Tabel 4 Keseimbangan massa nitrogen pada pembesaran ikan lele dengan protein pakan 32 pada setiap perlakuan
Perlakuan N pakan
N retensi N buang
A 150:0 100,00±0,00
63,55±1,99 36,45±1,99
B 150:300 100,00±0,00
64,87±0,89 35,00±0,89
C 150:600 100,00±0,00
66,45±2,78 33,55±2,78
Limbah turunan pakan meliputi feses, produk ekskresi dan pakan yang tidak termakan. Menurut Pillay 2004 pakan dilepaskan ke air tergantung pada sejumlah
faktor yang meliputi kebiasaan pakan ikan, stabilitas pakan dalam air, cara pemberian pakan dan waktu pemberian pakan. Pada penelitian yang dilakukan, faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap adanya pakan yang tidak termakan diminimisasi sehingga limbah turunan dari pakan hanya berupa feses dan produk eskresi saja.
Jumlah limbah nitrogen yang dilepaskan ke kolom air pada penelitian dengan menggunakan komoditas ikan lele ini adalah berkisar 33,55-36,45. Menurut Brune
et al . 2003 pada kegiatan budidaya kira-kira 15 input nitrogen pakan dilepaskan
pada kolom air sebagai BOD dan 60 input nitrogen pakan sebagai ammonia-N. Sehingga jumlah muatan limbah nitrogen yang dilepaskan sekitar 75 dari input
nitrogen pakan. Nilai ini mendekati hasil penelitian Avnimelech 1999 untuk komoditi ikan tilapia yaitu sekitar 77. Hakanson et al. 1988 diacu dalam Pillay
2004 membuat keseimbangan massa nitrogen pada ikan laut, dimana nitrogen untuk pertumbuhan sebesar 24,67, dan nitrogen sebagai muatan limbah sebesar 75,33
yang terdiri dari feses dan ekskresi ammonia berturut-turut adalah 15 dan 60,33.
4.3 Kelimpahan Bakteri Heterotrof
Rata-rata kelimpahan dan biomassa bakteri heterotrof pada air kolam pemeliharaan dan usus udang galah pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 5.
Nampak bahwa rata-rata kelimpahan bakteri heterotrof pada perlakuan yang diberi sumber karbon organik lebih tinggi daripada perlakuan yang tidak diberi karbon
organik. Menurut Hari et al. 2004 penambahan sumber karbon organik dapat meningkatkan populasi bakteri heterotrof pada kolam budidaya. Hasil penelitiannya
menunjukkan peningkatan jumlah bakteri heterotrof secara nyata dari 2,5x10
7
cfuml pada perlakuan pakan 40 menjadi 6,2x10
7
pada perlakuan pakan 40 yang ditambah dengan tepung kanji.
Tabel 5 Rata-rata kelimpahan dan biomassa bakteri heterotrof dari kolom air dan usus udang galah pada setiap perlakuan
Gambar 5 menjelaskan hasil pengukuran kelimpahan bakteri heterotrof pada kolom air pada pemeliharaan hari ke-7, 28 dan 49. Kelimpahan bakteri heterotrof dari
kolom air pada setiap perlakuan mengalami peningkatan seiring waktu pemeliharaan. Nampak kelimpahan bakteri heterotrof pada kolam perlakuan A 150:0 secara nyata
P0,05 lebih rendah dibandingkan pada kolam perlakuan lainnya yang ditumbuhkan dengan pemberian sumber karbon setiap hari. Kelimpahan bakteri pada
kolam perlakuan B 150:300 dan C 150:600 pada hari ke-7, 28 dan 49 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata P0,05.
Kelimpahan bakteri heterotrof pada usus udang galah pada perlakuan B 150:300 dan C 150:600 pada saat tebar hari ke-7 adalah 3,95x10
8
cfug; pada hari ke-28 adalah berturut-turut 4,85x10
9
dan 4,20x10
8
cfug; dan pada hari ke-49 adalah berturut-turut 1,56x10
10
cfug dan 5,02x10
7
cfug. Berdasarkan analisa statistik, pada hari ke-49 kelimpahan bakteri heterotrof pada usus udang galah pada
perlakuan B 150:300 secara nyata P0,05 lebih tinggi daripada perlakuan C 150:600, sedangkan pada hari ke-28 tidak menunjukkan perbedaan nyata P0,05.
Gambar 5 Kelimpahan bakteri heterotrof dari kolom air pada setiap perlakuan Perlakuan
Kolom air Usus udang galah
Kelimpahan cfuml
Biomassa per kolam
g Kelimpahan
cfug Biomassa
per usus g
A 150:0 2,52x10
5
3,02x10 -
- B 150:300
1,39x10
7
1,67x10
2
6,94x10
9
4,05x10
-5
C 150:600 2,44x10
7
2,93x10
2
2,88x10
8
8,16x10
-7
Bakteri heterotrof merupakan bagian dari ekosistem floc selain fitoplankton, kumpulan bahan organik hidup dan mati dan pemakan bakteri Hargreaves 2006.
Gambar 6 a dan b menunjukkan perbedaan formasi mikroorganisme pada kolam pemeliharaan antara yang ditumbuhkan menggunakan sumber karbon dengan yang
tidak. Pada gambar 6 a perlakuan A, tanpa penambahan sumber karbon nampak mikroorganisme yang paling dominan adalah fitoplankton dan air pemeliharaan
berwarna hijau. Sedangkan pada Gambar 6 b Perlakuan B dan C, yang ditambah sumber karbon banyak jenis mikroorganisme tumbuh seperti fitoplankton dan
zooplankton serta partikel bahan organik. Gambar 6 c merupakan bakteri hasil isolasi dari kolam B dan C. Pada awal pemeliharaan kedua kolam perlakuan tersebut
ditebar inokulum bakteri heterotrof dari kelompok bakteri fotosintesis. Menurut Beatty 2002 bakteri yang mengandung protein kompleks-pigmen fotosintetik ini
tidak mampu tumbuh hanya semata-mata dengan cahaya, tetapi juga membutuhkan sumber energi utama yang lengkap. Sementara itu limbah budidaya ikan lele
menyediakan banyak sumber energi yang dapat dimanfaatkan oleh bakteri tersebut. Pertumbuhan bakteri heterotrof pada kolam perlakuan tidak lepas dari peran
penambahan molase sebanyak 72,5 jumlah pakan per hari dan suplai oksigen melalui mesin aerasi sebesar 0,88-2,38 wm
3
18-50 lmenit dalam air budidaya ikan lele. Sel bakteri akan membentuk floc pada kekuatan aerasi 0,001-30 wm
3
, lebih dari itu sel akan terdispersi. Kekuatan aerasi sebesar 0,1-10 wm
3
merupakan pengaerasian yang paling baik untuk pencampuran pada sistem budidaya De
Schryver et al. 2008.
a b c Gambar 6 Phytoplankton dari bak perlakuan A a; formasi floc dari bak perlakuan
B dan C b; dan bakteri heterotrof gram positif berbentuk batang yang diisolasi dari bak perlakuan B dan C c
10 µm 10 µm
10 µm
4.4 Kualitas Air