mengejar jabatan dan bukan karena mencari uang. Saya ingin
memulai pengabdian saya di tengah-tengah masyarakat Bangkalan. Karena saya mulai dari kecil sampai muda, sampai sekarang saya ini selalu berada di
luar daerah. Nah, saya sekarang sudah tua, umur saya sudah menginjak 60, ayolah bantu saya, bantu aku, untuk bisa jadi bupati, biar aku ini bisa
mengabdikan sisa hidupku untuk masyarakat. Makanya saya kemarin terus terang terkejut, ketika dia di persidangan mengungkap di tayangan metro tv
itu dia sudah mengaku punya kekayaan yang ratusan miliar sebelum jadi bupati. Itu saya bisa pastikan itu bohong besar itu. Karena waktu itu yang
diungkap apa ya, yang saya tahu untuk biaya mencalonkan aja, dia itu masih minta sana-
sini”.
101
Tetapi kekhawatiran keluarga terhadap kekuatan Fuad Amin yang berlebih itu segera sirna setelah Fuad berhasil menduduki posisinya sebagai bupati. Respon
keluarga pun pada akhirnya berbalik arah, dari yang semula menolak, kini di antara keluarga bani kholil, sebagian di antaranya bahkan serta merta melebur
menjadi unsur penunjang fondasi kekuatan dominasi Fuad Amin di Bangkalan.
102
Walaupun memang sebagian yang lain tetap konsisten pada misi awal mereka untuk tetap berupaya melakukan kontrol terhadap pemerintahan Fuad Amin.
“....... cuma sayangnya, ketika pak fuad ini sukses untuk meraih jabatan bupati ini, lambat laun, sikap kritis dari keluarga terhadap Ra fuad ini
cenderung berkurang, dan bahkan akhirnya semuanya melebur menjadi satu kekuatan untuk menopang kekuatan Pak Fuad itu sendiri”.
103
101
Wawancara Pribadi dengan AAR.
102
Wawancara Pribadi dengan AAR.
103
Wawancara Pribadi dengan AAR.
136
Tapi halangan demi halangan silih berganti menerpa ambisi Fuad Amin untuk menjadi bupati. Setelah sempat mendapatkan penolakan dari keluarga besar
di masa-masa awal pengusungannnya sebagai bupati, Fuad Amin kembali diterpa masalah serius. Kendala Fuad Amin kali ini terkait dengan masalah ijazah palsu
yang ia pakai untuk melengkapi persyaratan dan ketentuan administrasi sebagai kandidat calon bupati. Hal ini tentu inkonstitusional, bahkan kemungkinan KPU
mengeliminisir Fuad dari arena pilkada sangat besar. Untuk bisa lolos dari proses verifikasi di KPU tersebut, pada akhirnya, dengan segala cara, Fuad Amin
mencari dukungan ke berbagai partai politik dan seluruh elemen masyarakat yang ada di Bangkalan. Sebab dengan adanya dukungan solid yang diberikan oleh
partai politik serta masyarakat, maka bukan tidak mungkin hal ini secara tidak langsung akan memberikan tekanan kepada pemerintah pusat, dengan seolah-olah
memberikan opini bahwa bila proses pencalonan ini gagal, apalagi setelah pemilihan dan menang kemudian tidak dilantik, kemungkinan akan terjadinya
chaos serta kerusuhan di masyarakat akan sangat mungkin terjadi.
104
Karena faktanya, pada pemilihan yang masih dilakukan melalui voting di dewan tersebut,
Fuad Amin mampu meraih dukungan yang signifikan. Dari 45 anggota dewan, Fuad Amin mampu meraih 42 suara.
105
Setelah informasi tentang penggunaan ijazah palsu Fuad Amin ini merebak ke ruang publik, banyak di antara dukungan kiai dan keluarga yang akhirnya
kembali antipati. Apalagi dukungan Kiai Abdullah Schal pada waktu itu
104
Wawancara Pribadi dengan AAR.
105
Wawancara Pribadi dengan AAR.
137
diarahkan kepada Mohammad Fatah, bupati incumbent sebelumnya,
106
meskipun pencalonan Fatah akhirnya telah terlebih dulu gagal sebelum dirinya benar-benar
turut dalam kompetisi. Di masa-masa awal pencalonan Fuad Amin; Khozein Abdul Karim, Imron
Fatah, dan Ahmad Ali Ridho merupakan salah satu unsur dari kalangan keluarga yang pertama-tama menunjukan sikap simpatinya atas pencalonan Fuad Amin.
Alasan yang terbesit yang menjadikannya mendukung pencalonan Fuad Amin pada waktu itu menurut Ahmad Ali Ridho adalah bahwa Fuad Amin merupakan
sosok yang ideal bagi lokomotif pembaharuan di Bangkalan.
107
Pada pilkada awal Bangkalan pasca reformasi itu, ada lima orang yang juga terlibat menjadi tim inisiator awal pencalonan Fuad Amin di Bangkalan. Selain
Ahmad Ali Ridho dan Imron Fatah, mereka adalah: Aliman Haris, Syafiudin Asmoro, dan Khosun Mizan. Salah satu pelecut semangat yang mendasari mereka
untuk terlibat aktivitas voluunter di lingkaran pencalonan Fuad Amin di masa periode awal untuk pertama kalinya di Bangkalan itu adalah bagaimana agar
Bangkalan tidak lagi dikuasai oleh unsur-unsur rezim orde baru.
108
Sebab salah satu unsur orde baru yang ada di Bangkalan saat itu, yaitu Mohammad Fatah, pun
menunjukan niatannya untuk kembali bertarung dalam kontetasi di pilkada tahun 2003.
109
Hal ini terekam dalam wawancara penulis kepada AHS, yang juga turut menjadi salah satu inisiator di pencalonan Fuad. AHS mengungkapkan bahwa
keterlibatannya dalam tim sukses Fuad tidak bisa terlepaskan dari giroh untuk
106
Wawancara Pribadi dengan AAR.
107
Wawancara Pribadi dengan AAR.
108
Wawancara Pribadi dengan AHS.
109
Wawancara Pribadi dengan AHS.
138
merubah Bangkalan. Asumsi awalnya adalah bahwa dengan kalangan kiai yang memimpin Bangkalan, bisa jadi Bangkalan akan menjadi lebih baik. Bahkan
semangat perubahan ini AHS tuangkan dalam buku yang membahas soal Fuad Amin dan Civil Society di Bangkalan.
“.....karena saya menjadi bagian dari gerakan itu dulu. 98. Saya masuk kampus 96-97, 98 itu gerakan, jadi ghiroh itu masih ada di saya untuk
merubah Bangkalan makanya kiai ini yang saya jadikan, karena kalau sudah kiai insya allah akan lebih baik dari pada orde baru sebelumnya. Oh ternyata
bisa seperti sekarang ini ceritanya. Bahkan saya dulu sampai nulis buku itu, gara-gara itu memang. Saya tuangkan harapan itu di situ, ada di sosok
beliau, memang lebay. Saya menulis narasinya lebay, mas. Kalau dibaca
sekarang ini, gimana gitu. Nyesal saya.”
110
Kelima orang inilah yang terus menerus, secara berkala, mendorong agar Fuad bersedia untuk dicalonkan sebagai kandidat bupati Bangkalan.
111
Dari kelima tim inisiator pencalonan Fuad Amin tersebut, Ahmad Ali Ridho merupakan orang
pertama yang pada akhirnya mendeklarasikan diri sebagai orang yang keluar dari barisan Fuad. Hal ini diambilnya karena Ahmad Ali Ridho sudah merasa tidak
cocok lagi dengan lika-liku kepemimpinan Fuad Amin. Peristiwa itu terjadi pada tahun 2005.
112
Begitupun dengan tim sukses Fuad Amin lainnya. Satu persatu, mereka mulai meninggalkan Fuad. AHS menurut pengakuannya sendiri keluar
dari barisan Fuad ketika tahun 2009, dan Imron sudah tidak harmonis lagi dengan Fuad Amin di sekitar tahun 2007-2008.
113
Mengenai Mohammad Fatah, mengapa kemudian gagal ikut dalam kontestasi di pilkada Bangkalan tahun 2003, adalah lebih dikarenakan laporan
pertanggungjawabannya sebagai Bupati ditolak oleh anggota dewan. Alasan inilah
110
Wawancara Pribadi dengan AHS.
111
Wawancara Pribadi dengan AHS.
112
Wawancara Pribadi dengan AHS.
113
Wawancara Pribadi dengan AHS.
139
yang kemudian melandasi keengganannya untuk turun dalam kontestasi pilkada. Sebab, dengan adanya penolakan LPJ, secara marwah konstitusi, hal ini akan
menjadi beban moril tersendiri bagi dirinya untuk melanggengkan kekuasaan. Di samping hal ini pun mengindikasikan bahwa sudah tidak adanya kekuatan utuh
yang nantinya akan mendukungnya lewat pemilihan di dewan.
114
Penolakan LPJ Fatah sebagai bupati Bangkalan sebenarnya tidak terlepas dari permainan politik Fuad. Fuad Amin nyatanya mampu membangun emosi
keluarga fraksi PKB di Bangkalan untuk menolak LPJ yang Fatah ajukan. Ditambah, afiliasi Fatah sendiri yang memang merupakan kepanjangan tangan
rezim orde baru, sehingga stigma sebagai orang-orangan orba kental melekat pada dirinya. Menurut AAR, unsur bau politik orba Fatah inilah yang menjadi cikal
bakal badai penolakan yang Fuad Amin hembuskan, apalagi PKB yang secara dominan menguasai dewan, sudah selayaknya mengusung calon sendiri.
Sedangkan kapasitas kepemimpinan dan segala pembangunan yang telah dilakukan Fatah di Bangkalan tidak diperhitungkan.
“Ya kan gini, karena memang waktu itu antipati terhadap semua yang berbau orde baru itu kan kental sekali. Itukan awal-awal reformasi ya. Nah Pak
Fatah ini kan kebetulan sosok yang secara afiliasi politiknya atau bau politiknya itu lebih kental orde barunya lebih kental bau golkarnya seperti
itulah kasarannya. Sehingga PKB dan semua ulama waktu itu tidak melihat Pak Fatah ini dari kapasitas yang lain, apakah kemampuan beliau dalam
memimpin, kemampuan beliau dalam memajukan Bangkalan misalnya itu menjadi tidak dihitung. Yang dihitung adalah Pak Fatah bagian dari orde
baru. Karena Pak Fatah bagian dari orde baru dan waktu itu PKB ini menjadi mayoritas di DPRD Bangkalan, maka sudah selayaknya PKB harus
mengusung calon sendiri. Nah, semangat seperti ini yang kemudian berhasil dimasuki atau dimanfaatkan oleh Pak Fuad, bagaimana kemudian
mendorong PKB ini untuk menolak LPJ-nya pak fatah sebagai pintu masuk bagi dia mulus untuk calon dan tidak ada tidak bertanding dengan Pak Fatah
seperti itu
.”
115 114
Wawancara Pribadi dengan AAR.
115
Wawancara Pribadi dengan AAR.
140
Menurut AHS, ada empat basis kekuatan yang menjadi modal penting Fuad dalam pencalonannya pada masa itu. Selain karena keberadaannya yang tidak terkait
dengan rezim Soeharto, empat hal inilah yang kemudian mampu menunjang keberhasilannya sebagai bupati. Pertama karena Fuad mewakili kharisma kiai
– dari keturunannya sebagai cucu Syaikhona Kholil, kedua, karena dirinya dikenal
sebagai salah satu tokoh blater, ketiga, karena kondisi finansial Fuad yang kaya, dan keempat, karena Fuad termasuk ke dalam kalangan orang-orang terhormat.
116
Keempat unsur inilah yang menjadi faktor kemenangan Fuad Amin dalam pilkada 2003. Di samping itu, dengan kebesaran PKB yang menguasai hampir setengah
dari jumlah kursi dewan di Bangkalan, dan solidnya kekuatan dukungan yang diperlihatkan oleh keluarga besar bani kholil pada Fuad Amin, turut pula menjadi
faktor penentu kemenangan Fuad Amin di masa-masa awal pencalonannya itu.
117
Mengenai penjelasan kronologi kemenangannya di periode pertama dan periode kedua, akan penulis sajikan di sub-bab khusus tentang itu.
Adapun akumulasi modal yang diperuntukkan sebagai ongkos politik Fuad waktu itu juga terbantu dari beberapa bantuan yang berasal dari santri Ki Amin,
ayah Fuad, dan beberapa lainnya dari orang-orang yang pada waktu itu ingin mendampingi Fuad sebagai calon wakilnya.
118
Kenyataan bahwa demokrasi di Bangkalan yang dikuasai sepenuhnya oleh Fuad memang tidak bisa ditampik. Setelah melenggang maju sebagai calon Bupati
dan menang, apa yang dikhawatirkan oleh pihak keluarga Bani Kholil benar-benar
116
Wawancara Pribadi dengan AHS.
117
Wawancara Pribadi dengan AAR.
118
Wawancara Pribadi dengan AAR.
141
menjadi kenyataan. Praktik penyimpangan birokratis mulai Fuad Amin tunjukan pasca dua tahun kepemimpinannya.
119
Menurut AAR, pelanggaran yang Fuad lakukan sudah terasa setelah pertengahan tahun kedua di periode awal
kepemimpinannya menjabat sebagai bupati Bangkalan. Jadi hal tersebut tersebut terjadi pada kurun waku di kisaran tahun 2004. Beberapa fakta yang mengarah
kepada hal tersebut salah satunya adalah saat Fuad meminta LSM-LSM setempat untuk menyoroti kinerja instansi-instansi pemerintahan di Bangkalan. Tetapi
setelah hasil investigasi dan survei yang dilakukan oleh LSM-LSM itu dilaporkan kepada Fuad Amin, Fuad malah justru tertawa. Seolah-olah hasil audit yang
dilakukan oleh LSM-LSM tersebut tidak penting dan tidak berarti apa-apa. Terus selanjutnya adalah pemotongan-pemotongan terhadap anggaran pemerintah. Bila
di masa Fatah pemotongan anggaran hanya sekian persen, di masa kepemimpinan Fuad jumlahnya semakin membengkak.
120
“Yah banyak teman-teman gini ya, dari kan LSM-LSM itu waktu itu banyak yang awalnya diminta oleh dia untuk katakan menyoroti instansi-
instansi ataupun kerja-kerja pemerintahan di bawah pak fuad ini yang tidak menjalankan program sebagaimana mestinya, seperti itu. Tapi ketika
teman-teman LSM yang dia suruh ini menjalankan fungsinya seperti itu, dan kemudian dilaporkan ke dia, dia justeru ketawa, kok wah kamu ini
kaya gitu aja diurus, misalnya seperti itu. Kamu kaya gitu aja diurus, misalnya. Nah terus ya mulai kemudian pemotongan-pemotongan terhadap
anggaran-anggaran itu. Kalau di masa-masa pak fatah itu, ya mungkin hanya antara, waktu itu antara 5 persenan kalau gak salahlah, itu sudah
mulai ada peningkatan”.
121
Selain itu, setoran-setoran yang Fuad wajibkan pun merembet ke berbagai program pemerintahan lainnya.
122
119
Wawancara Pribadi dengan AAR.
120
Wawancara Pribadi dengan AAR.
121
Wawancara Pribadi dengan AAR.
122
Wawancara Pribadi dengan AAR.
142 “Oiya saya kira kalau untuk setoran seperti itu sudah menjadi hal yang
lumrah lah saya kira ya. Hanya kalau kemudian, nah terungkapkan di persidangan itu bahwa sebetulnya pemotongan terhadap semua program itu,
itu terjadi sejak Pak fuad menjabat. Termasuk minta kepada rumah sakit, dan lain-
lain itu, dan SKPD juga seperti itu”.
123
Penempatan kroni-kroni, keluarga dan orang-orang dekat Fuad di berbagai pos penting dimulai sewaktu pertama Fuad memimpin. Setiap ada kesempatan,
Fuad akan menaruh orang-orang tersebut. Misalnya saja Fuad waktu itu tempatkan Khosun dan Ya‟kub di dinas-dinas pemerintahan terkait.
“Ya saya kira sejak awal ya. Sejak awal. Ya mulai dari tahun pertama itu setiap ada kesempatan untuk memasukan orang-orangnya itu ya dia
masukan”.
124
Tipikal yang erat dengan psikologi Fuad adalah sikapnya yang tidak mudah percaya dengan orang. Makanya penempatan keluarga terdekatnya di beberapa
pos jabatan partai, ormas, dan lain sebagainya, sudah menjadi hal yang kaprah mewarnai kehidupan politik Fuad Amin di masa-masa kepemimpinannya tersebut.
Pasalnya, kekuatan Fuad Amin di Bangkalan sudah terlalu amat mencengkeram, jadi ketika Fuad menghendaki siapapun untuk duduk di posisi manapun, sekalipun
orang yang dimaksud secara kapabilitas tidak memiliki kriteria-kriteria yang mumpuni, bila itu sudah kehendak Fuad, maka orang itu pasti berhasil
mendudukinya.
125
“Ya Fuad Amin ini orangnya tidak percayaan sama orang, mas. Jadi kalau tidak, ya pasti yang berhubungan dekat dengan keluarga lah. Pasti itu. Yang
masih dianggap famili-famili-famili- famili, naruh itu”.
126
“Ya. Jadi Bangkalan ini begini, Bangkalan ini, sudah kamu harus jadi, kamu harus jadi, kamu harus jadi sama Fuad, kamu harus jadi. Jadi meskipun dia
ini tidak punya basic apa-apa, mohon maaf, bacanya meskipun masih dieja,
123
Wawancara Pribadi dengan AAR.
124
Wawancara Pribadi dengan AAR
125
Wawancara Pribadi dengan NNH.
126
Wawancara Pribadi dengan NNH.
143 kalau kata fuad itu jadi, harus jadi itu. Jadi menganggap dirinya adalah raja,
tinggal kun fayakun saja, begitu”.
127
Bahkan penempatan yang dilakukan oleh Fuad Amin bukan saja hanya berlaku di pos struktur pemerintahan. Sampai ke seluruh internal partai politik dan organisasi
masyarakat yang ada di Bangkalan sekalipun, Fuad susupi. Intervensi Fuad ke berbagai parpol dan ormas di Bangkalan ini dilakukan dengan cara terlibat
langsung dalam setiap momen-momen pemilihan ketua DPC atau pemilihan ormas yang sedang dilangsungkan. Saking mengguritanya dominasi Fuad ke
tubuh parpol, maka di Bangkalan keluar istilah tidak ada partai kecuali PPP: Partai Pendukung Pendopo
“Hampir semua partai, bahkan sampai waktu itu ada istilah di Bangkalan ini enggak ada partai kecuali PPP, partai pendukung pendopo. Hanya ada satu
yang enggak, yaitu PKNU waktu itu. Yang gak tersentuh, ya emang kan PKNU dikontrol langsung oleh kiai imam kan seperti itu. Kalau yang lain-
lain itu ya PPP semua. Ya gimana enggak PPP, wong memang dari proses
pemilihannya sudah ditunggui seperti itu”.
128