1.2 Perumusan Masalah
Pemberian pakan buatan berprotein tinggi pada pembesaran ikan lele intensif dalam keramba menghasilkan limbah yang cukup besar terutama dalam bentuk
ammonia nitrogen. Ammonia merupakan limbah yang sangat toksik bagi hampir seluruh hewan akuatik sehingga keberadaanya dalam media pemeliharaan harus
dikurangi. Ammonia dapat dikonversi menjadi biomassa bakteri heterotrof yang dapat tumbuh maksimal melalui peningkatan rasio CN dengan menambahkan
sumber karbon. Bakteri heterotrof merupakan sumber protein tinggi untuk makanan jenis ikan dan udang tertentu dan dapat memperbaiki kualitas air terutama nitrogen
anorganik. Sistem akuakultur berbasis trophic level melalui teknologi biofloc diharapkan dapat mengakibatkan peningkatan efisiensi nitrogen pakan.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian bertujuan untuk: 1. Menganalisa pengaruh pemberian karbon pada limbah budidaya ikan lele terhadap
kelimpahan bakteri heterotrof. 2. Menganalisa pemanfaatan bakteri heterotrof oleh udang galah pada tingkat
penebaran yang berbeda. 3. Menganalisa kualitas air terutama nitrogen anorganik.
4. Mengkaji sistem akuakultur berbasis trophic level melalui teknologi biofloc. Manfaat penelitian ini adalah teknologi untuk meningkatkan efisiensi pakan dan
air, meningkatkan efektivitas wadah budidaya, mengurangi pencemaran air, dan meningkatkan produksi.
1.4 Perumusan Hipotesis
Apabila penambahan unsur karbon seimbang dengan nitrogen dari limbah budidaya ikan lele maka jumlah bakteri heterotrof akan maksimal dan kualitas air
menjadi lebih baik karena nitrogen anorganik dikonversi menjadi nitrogen bakteri. Selanjutnya apabila sejumlah bakteri heterotrof tersebut dimanfaatkan oleh udang
galah maka akan terjadi pertumbuhan yang baik pada udang galah. Secara keseluruhan sistem ini akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan nitrogen.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele
Klasifikasi ikan lele menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut: kingdom Animalia, sub-kingdom Metazoa, filum Chordata, sub-filum Vertebrata, kelas
Pisces, sub-kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub-ordo Siluroidea, famili Clariidae, genus Clarias dan pesies Clarias sp.
Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus x C. Fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama kali masuk ke
Indonesia pada tahun 1985 BSN 2000. Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, antara lain lebih
mudah dibudidayakan dan dapat dipijahkan sepanjang tahun, fekunditas telur yang besar serta mempunyai kecepatan tumbuh dan efisiensi pakan yang tinggi.
Ikan lele dumbo dicirikan oleh jumlah sirip punggung D.68-79, sirip dada P.I.9-10, sirip perut V.5-6, sirip anal A.50-60 dan jumlah sungut empat pasang, satu
diantaranya lebih besar dan panjang. Perbandingan antara panjang standar terhadap panjang kepala 1 : 3-4.
Ikan lele dumbo memiliki alat pernapasan tambahan berupa aborescen yang merupakan kulit tipis menyerupai spon, yang dengan alat pernapasan tambahan ini,
ikan lele dumbo dapat hidup pada air dengan kondisi oksigen yang rendah. Ikan lele dapat dipelihara dengan kepadatan sangat tinggi 100 ikanm
2
dan produksi bisa mencapai 100 tonha Areerat 1987 diacu dalam Yi et al. 2003. Persyaratan
kualitas air untuk budidaya ikan lele disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Parameter kualitas air untuk pemeliharaan ikan lele
Parameter Nilai Salinitas mgl
100-8000 Total gas terlarut
100 Oksigen terlarut mgl
1,7 CO
2
mgl maks. 10
Alkalinitas CaCO
3
eq min. 20
Ammonia mgl maks. 0,05
Besi mgl maks. 0,05
H
2
S mgl nihil
Sumber: Peteri et al. 1992
2.2 Udang Galah