Keterlibatan Fuad Amin dalam Politik Lokal Bangkalan

133 pesantren, bahwa peluang dari keruntuhan pemerintahan orba mesti dimanfaatkan sebesar-besarnya. 96 Pada pilkada 2003 di Bangkalan, sebenarnya ada dua pilihan kuat bakal calon lainnya selain Fuad Amin. Bahkan kedua calon tersebut lebih kuat ketimbang Fuad Amin itu sendiri. Kedua-duanya berasal dari keluarga yang sama: yakni keluarga Bani Kholil. Pertama adalah Kiai Imam Bukhori Kholil, kedua adalah Kiai Syafii Rofii. Kiai Imam Bukhori Kholil merupakan ketua PCNU Bangkalan yang memprakarsai lahirnya PKB di Bangkalan. Sedangkan Kiai Syafii Rofii merupakan ketua DPC PKB di Bangkalan. Terpilihnya Fuad Amin dalam penjaringan di internal partai PKB tidak terlepas dari beberapa trik sabotase yang Fuad Amin lakukan terhadap kedua pasangan ini. 97 “Gini, karena waktu itukan kita sedang euforia ya, bagaimanapun kesempatan pertama di era reformasi, dunia pesantrenlah paling tidak yang sedang mengonsep parlemen ini, harus mengusung calonnya sendiri, nah karena memang pak fuad ini secara trah itu nyambung dengan Kia Amin, dimana sosok ki amin ini betul-betul menjadi sosok yang sangat kharismatik pada masa hayatnya, jadi kemunculan pak fuad ini mudah diterima oleh masyarakat walaupun sebetulnya pada saat itu kan yang paling kuat itu ada pada dua figur yang lain, yaitu Kiai Imam Bukhori, sebagai ketua PCNU waktu itu yang membidani lahirnya PKB di Bangkalan, kemudian yang kedua Kiai Syafii Rofii sebagai ketua DPC waktu itu. DPC PKB. Tapi ya semacam ada, ya biasalah ada semacam sabotase politik sehingga kemudian kesempatan dari dua tokoh ini menjadi terpotong dan yang naik justeru pak F uad”. 98 Awalnya, keikutsertaan Fuad Amin dalam pilkada di Bangkalan untuk pertama kali banyak menuai penolakan dari sebagian keluarga besar Bani Kholil. Sebagai keluarga kiai terkemuka seantero nusantara, mereka khawatir, apabila nantinya Fuad Amin berhasil menduduki jabatan sebagai seorang bupati. 96 Wawancara Pribadi dengan AAR. 97 Wawancara Pribadi dengan AAR. 98 Wawancara Pribadi dengan AAR. 134 Kekhawatiran ini timbul karena dua faktor, pertama Fuad merupakan keturunan paling sepuh di antara mereka sepeninggal KH. Abdullah Schal, kedua karena Fuad adalah anggota keluarga yang dianggap memiliki intensitas hubungan yang sangat intim dengan kalangan blater. Dengan dua alasan ini, sangat jelas apabila kemudian Fuad dapat disimpulkan sebagai orang terkuat di antara Bani Kholil dan juga orang terkuat di Bangkalan. 99 Bahkan tak sedikit kemudian dari masyarakat yang juga menyebutnya sebagai salah satu tokoh Kiai-Blater. Tetapi kegelisahan akan besarnya dominasi yang nanti akan Fuad dapatkan bila dia berhasil menjadi bupati bangkalan – sebagaimana yang juga dirasakan oleh keluarga besar di masa-masa awal itu – pernah juga diutarakan oleh Ahmad Ali Ridho selaku keponakan Fuad Amin kepada dirinya. 100 Kekhawatiran ini tentu tertuju pada satu hal: bagaimana cara mengontrol kekuasaan Fuad Amin nantinya. Keberatan itu dia ceritakan dan dia pertanyakan kembali pada diri Fuad Amin secara langsung. Tetapi tanggapan yang Fuad Amin berikan pada waktu itu hanya sebatas bahwa pencalonan ini murni sebagai pengabdiannya terhadap masyarakat. Di tengah usia yang semakin udzur, Fuad Amin ingin memberikan sesuatu yang berarti di sisa hidupnya itu. “.......Kenapa kemudian dari kami ini mendukung waktu itu ada pada posisinya pak fuad ya, karena memang dari saya sendiri melihat bahwa sosok pak fuad ini sosok yang bisa dibuat lokomotif pembaharuan. Nah saya sendiri secara kepribadian kan tidak kenal pada dia ya, hanya kenal dari apa ya hanya dengar cerita-cerita sekilas saja bahwa dia blater bahwa dia begini, tapi tidak kenal sejauh mana sebetulnya pak fuad itu sendiri. Sehingga ketika pak fuad mengajak saya untuk mendukung dia menuju jabatan bupati itu, saya sendiri sebenarnya waktu itu nanya ke beliau: Man, apakah, apa memang harus sampean? Apa tidak sebaiknya yang lain, saya sempat seperti itu, kemudian, dianya bilang: loh, kalau bukan aku lalu siapa gitu? saya 99 Wawancara Pribadi dengan AAR. 100 Wawancara Pribadi dengan AAR. 135 bilang: man, untuk tokoh-tokoh, karena saya masih anak-anak, tentu lebih kenal jenengan, kalau saya sendiri kan tidak tahu, siapa yang harus didukung yang harus dimajukan, saya sendirikan kurang tahu, cuma kalau dalam pemikiran saya, paman ini salah satu keluarga yang dituakan, kalau kemudian paman ini nanti berhasil menjabat sebagai bupati, dan ternyata misalnya paman itu melakukan kesalahan-kesalahan dalam memimpin, lalu yang akan mengingatkan paman itu siapa, mengingat yang lain itu masih bisa dikatakan semuanya di bawah pengaruh paman seperti itu. Akhirnya beliau bilang gini ke saya: Mad, aku ini sekarang posisinya sudah menjadi DPR RI, secara kedudukan, saya sudah punya jabatan, secara finansial walaupun tidak kaya-kaya banget, tapi sudah bisa dikategorikan termasuk yang terkaya di antara keluarga. Jadi saya ingin meraih jabatan bupati ini bukan karena mengejar jabatan dan bukan karena mencari uang. Saya ingin memulai pengabdian saya di tengah-tengah masyarakat Bangkalan. Karena saya mulai dari kecil sampai muda, sampai sekarang saya ini selalu berada di luar daerah. Nah, saya sekarang sudah tua, umur saya sudah menginjak 60, ayolah bantu saya, bantu aku, untuk bisa jadi bupati, biar aku ini bisa mengabdikan sisa hidupku untuk masyarakat. Makanya saya kemarin terus terang terkejut, ketika dia di persidangan mengungkap di tayangan metro tv itu dia sudah mengaku punya kekayaan yang ratusan miliar sebelum jadi bupati. Itu saya bisa pastikan itu bohong besar itu. Karena waktu itu yang diungkap apa ya, yang saya tahu untuk biaya mencalonkan aja, dia itu masih minta sana- sini”. 101 Tetapi kekhawatiran keluarga terhadap kekuatan Fuad Amin yang berlebih itu segera sirna setelah Fuad berhasil menduduki posisinya sebagai bupati. Respon keluarga pun pada akhirnya berbalik arah, dari yang semula menolak, kini di antara keluarga bani kholil, sebagian di antaranya bahkan serta merta melebur menjadi unsur penunjang fondasi kekuatan dominasi Fuad Amin di Bangkalan. 102 Walaupun memang sebagian yang lain tetap konsisten pada misi awal mereka untuk tetap berupaya melakukan kontrol terhadap pemerintahan Fuad Amin. “....... cuma sayangnya, ketika pak fuad ini sukses untuk meraih jabatan bupati ini, lambat laun, sikap kritis dari keluarga terhadap Ra fuad ini cenderung berkurang, dan bahkan akhirnya semuanya melebur menjadi satu kekuatan untuk menopang kekuatan Pak Fuad itu sendiri”. 103 101 Wawancara Pribadi dengan AAR. 102 Wawancara Pribadi dengan AAR. 103 Wawancara Pribadi dengan AAR. 136 Tapi halangan demi halangan silih berganti menerpa ambisi Fuad Amin untuk menjadi bupati. Setelah sempat mendapatkan penolakan dari keluarga besar di masa-masa awal pengusungannnya sebagai bupati, Fuad Amin kembali diterpa masalah serius. Kendala Fuad Amin kali ini terkait dengan masalah ijazah palsu yang ia pakai untuk melengkapi persyaratan dan ketentuan administrasi sebagai kandidat calon bupati. Hal ini tentu inkonstitusional, bahkan kemungkinan KPU mengeliminisir Fuad dari arena pilkada sangat besar. Untuk bisa lolos dari proses verifikasi di KPU tersebut, pada akhirnya, dengan segala cara, Fuad Amin mencari dukungan ke berbagai partai politik dan seluruh elemen masyarakat yang ada di Bangkalan. Sebab dengan adanya dukungan solid yang diberikan oleh partai politik serta masyarakat, maka bukan tidak mungkin hal ini secara tidak langsung akan memberikan tekanan kepada pemerintah pusat, dengan seolah-olah memberikan opini bahwa bila proses pencalonan ini gagal, apalagi setelah pemilihan dan menang kemudian tidak dilantik, kemungkinan akan terjadinya chaos serta kerusuhan di masyarakat akan sangat mungkin terjadi. 104 Karena faktanya, pada pemilihan yang masih dilakukan melalui voting di dewan tersebut, Fuad Amin mampu meraih dukungan yang signifikan. Dari 45 anggota dewan, Fuad Amin mampu meraih 42 suara. 105 Setelah informasi tentang penggunaan ijazah palsu Fuad Amin ini merebak ke ruang publik, banyak di antara dukungan kiai dan keluarga yang akhirnya kembali antipati. Apalagi dukungan Kiai Abdullah Schal pada waktu itu 104 Wawancara Pribadi dengan AAR. 105 Wawancara Pribadi dengan AAR. 137 diarahkan kepada Mohammad Fatah, bupati incumbent sebelumnya, 106 meskipun pencalonan Fatah akhirnya telah terlebih dulu gagal sebelum dirinya benar-benar turut dalam kompetisi. Di masa-masa awal pencalonan Fuad Amin; Khozein Abdul Karim, Imron Fatah, dan Ahmad Ali Ridho merupakan salah satu unsur dari kalangan keluarga yang pertama-tama menunjukan sikap simpatinya atas pencalonan Fuad Amin. Alasan yang terbesit yang menjadikannya mendukung pencalonan Fuad Amin pada waktu itu menurut Ahmad Ali Ridho adalah bahwa Fuad Amin merupakan sosok yang ideal bagi lokomotif pembaharuan di Bangkalan. 107 Pada pilkada awal Bangkalan pasca reformasi itu, ada lima orang yang juga terlibat menjadi tim inisiator awal pencalonan Fuad Amin di Bangkalan. Selain Ahmad Ali Ridho dan Imron Fatah, mereka adalah: Aliman Haris, Syafiudin Asmoro, dan Khosun Mizan. Salah satu pelecut semangat yang mendasari mereka untuk terlibat aktivitas voluunter di lingkaran pencalonan Fuad Amin di masa periode awal untuk pertama kalinya di Bangkalan itu adalah bagaimana agar Bangkalan tidak lagi dikuasai oleh unsur-unsur rezim orde baru. 108 Sebab salah satu unsur orde baru yang ada di Bangkalan saat itu, yaitu Mohammad Fatah, pun menunjukan niatannya untuk kembali bertarung dalam kontetasi di pilkada tahun 2003. 109 Hal ini terekam dalam wawancara penulis kepada AHS, yang juga turut menjadi salah satu inisiator di pencalonan Fuad. AHS mengungkapkan bahwa keterlibatannya dalam tim sukses Fuad tidak bisa terlepaskan dari giroh untuk 106 Wawancara Pribadi dengan AAR. 107 Wawancara Pribadi dengan AAR. 108 Wawancara Pribadi dengan AHS. 109 Wawancara Pribadi dengan AHS. 138 merubah Bangkalan. Asumsi awalnya adalah bahwa dengan kalangan kiai yang memimpin Bangkalan, bisa jadi Bangkalan akan menjadi lebih baik. Bahkan semangat perubahan ini AHS tuangkan dalam buku yang membahas soal Fuad Amin dan Civil Society di Bangkalan. “.....karena saya menjadi bagian dari gerakan itu dulu. 98. Saya masuk kampus 96-97, 98 itu gerakan, jadi ghiroh itu masih ada di saya untuk merubah Bangkalan makanya kiai ini yang saya jadikan, karena kalau sudah kiai insya allah akan lebih baik dari pada orde baru sebelumnya. Oh ternyata bisa seperti sekarang ini ceritanya. Bahkan saya dulu sampai nulis buku itu, gara-gara itu memang. Saya tuangkan harapan itu di situ, ada di sosok beliau, memang lebay. Saya menulis narasinya lebay, mas. Kalau dibaca sekarang ini, gimana gitu. Nyesal saya.” 110 Kelima orang inilah yang terus menerus, secara berkala, mendorong agar Fuad bersedia untuk dicalonkan sebagai kandidat bupati Bangkalan. 111 Dari kelima tim inisiator pencalonan Fuad Amin tersebut, Ahmad Ali Ridho merupakan orang pertama yang pada akhirnya mendeklarasikan diri sebagai orang yang keluar dari barisan Fuad. Hal ini diambilnya karena Ahmad Ali Ridho sudah merasa tidak cocok lagi dengan lika-liku kepemimpinan Fuad Amin. Peristiwa itu terjadi pada tahun 2005. 112 Begitupun dengan tim sukses Fuad Amin lainnya. Satu persatu, mereka mulai meninggalkan Fuad. AHS menurut pengakuannya sendiri keluar dari barisan Fuad ketika tahun 2009, dan Imron sudah tidak harmonis lagi dengan Fuad Amin di sekitar tahun 2007-2008. 113 Mengenai Mohammad Fatah, mengapa kemudian gagal ikut dalam kontestasi di pilkada Bangkalan tahun 2003, adalah lebih dikarenakan laporan pertanggungjawabannya sebagai Bupati ditolak oleh anggota dewan. Alasan inilah 110 Wawancara Pribadi dengan AHS. 111 Wawancara Pribadi dengan AHS. 112 Wawancara Pribadi dengan AHS. 113 Wawancara Pribadi dengan AHS. 139 yang kemudian melandasi keengganannya untuk turun dalam kontestasi pilkada. Sebab, dengan adanya penolakan LPJ, secara marwah konstitusi, hal ini akan menjadi beban moril tersendiri bagi dirinya untuk melanggengkan kekuasaan. Di samping hal ini pun mengindikasikan bahwa sudah tidak adanya kekuatan utuh yang nantinya akan mendukungnya lewat pemilihan di dewan. 114 Penolakan LPJ Fatah sebagai bupati Bangkalan sebenarnya tidak terlepas dari permainan politik Fuad. Fuad Amin nyatanya mampu membangun emosi keluarga fraksi PKB di Bangkalan untuk menolak LPJ yang Fatah ajukan. Ditambah, afiliasi Fatah sendiri yang memang merupakan kepanjangan tangan rezim orde baru, sehingga stigma sebagai orang-orangan orba kental melekat pada dirinya. Menurut AAR, unsur bau politik orba Fatah inilah yang menjadi cikal bakal badai penolakan yang Fuad Amin hembuskan, apalagi PKB yang secara dominan menguasai dewan, sudah selayaknya mengusung calon sendiri. Sedangkan kapasitas kepemimpinan dan segala pembangunan yang telah dilakukan Fatah di Bangkalan tidak diperhitungkan. “Ya kan gini, karena memang waktu itu antipati terhadap semua yang berbau orde baru itu kan kental sekali. Itukan awal-awal reformasi ya. Nah Pak Fatah ini kan kebetulan sosok yang secara afiliasi politiknya atau bau politiknya itu lebih kental orde barunya lebih kental bau golkarnya seperti itulah kasarannya. Sehingga PKB dan semua ulama waktu itu tidak melihat Pak Fatah ini dari kapasitas yang lain, apakah kemampuan beliau dalam memimpin, kemampuan beliau dalam memajukan Bangkalan misalnya itu menjadi tidak dihitung. Yang dihitung adalah Pak Fatah bagian dari orde baru. Karena Pak Fatah bagian dari orde baru dan waktu itu PKB ini menjadi mayoritas di DPRD Bangkalan, maka sudah selayaknya PKB harus mengusung calon sendiri. Nah, semangat seperti ini yang kemudian berhasil dimasuki atau dimanfaatkan oleh Pak Fuad, bagaimana kemudian mendorong PKB ini untuk menolak LPJ-nya pak fatah sebagai pintu masuk bagi dia mulus untuk calon dan tidak ada tidak bertanding dengan Pak Fatah seperti itu .” 115 114 Wawancara Pribadi dengan AAR. 115 Wawancara Pribadi dengan AAR. 140 Menurut AHS, ada empat basis kekuatan yang menjadi modal penting Fuad dalam pencalonannya pada masa itu. Selain karena keberadaannya yang tidak terkait dengan rezim Soeharto, empat hal inilah yang kemudian mampu menunjang keberhasilannya sebagai bupati. Pertama karena Fuad mewakili kharisma kiai – dari keturunannya sebagai cucu Syaikhona Kholil, kedua, karena dirinya dikenal sebagai salah satu tokoh blater, ketiga, karena kondisi finansial Fuad yang kaya, dan keempat, karena Fuad termasuk ke dalam kalangan orang-orang terhormat. 116 Keempat unsur inilah yang menjadi faktor kemenangan Fuad Amin dalam pilkada 2003. Di samping itu, dengan kebesaran PKB yang menguasai hampir setengah dari jumlah kursi dewan di Bangkalan, dan solidnya kekuatan dukungan yang diperlihatkan oleh keluarga besar bani kholil pada Fuad Amin, turut pula menjadi faktor penentu kemenangan Fuad Amin di masa-masa awal pencalonannya itu. 117 Mengenai penjelasan kronologi kemenangannya di periode pertama dan periode kedua, akan penulis sajikan di sub-bab khusus tentang itu. Adapun akumulasi modal yang diperuntukkan sebagai ongkos politik Fuad waktu itu juga terbantu dari beberapa bantuan yang berasal dari santri Ki Amin, ayah Fuad, dan beberapa lainnya dari orang-orang yang pada waktu itu ingin mendampingi Fuad sebagai calon wakilnya. 118 Kenyataan bahwa demokrasi di Bangkalan yang dikuasai sepenuhnya oleh Fuad memang tidak bisa ditampik. Setelah melenggang maju sebagai calon Bupati dan menang, apa yang dikhawatirkan oleh pihak keluarga Bani Kholil benar-benar 116 Wawancara Pribadi dengan AHS. 117 Wawancara Pribadi dengan AAR. 118 Wawancara Pribadi dengan AAR. 141 menjadi kenyataan. Praktik penyimpangan birokratis mulai Fuad Amin tunjukan pasca dua tahun kepemimpinannya. 119 Menurut AAR, pelanggaran yang Fuad lakukan sudah terasa setelah pertengahan tahun kedua di periode awal kepemimpinannya menjabat sebagai bupati Bangkalan. Jadi hal tersebut tersebut terjadi pada kurun waku di kisaran tahun 2004. Beberapa fakta yang mengarah kepada hal tersebut salah satunya adalah saat Fuad meminta LSM-LSM setempat untuk menyoroti kinerja instansi-instansi pemerintahan di Bangkalan. Tetapi setelah hasil investigasi dan survei yang dilakukan oleh LSM-LSM itu dilaporkan kepada Fuad Amin, Fuad malah justru tertawa. Seolah-olah hasil audit yang dilakukan oleh LSM-LSM tersebut tidak penting dan tidak berarti apa-apa. Terus selanjutnya adalah pemotongan-pemotongan terhadap anggaran pemerintah. Bila di masa Fatah pemotongan anggaran hanya sekian persen, di masa kepemimpinan Fuad jumlahnya semakin membengkak. 120 “Yah banyak teman-teman gini ya, dari kan LSM-LSM itu waktu itu banyak yang awalnya diminta oleh dia untuk katakan menyoroti instansi- instansi ataupun kerja-kerja pemerintahan di bawah pak fuad ini yang tidak menjalankan program sebagaimana mestinya, seperti itu. Tapi ketika teman-teman LSM yang dia suruh ini menjalankan fungsinya seperti itu, dan kemudian dilaporkan ke dia, dia justeru ketawa, kok wah kamu ini kaya gitu aja diurus, misalnya seperti itu. Kamu kaya gitu aja diurus, misalnya. Nah terus ya mulai kemudian pemotongan-pemotongan terhadap anggaran-anggaran itu. Kalau di masa-masa pak fatah itu, ya mungkin hanya antara, waktu itu antara 5 persenan kalau gak salahlah, itu sudah mulai ada peningkatan”. 121 Selain itu, setoran-setoran yang Fuad wajibkan pun merembet ke berbagai program pemerintahan lainnya. 122 119 Wawancara Pribadi dengan AAR. 120 Wawancara Pribadi dengan AAR. 121 Wawancara Pribadi dengan AAR. 122 Wawancara Pribadi dengan AAR. 142 “Oiya saya kira kalau untuk setoran seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah lah saya kira ya. Hanya kalau kemudian, nah terungkapkan di persidangan itu bahwa sebetulnya pemotongan terhadap semua program itu, itu terjadi sejak Pak fuad menjabat. Termasuk minta kepada rumah sakit, dan lain- lain itu, dan SKPD juga seperti itu”. 123 Penempatan kroni-kroni, keluarga dan orang-orang dekat Fuad di berbagai pos penting dimulai sewaktu pertama Fuad memimpin. Setiap ada kesempatan, Fuad akan menaruh orang-orang tersebut. Misalnya saja Fuad waktu itu tempatkan Khosun dan Ya‟kub di dinas-dinas pemerintahan terkait. “Ya saya kira sejak awal ya. Sejak awal. Ya mulai dari tahun pertama itu setiap ada kesempatan untuk memasukan orang-orangnya itu ya dia masukan”. 124 Tipikal yang erat dengan psikologi Fuad adalah sikapnya yang tidak mudah percaya dengan orang. Makanya penempatan keluarga terdekatnya di beberapa pos jabatan partai, ormas, dan lain sebagainya, sudah menjadi hal yang kaprah mewarnai kehidupan politik Fuad Amin di masa-masa kepemimpinannya tersebut. Pasalnya, kekuatan Fuad Amin di Bangkalan sudah terlalu amat mencengkeram, jadi ketika Fuad menghendaki siapapun untuk duduk di posisi manapun, sekalipun orang yang dimaksud secara kapabilitas tidak memiliki kriteria-kriteria yang mumpuni, bila itu sudah kehendak Fuad, maka orang itu pasti berhasil mendudukinya. 125 “Ya Fuad Amin ini orangnya tidak percayaan sama orang, mas. Jadi kalau tidak, ya pasti yang berhubungan dekat dengan keluarga lah. Pasti itu. Yang masih dianggap famili-famili-famili- famili, naruh itu”. 126 “Ya. Jadi Bangkalan ini begini, Bangkalan ini, sudah kamu harus jadi, kamu harus jadi, kamu harus jadi sama Fuad, kamu harus jadi. Jadi meskipun dia ini tidak punya basic apa-apa, mohon maaf, bacanya meskipun masih dieja, 123 Wawancara Pribadi dengan AAR. 124 Wawancara Pribadi dengan AAR 125 Wawancara Pribadi dengan NNH. 126 Wawancara Pribadi dengan NNH. 143 kalau kata fuad itu jadi, harus jadi itu. Jadi menganggap dirinya adalah raja, tinggal kun fayakun saja, begitu”. 127 Bahkan penempatan yang dilakukan oleh Fuad Amin bukan saja hanya berlaku di pos struktur pemerintahan. Sampai ke seluruh internal partai politik dan organisasi masyarakat yang ada di Bangkalan sekalipun, Fuad susupi. Intervensi Fuad ke berbagai parpol dan ormas di Bangkalan ini dilakukan dengan cara terlibat langsung dalam setiap momen-momen pemilihan ketua DPC atau pemilihan ormas yang sedang dilangsungkan. Saking mengguritanya dominasi Fuad ke tubuh parpol, maka di Bangkalan keluar istilah tidak ada partai kecuali PPP: Partai Pendukung Pendopo “Hampir semua partai, bahkan sampai waktu itu ada istilah di Bangkalan ini enggak ada partai kecuali PPP, partai pendukung pendopo. Hanya ada satu yang enggak, yaitu PKNU waktu itu. Yang gak tersentuh, ya emang kan PKNU dikontrol langsung oleh kiai imam kan seperti itu. Kalau yang lain- lain itu ya PPP semua. Ya gimana enggak PPP, wong memang dari proses pemilihannya sudah ditunggui seperti itu”. 128

D. Friksi Bani Kholil

Pengaruh politik bani kholil di Bangkalan saat ini memang tidak terlepas dari sejarah dan figur Kiai Syaikhona Kholil bin Abd‟ Latief itu sendiri. Nama besarnya dan pengaruh kharismatik yang melekat pada diri Syaikhona Kholil di masyarakat, tidak bisa ditinggalkan dari perannya yang besar dengan selalu turut serta dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari masalah-masalah keagamaaan, ekonomi, sosial, dan politik. Dalam kancah sosial politik, hal ini dapat dilihat dari kelahiran NU, Nahdlatul Ulama, sebagai ormas islam tebesar di Indonesia, yang juga tidak 127 Wawancara Pribadi dengan NNH. 128 Wawancara Pribadi dengan AAR. 144 terhindarkan dari sentuhan tangan Syaikhona Kholil Bangkalan melalui muridnya KH. Hasyim Asy‟ari. Termasuk lainnya dalam bidang ekonomi, Syaikhona Kholil pun turut serta dalam aktivitas perdagangan. Hal ini dapat dilihat dari sekali pelayarannya ke Kalimantan menggunakan perahu miliknya yang bernama Sarimuna. Selanjutnya perahu ini beliau hibahkan kepada masyarakat dengan ketentuan bagi hasil. Keuntungannya kebanyakan beliau gunakan untuk membangun masjid. Ini merupakan fakta nyata bahwa Syaikhona tidak sekadar menaruh perhatiannya pada permasalahan-permasalahan agama saja, melainkan juga menaruh perhatian yang besar kepada masalah-masalah sosial ekonomi dan politik di masyarakat. 129 Unsur ini, kelak, telah mewariskan satu dimensi kekuatan modal sosial politik yang juga diturunkan pada keturunan-keturunannya. Sehingga wajar bila sampai saat ini, penghormatan dan rasa takdzim masyarakat kepada keluarga besar bani kholil tidak pernah ada habis-habisnya. Masyarakat masih berpatron kepada keturunan-keturunan syaikhona kholil dalam segala urusan. Maka tak heran bila di setiap momen pemilu yang ada di Bangkalan, dominasi keluarga bani selalu mewarnai jalannya dinamika politik yang berlangsung. Secara genealogi, Syaikhona Kholil hanya memiliki dua orang anak. Satu Kiai Imron dan satunya lagi Nyai Asma. Dari keturunan Kiai Imron ini banyak di antara mereka yang terjun ke dunia politik. Sedangkan dari keturunan Nyai Asma, mereka lebih terlibat di masalah-masalah kegamaaan, seperti pengajian, di masjid, dan lain sebagainya. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa keturunan 129 Abdur Rozaki, “Islam, Demokrasi Dan Orang Kuat Lokal: Studi Kemunculan Oligarki Politik dan Perlawanan Sosial Di Bangkalan Madura,” Disertasi Program Studi Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015, h. 89-90. 145 Kiai Imron pun ikut terlibat dalam masalah-masalah agama, walau untuk urusan politik mereka terbilang lebih dominan. 130 Di antara keturunan Kiai Imron itu di antaranya adalah Kiai Amin dan Kiai Ma‟mun. Keduanya merupakan anggota DPR RI dari partai PPP. Selain Kiai Amin dan Kiai Ma‟mun, Kiai Imron juga memiliki putri yang bernama Nyai Romlah. Dari keturunan Nyai Romlah kelak lahirlah seorang putra, Kiai Kholil AG. Dia merupakan ketua DPR pada tahun 1971 dari Partai Nahdlatul Ulama, pemenang partai di Bangkalan. Dan dari Kiai Imron pula lahir Nyai Arfiah, dimana dia memiliki putra yang bernama Syafii Rofii, mantan wakil bupati Bangkalan 2008-2012 dan Mundzir Rofii, wakil bupati Bangkalan 2012-2016. Dari Kiai Amin lahir Fuad Amin, dan dari Kiai Kholil AG lahir Imam Bukhori Kholil. Sedangkan dari garis keturunan Syaikhona Kholil ke Nyai Asma jarang sekali dari keturunannya yang tampil dalam pentas politik baik itu di Bangkalan maupun di nasional. 131 130 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM. 131 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM. 146 Bagan IV.3. Garis Keturunan Syaikhona Kholil Sumber Gambar: Diolah dari hasil wawancara Wajar bila akhirnya Fuad Amin memegang kendali di antara keluarga Bani Kholil lainnya. Karena sampai saat ini, Fuad Amin merupakan keturunan tertua di antara pihak keluarga yang lain. Banyak dari para pengasuh pesantren di Bangkalan, dan para kiai-kiai setempat, yang masih takdzim dan hormat pada Fuad Amin. Selain karena posisinya yang dianggap sebagai kiai sepuh, gaya kepemimpinan Fuad Amin yang arogan dan otoriter berkontribusi meningkatkan daya tawanya selaku orang berpengaruh di Bangkalan. 132 Memang dalam perjalanannya, dinamika serta friksi di antara keluarga bani kholil tidak terhindarkan. Munculnya dua tokoh berpengaruh dalam satu keluarga 132 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM. Syaikho a Kholil Bi Abd’ Latief Kiai Imron Nyai Asma Kiai Amin Kiai Ma’ u Nyai Romlah Nyai Arfiah Fuad Amin Kiai Kholil A.G Mundzir Rofii Syafi Rofii 147 bani, mau tidak mau mengharuskan kedua kubu ini untuk saling berhadap- hadapan. Sekalipun dalam dinamikanya, Fuad Amin lebih mendominasi - dengan berbagai bentuk dominasi dan hegemoni yang telah dia lakukan – ketimbang keponakannya sendiri, Imam Bukhori Kholil. Kemunculan kubu baru dalam hal ini adalah Imam Bukhori Kholil dari keluarga besar, menurut pengakuan Imam Bukhori Kholil sendiri, dimaksudkan agar masyarakat lebih menganggap bahwa urusan politik bukan urusan yang sakral. Karena fenomena pengkultusan masyarakat terhadap kiai yang selama ini sering tergambarkan dalam sikap masyarakat yang mempercayai fatwa-fatwa politik kiai, tentu berbahaya bagi kelangsungan demokrasi yang menghendaki adanya check and recheck antara pihak penguasa dengan rakyat yang dikuasai. Selama ini masyarakat Bangkalan terlihat enggan, bahkan takut, untuk mengkritisi segala kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyimpang. Maka kehadiran kubu Imam Bukhori Kholil menurutnya juga untuk memberikan pendidikan politik seperti itu. Bahkan tambahnya, adanya banyak kubu yang muncul dari keluarga bani kholil malah membuat persaingan semakin sehat. Masyarakat akan semakin tahu mana pemimpin yang benar-benar merepresentasikan kepentingan mereka dan mana yang justeru sebaliknya. Dan sejarah di masa yang akan datang dapat membaca bahwa tidak seluruhnya pemimpin yang berasal dari keturunan trah bani kholil sama seperti dengan Fuad Amin. 133 Dalam perkembangannya, untuk urusan politik di Bangkalan, yang pada mulanya kiai selalu dijadikan kiblat politik bagi masyarakat, lambat laun hal ini 133 Wawancara Bersama Muhamad Ruji dengan IMM.