adalah baik dan kategori karakteristik individu adalah baik. Penelitian ini menyarankan adanya inovasi untuk meningkatkan kualitas masing-masing
variabel dalam upaya pembangunan lembaga KPH Konservasi. Penelitian ini relevan karena kesamaan subjek penelitian yakni terkait variabel
pembangunan lembaga KPHK. Apapun perbedaannya terletak pada objek atau lembaga yang diteliti yaitu Balai Taman Nasional Gunung Merapi.
C. Kerangka Befikir
Permasalahan kehutanan selama ini terjadi di Indonesia disebabkan salah satunya oleh faktor kelembagaan. Dalam hal ini, taman nasional
sebagai kawasan pelestarian alam yang melindungi ekosistem hutan asli dan sumberdaya stategis juga mengalami dampak kerusakan secara tidak
langsung. Balai Taman Nasional sebagai organisasi perwakilan pusat yang ada dilapangan mengelola taman nasional selama ini mengalami banyak
kendala dalam menjalankan tugasnya, hal tersebut terlihat dari masih adanya banyak kasus disekitar kawasan hutan taman nasional. Masalah
tersebut jika tidak ditangani dengan serius akan berdampak pada kerusakan sumber daya yang ada didalamnya. Dari adanya masalah tersebut
pemerintah melalui PP No. 62007 Jo. PP No. 32008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
menghendaki upaya transformasi kelembagaan pada organisasi pengelola Taman Nasional.
Balai Taman Naisonal Gunung Merapi BTNGM sebagai Unit Pengelola Teknis yang mengurusi kawasan TNGM pada saatnya akan
bertransformasi menjadi Kesatuan Pengelolaan Hutan konservasi KPHK. Tujuan transformasi ini adalah agar tercipta kelembagaan yang lebih
mapan dan efisien dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan di tingkat tapak. KPHK sebagai lembagaan pemangku kawasan konservasi
diharapkan dapat menjadi kelembagaan yang inovatif dan responsif melibatkan
multi stakeholder
sesuai paradigma
Good Forest Governance
dalam pengelolaan hutan lestarai. Transformasi BTNGM menjadi KPHK yang akan dijalankan belum
secara lengkap diatur mengenai konstruksi kelembagaan, melainkan masih berpegang dengan aturan lama yaitu Permenhut No.P.03 tahun 2007
tentang Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi variabel-variabel pelembagaan yang
didasarkan pada konsep pembangunan lembaga yang dikembangkan oleh Esman 1986 dan yang telah dimodifikasi pada penelitian relevan. Untuk
memperjelas kerangka berpikir tersebut berikut ini adalah gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini:
Permasalahan hutan di Indonesia diakibatkan oleh lemahnya kelembagaan Hutan.
PP No. 62007 Jo. PP No. 32008 menghendaki transformasi organisasi Taman Nasional menjadi
KPHK. Namun belum ada aturan yang merinci lebih jauh soal konstruksi kelembagaan.
Persiapan Pelembagaan Balai Taman Nasional Gunung Merapi menuju Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi
Terciptanya konstruksi
lembaga baru
dalam pembentukan struktur dan administrasi yang efektif
dalam mengelola Taman Nasional Gunung Merapi.
Gambar 2. Kerangka Berfikir
C. Pertanyaan Penelitian