B. HASIL PENELITIAN
I. Data Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur
Yang Tidak Memiliki SIM
Hasil penelitian yang penulis dapatkan dari penelitian dan wawancara di Satuan Lalu Lintas Kota Salatiga adalah 454 empat ratus lima puluh empat
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak di bawah umur dengan bentuk pelanggaran yaitu tidak memiliki Surat Izin Mengemudi SIM. Berikut penulis
paparkan dalam sebuah tabel ;
Tabel 2.0
JUMLAH PENGEMUDI ANAK DI BAWAH UMUR YANG DITILANG OLEH POLISI SATUAN LALU LINTAS KOTA SALATIGA TAHUN 2013.
NO BULAN
USIA 0-15TAHUN JENIS PELANGGARAN
SIM STNK
1. JANUARI
42 42
- 2.
FEBRUARI 57
57 -
3. MARET
32 32
- 4.
APRIL 53
53 -
5. MEI
46 46
- 6.
JUNI 21
21 -
7. JULI
39 39
- 8.
AGUSTUS 12
12 -
SEPTEMBER 26
26 -
10. OKTOBER
48 48
- 11.
NOVEMBER 36
36 -
12. DESEMBER
42 42
- JUMLAH
454 454
- Sumber : Kepolisian Satuan Lalu Lintas Kota Salatiga
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Polres Kesatuan Lalu Lintas kota Salatiga, terdapat 454 pelanggaran pada tahun 2013 yang dilakukan oleh
anak di bawah umur yaitu tidak memiliki kelengkapan Surat Izin Mengemudi. Dari hasil tilang yang dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap 454 pelanggaran
tersebut semuanya diteruskan ke Pengadilan Negeri Salatiga untuk diproses dan adanya diskresi dari pihak kepolisian.
AIPDA Sutopo menjelaskan bahwa pihak kesatuan lalu lintas kota Salatiga mengambil tindakan diskresi. Bentuk diskresi yang dilakukan oleh pihak
kepolisian adalah ketika melakukan penyuluhan dan melakukan giat operasi rutin ke sekolah-sekolah yang berada di kota Salatiga. Operasi tersebut dilakukan 1
satu kali dalam satu bulan jadi pada tahun 2013 ada 12 dua belas kali operasi rutin yang dilakukan oleh kepolisian Salatiga. Dalam melakukan operasi rutin ini
polisi melakukan tilang atau mendata setiap anak-anak yang membawa kendaraan bermotor sendiri ke sekolah kemudian polisi melakukan tindakan penyitaan
terhadap STNK dan kendaraan, kemudian di bawah ke kantor Polres Salatiga untuk ditindak lanjuti. Selanjutnya, polisi melakukan pemanggilan kepada orang
tuawali anak sebagai langkah pembinaan kepada anak. Apabila anak yang terus menerus terkena razia, maka pihak kepolisian lalu linta kota Salatiga akan
melakukan tindakan berupa tilang yang kemudian dilanjutkan dengan proses hukum.
Operasi simpatik pada tahun 2013 tetap dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan kepatuhan hukum dalam bidang keamanan,
keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Operasi simpatik di kota Salatiga dilakukan dengan memberikan teguran atau peringatan. Operasi simpatik
ini diadakan selama 21 dua puluh satu hari dimulai pada tanggal 07 Mei 2013. Setelah berakhirnya operasi simpatik ini, kepolisian satuan lalu lintas kota
Salatiga terus berusaha melakukan tindakan dengan tilang terhadap anak dibawah umur yang melakukan pelanggaran. Hal ini juga dilakukan agar memberikan efek
jera kepada anak-anak yang melanggar peraturan. Oleh karena itu, AIPDA Sutopo mengatakan bahwa “kami tidak lagi cukup untuk memberi peringatan, jadi satu-
satunya cara adalah memproses setiap pelanggaran tersebut sampai ke p
engadilan.” Dijelaskan juga bahwa setelah anak-anak tersebut ditilang, mereka diberikan lembaran berwarna merah yang artinya penyelesaian akan diselesaikan
di pengadilan. Walaupun didata dan dipanggil orang tua dari anak-anak tersebut ke kantor polisi untuk diberikan arahan bahwa anak tersebut belum dapat
mengendarai kendaraan bermotor dijalan raya karena belum cukupnya umur untuk memiliki SIM tetapi pihak kepolisian tetap akan melanjutkan proses ke
Pengadilan.
II. Hasil Wawancara Mengenai Faktor-Faktor Penyebab Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Di bawah Umur di Kota Salatiga
Faktor-faktor penyebab anak di bawah umur yang sudah mengemudikan kendaraan bermotor dapat dilihat dari hasil wawancara dengan 20 anak dibawah
umur sebagai pengendara kendaraan bermotor di kota Salatiga pada tabel dibawah ini, yaitu :
Tabel 3.0 Hasil Wawancara Mengenai Faktor Penyebab Anak Di bawah Umur Sebagai
Pengendara Kendaraan Bermotor
No. Faktor Penyebab
Jumlah Persentase
1. Ketidaktahuan
1 5
2. Ketidakjeraan
8 40
3. Dorongan Keluarga
4 20
4. Dorongan Sendiri
4 20
5. Dorongan Pergaulan
3 15
Jumlah 20
100
Sumber : diolah hasil wawancara tahun 2014
Perolehan data pada tabel diatas diperoleh dengan menggunakan metode accidental sampling. Accidental sampling merupakan teknik pengambilan sampel
secara tidak sengaja. Penulis melakukan wawancara dengan pengendara anak di bawah umur, ketika penulis kebutulan bertemu dengan anak SMP dan SMA yang
sedang mengendarai kendaraan bermotor ketika ingin pulang sekolah. Penulis mengambil responden sebanyak 20 dua puluh orang untuk mewakili anak di
bawah umur sebagai pengendara kendaraan bermotor di kota Salatiga. Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 dua puluh anak sebagai
pengendara kendaraan bermotor dapat disimpulkan bahwa 1 satu anak atau 5 yang memberikan jawaban bahwa faktor penyebab penggunaan kendaraan
bermotor oleh anak di bawah umur adalah karena ketidaktahuan, 8 delapan anak
atau 40 yang menjawab karena ketidakjeraan, 4 empat anak atau 20 yang menjawab karena dorongan keluarga, 4 empat anak atau 20 yang menjawab
karena dorongan sendiri atau pribadi, 3 tiga orang anak atau 15 yang menjawab karena dorongan pergaulan.
30
Seorang anak mengatakan ia tidak mengetahui bahwa ada aturan yang melarang anak di bawah umur untuk mengemudikan kendaraan bermotor. Dia
berfikir bahwa ketika sudah mahir sudah dapat mengendarai kendaraan bermotor sendiri. Yang menjawab faktor ketidakjeraan dalam penggunaan kendaraan
bermotor oleh anak di bawah umur adalah 8 delapan orang anak. Mereka merasa kurang jera terhadap sanksi yang diberikan oleh pihak kepolisian. Karena mereka
menganggap bahwa pihak kepolisian hanya mendata dan mendatangkan orang tua ke Polres kota Salatiga dan mereka merasa cukup untuk mendengarkan arahan dan
mengikuti proses pengadilan saja selain beberapa hal tersebut tidak ada sanksi yang lebih berat. Kemudian, dari hasil wawancara terdapat 4 empat orang anak
yang menyebutkan bahwa ada dorongan dari keluarga mereka yang menyebabkan mereka dapat mengendarai kendaraan bermotor sendiri. Orang tua mereka tidak
melarang mereka untuk mengendarai kendaraan bermotor sendiri dikarenakan kesibukan dari orang tua mereka. Hasil wawancara selanjutnya terdapat 4 empat
orang anak yang menjawab bahwa salah satu faktor mereka mengendarai kendaraan bermotor adalah karena dorongan sendiri atau karena keinginan diri
mereka sendiri. Mereka membawa kendaraan bermotor karena mereka menganggap mereka sudah mahir untuk dapat mengendarai kendaraan bermotor.
dan mereka mengatakan ketika mereka sudah membawa kendaraan sendiri ke
30
Wawancara dengan 20 Pelajar sebagai pengendara kendaraan bermotor di Kota Salatiga. Pada tanggal 16 sampai 18 Juni 2014
sekolah mereka semakin percaya diri dan mendapat pengakuan dari teman-teman mereka di sekolah.
Dari data diatas terdapat 3 tiga orang anak menjawab bahwa faktor dorongan pergaulan juga mendukung mereka mengendarai kendaraan bermotor
sekarang. Ketika mereka tidak dapat mengendarai kendaraan bermotor sendiri misalnya ke sekolah mereka akan merasa dikucilkan oleh teman-temannya. Oleh
karena faktor pergaulan inilah yang cenderung memaksakan mereka untuk mengendarai kandaraan bermotor sendiri.
Selain melakukan wawancara dengan anak di bawah umur sebagai pengendara kendaraan bermotor, penulis juga melakukan wawancara dengan
pihak kepolisian lalu lintas kota Salatiga dan salah satu orang tua dari pengendara anak di bawah umur. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan anak di bawah
umur di kota Salatiga telah mengendarai kendaraan bermotor sendiri. AIPDA Sutopo menjelaskan bahwa faktor-faktornya ialah adanya peran orang tua yang
memberikan izin anaknya ke sekolah, tingginya gengsi di lingkungan anak zaman sekarang, faktor pergaulan dan juga akibat tingginya tingkat konsumsi kendaraan
bermotor dikalangan pelajar. AIPDA Sutopo mengatakan bahwa, “orang tua saat
ini cenderung memenuhi keinginan anak yang seharusnya belum dapat digunakan oleh anak-anak mereka seperti halnya kendaraan bermotor, orang tua hanya
mementingkan kehendak anak daripada faktor keselamatan anaknya.”
Ibu Sumiati merupakan salah satu orang tua yang memberikan izin kepada anaknya untuk mengendarai kendaraan bermotor. Ia menjelaskan bahwa
memberikan izin kepada anaknya untuk mengendarai kendaraan sendiri ke
sekolah membantu dirinya untuk tidak perlu lagi mengantarkan anaknya ke sekolah. Ibu Sumiati mengetahui bagaimana sebenarnya aturan hukum yang ada
yaitu anak dibawah umur belum bisa mengemudikan kendaraan bermotor namun Ia menganggap anaknya sudah dapat dengan baik mengemudikan kendaraan
bermotor sendiri ke sekolah jadi ia tetap membiarkan anaknya membawa sepeda motor ke sekolah.
III. Upaya Tindakan Hukum Yang Dilakukan Oleh Kepolisian Satuan