dari peningkatan mikroba dan kandungan histamin yang dihasilkan jika masuk ke dalam tubuh manusia. Penilaian risk estimate menggunakan program risk ranger.
3.5 Pengujian Sampel
Analisis yang dilakukan meliputi kadar histamin, total plate count bahan baku ikan tuna, serta uji total mikroba penghasil histamin.
3.5.1 Kadar histamin SNI 01-2360-1991
• Tahap ekstraksi Sampel ditimbang sebanyak 10 gram lalu ditambahkan dengan methanol
sebanyak 50 ml dan dihomogenkan dengan homogenizer blender kurang lebih selama 1-2 menit. Setelah homogen maka sampel tersebut dipanaskan dalam
water bath pada suhu 60
o
C selama 15 menit, kemudian didinginkan pada suhu ruang. Setelah dingin, sampel dimasukkan dalam labu ukur 100 ml dan
ditambahkan methanol sampai tanda tera dan dikocok agar homogen. Larutan sampel kemudian disaring dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. • Tahap clean up
Pertama-tama disiapkan kolom, kemudian ke dalam kolom tersebut dimasukkan glass woll secukupnya tingginya 1 cm, setelah itu dimasukkan resin
penukar ion ke dalam kolom sampai tingginya kurang lebih 8 cm diusahakan agar resin jangan sampai kering dengan cara dibilas menggunakan aquades karena
akan mempengaruhi daya kerja ion tersebut. Langkah terakhir adalah melewatkan sampel ke dalam kolom sebanyak 1 ml dan ditampung hasilnya
dalam labu ukur 50 ml yang telah diberi 5 ml HCL 1 N. • Tahap pembentukan
Ke dalam masing-masing tabung reaksi dipipet sebanyak 10 ml HCL 0.1 N kemudian ditambahkan 5 ml sampel, 5 ml standar histamin untuk larutan
sekunder dan 5 ml HCL 0.1 untuk blanko. Selanjutnya ditambahkan 3 ml NaOH, setelah itu dihomogenkan dan dibiarkan selama 5 menit, kemudian
ditambahkan sebanyak 1 ml orto-ftalatdikarboksilaldehid OPT, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 4 menit. Sampel kemudian ditambahkan
3 ml H
3
PO4
3
5,7 N dan dihomogenkan, setelah selesai sampel siap untuk dibaca
dengan spektrofotoflourometer dengan eksitasi pada 350 nm dan pengukuran flourescence pada 444 nm.
• Perhitungan kadar histamin ppm:
Histamin mgKg = Keterangan : IU = Absorban sampel
A dan B = Koefisien regresi linier Fp
= Faktor pengenceran
3.5.2 Uji total bakteri Total Plate Count SNI 01-2360-1991
Pertama-tama ditimbang sampel sebanyak 25 gram secara aseptik, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah disterilkan, setelah
itu ditambahkan sebanyak 225 ml larutan garam 0.85. Pembuatan larutan contoh dengan cara mencampurkan 25 gram sampel
dan dimasukkan ke dalam botol yang berisi 225 ml larutan garam 0,85 steril, kemudian dihancurkan hingga larutan homogen, dari campuran tersebut diambil 1
ml dan dimasukan dalam botol berisi 9 ml larutan garam 0,85 steril sehingga diperoleh contoh dengan pengenceran 10
-2
, kemudian dikocok agar homogen. Banyaknya pengenceran dilakukan sesuai dengan keperluan penelitian, biasanya
hingga pengenceran 10
-5
. Sebanyak 1 ml larutan contoh dari pengenceran 10
-2
sampai 10
-5
dipindahkan ke dalam cawan petri steril secara duplo dengan menggunakan pipet steril. Media nutrient agar dengan suhu ruang, + 30.5
o
C dimasukkan ke dalam cawan petri sebanyak 0.5 ml dan digoyangkan sampai
permukaan agar merata dan didiamkan beberapa saat hingga mengeras. Cawan petri yang telah berisi agar dan larutan contoh dimasukkan ke dalam inkubator
dengan posisi terbalik. Suhu inkubator yang digunakan adalah sekitar 32
o
C dan diinkubasi selama 48 jam. Selanjutnya dilakukan pengamatan dengan menghitung
jumlah koloni yang terbentuk di dalam cawan petri. Seluruh pekerjaan dilakukan secara aseptik untuk mencegah kontaminasi yang tidak diinginkan dan
pengamatan secara duplo untuk meningkatkan ketelitian. Jumlah koloni bakteri yang dihitung adalah cawan petri yang mempunyai koloni bakteri antara 30-300
koloni.
3.5.3 Uji total bakteri penghasil histamin SNI 01-2360-1991