6.27 4.48 5.15 Analisis hematologi, nilai kecernaan dan tingkah laku monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) jantan obes yang diintervensi nikotin

63

6.05 6.27

5.98 4.48

5.17 5.15

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 A B C Pakan N il a i S e l D a ra h M e ra h 1 6 m l sebelum intervensi nikotin selama intervensi nikotin Keterangan: A= pakan A, B= pakan B, dan C= pakan C. Gambar 13 Histogram perubahan nilai sel darah merah monyet ekor panjang Macaca fascicularis sebelum dan selama intervensi nikotin Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 13, ternyata intervensi nikotin 0,75 mgkg bobot badan12 jam dapat menurunkan jumlah sel darah merah seiring dengan pertambahan waktu intervensi nikotin yang diberikan. Penurunan sel darah merah selama intervensi nikotin yakni 25,95 pada perlakuan A, 17,65 perlakuan B dan 13,88 pada perlakuan C. Berdasarkan hasil analisis statistik, penurunan tersebut menunjukkan perbedaan yang sangat nyata P0,01 baik antar perlakuan pakan maupun perbedaan waktu pengamatan. Rataan nilai sel darah merah sebelum intervensi nikotin relatif sama dengan yang dilaporkan Andrade et al. 2004 pada Macaca fascicularis jantan dewasa sekitar 6,3 ± 0,6 jutaml sedangkan selama intervensi nikotin, sel darah merah yang diperoleh lebih rendah dari yang dilaporkan Andrade et al. 2004. Dari Tabel 10 dapat dilihat rataan nilai sel darah merah menurun selama penelitian pada semua perlakuan namun kemudian relatif konstan pada dua bulan setelah intervensi nikotin B3 dan tiga bulan setelah intervensi nikotin B4. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwan terjadi penurunan yang berbeda sangat nyata P0,01 namun jumlah sel darah merah masih dalam kisaran normal untuk satwa primata sebagaimana yang dilaporkan Fridman 2002. Ganon 1985 menyatakan bahwa sel darah merah eritrosit dibentuk di dalam sumsum tulang dengan kecepatan yang sama dengan rusaknya sel yang lama. Penurunan jumlah sel darah merah ini masih dapat diatasi oleh tubuh, kondisi ini berkaitan dengan 64 efek fisiologis dimana jumlah eritrosit selalu diusahakan dalam kisaran normal homeostasis. Nilai rataan sel darah merah pada semua perlakuan sebelum intervensi nikotin relatif sama, hal ini memberikan arti bahwa perbedaan nilai nutrisi pada pakan yang diberikan tersebut tidak menyebabkan proses fisiologis terganggu terutama proses eritropoietin, sebagaimana Phillis 1979 bahwa bentuk dan jumlah sel darah merah bervariasi dan dipengaruhi oleh spesies, umur, kondisi tubuh, jenis kelamin, asupan makanan dan lingkungan. Penurunan nilai rataan sel darah merah sangat nyata P0,01 pada semua perlakuan akibat intervensi nikotin walaupun masih dalam kisaran normal, penurunan nilai sel darah merah tersebut dapat disebabkan oleh kebutuhan oksigen dari hewan percobaan telah terpenuhi dengan baik akibat intervensi nikotin. Efek nikotin yang memiliki interaksi dengan reseptor nikotinik asetilkolin ACh memiliki peranan pada kontrol pusat respirasi yang memegan peranan penting dalam pernafasan Narahashi et al. 2000; Shao dan Feldman 2001, efek nikotin tersebut mampu meningkatkan frekuensi respirasi hingga 280 Shao dan Feldman 2001. Adanya efek nikotin yang mampu meningkatkan frekuensi respirasi tersebut, menyebabkan pasokan oksigen ke dalam tubuh jumlahnya terpenuhi. Sebagaimana Guyton 1993 bahwa jika kebutuhan oksigen jaringan telah terpenuhi maka konsentrasi O 2 tersebut akan menjadi feed back negative untuk menurunkan jumlah sel darah merah. Disamping itu pula, penurunan nilai sel darah merah yang terjadi belum memberikan gangguan pada hewan penelitian. Hal ini karena kadar hemoglobin tidak mengalami penurunan seiring dengan penurunan nilai sel darah merah sehingga kebutuhan oksigen bagi tubuh baik kapiler maupun seluler tetap terpenuhi yang berakibat pada aktivitas tubuh tetap terjaga. Hemoglobin Rataan nilai hemoglobin monyet ekor panjang Macaca fascicularis sebelum dan selama diintervensi dengan nikotin dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 14. Berdasarkan hasil pengukuran kadar hemoglobin, menunjukkan bahwa selama intervensi nikotin kadar hemoglobin meningkat dan relatif konstan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 14. 65

11.22 12.26