Penelitian Tahap II METODE PENELITIAN

b Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung saat wawancara. Data sekunder juga berupa gambaran profil wisatawan yang sedang melakukan kunjungan wisata 7 Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian tahap kedua adalah penyebaran kuesioner, dimana kuesioner tersebut disebarkan kepada wisatawan yang sedang berada di kawasan Malioboro. Kuesioner yang diberikan kepada responden berisi daftar penilaian mengenai citra destinasi pariwisata di Yogyakarta berdasrkan pada atribut-atribut destinasi wisata. Skala yang digunakan adalah skala likert. Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 15-22 Juni 2014, masa pencarian responden ini dilakukan selama satu minggu. Kemudian setelah pengumpulan selesai dilakukan, peneliti melakukan pengolahan data dengan uji validitas dan reliabilitas serta uji t kepada 160 responden, selain itu peneliti juga mendapatkan tambahan data untuk rumusan masalah kedua dan ketiga. 8 Variabel Penelitian Variabel dari penelitian ini adalah atribut-atribut oleh brand destinasi DIY. 9 Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel dari penelitian ini adalah: a Atribut-atribut citra destinasi Variabel atribut-atribut citra destinasi ini adalah variabel utama dalam penelitian ini, karena merupakan dasar dari penelitian ini untuk dilakukan pengujian terhadap persepsi menurut asal wisatawan dan status kunjungan wisatawan. b Wisatawan Wisatawan adalah seorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara diluar tempat tinggal biasanya. Variabel ini merupakan subjek penelitian serta menjadi sumber data yang akan digunakan untuk mengetahui tentang pandangan mereka terhadap citra destinasi DIY c Persepsi Persepsi adalah pendapat atau pandangan yang didapatkan wisatawan berdasarkan pengalaman, informasi dan kesan yang didapat pada saat melakukan kunjungan wisata maupun sebelum melakukan kunjungan. Variabel ini nantinya menjadi sumber data yang digunakan untuk pengujian hipotesis d Status Kunjungan Wisatawan Wisatawan akan mengelaborasi kunjungan wisatanya berdasarkan pada apa yang mereka lihat dengar dan rasakan. Variabel ini berhubungan dengan keputusan untuk melakukan kunjungan lanjutan. e Variabel demografis terdiri dari; 1. Asal Asal responden ditentukan berdasarkan pada wisatawan yang berasal dari Jakarta dan Non Jakarta 2. Jenis kelamin Jenis kelamin responden yaitu Pria dan Wanita 3. Usia Usia responden dalam melakukan pengisian kuesioner adalah minimal kurang dari 20 tahun dan maksimal 50 tahun keatas 4. Pendidikan Pendidikan terakhir yang sedang ditempuh oleh responden 5. Pekerjaan Pekerjaan yang sedang dijalani oleh responden 6. Pengeluaran Pengeluaran yang dikeluarkan setiap bulannya oleh responden 7. Lamanya menginap Lamanya responden tinggal dan menginap di Yogyakarta 10 Uji Instrumen Penelitian a Uji keabsahan instrumen penelitian kuantitatif dilakukan sebagai berikut: Uji validitas konstruk construct validity yaitu instrumen yang dibuat dari pengujian para ahli dengan pengalaman empiris di uji cobakan darimana populasi diambil. Sugiyono, 2010:77. Pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasi antara skor faktor dengan skor total. b Uji reliabilitas adalah konsistensi dan stabilitas dari suatu skor Kuncoro, 2009:175. Pengujian reliabilitas dilakukan secara eksternal maupun internal. Pengujian secara eksternal dapat dilakukan dengan test-retest stability, equivalent, dan gabungan keduanya dan pengujian secara internal dengan menggunakan internal consistency Sugiyono, 2010:184-185. Untuk penelitian ini akan menggunakan pengujian secara internal dimana dilakukan dengan uji-coba instrumen sekali saja kemudian data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu Sugiyono, 2010:185. Pengujian instrumen dapat dilakukan dengan Spearman Brown Split galf . 11 Teknik Analisis Data a Teknik Presentase Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner kemudian dijabarkan dengan menggunakan cara menggunakan analisis presentase: Rumus: � = � � × 100 Dengan; P= presentase F= Frekuensi R= Jumlah responden b Uji Beda untuk menjawab rumusan masalah keempat. Data akan dianalisis dengan uji parametrik uji –t digunakan untuk menentukan signifikansi statistik antara rata-rata distribusi sampel dan parameter Cooper and Schindler, 2006:232. H diterima apabila t hitung t tabel , artinya tidak terdapat perbedaan penilaian citra Yogyakarta menurut wisatawan yang berasal dari Jakarta dan Non Jakarta, dan pada kunjungan pertama atau lanjutan. H A diterima apabila t hitung = t tabel , artinya terdapat perbedaan penilaian citra Yogyakarta menurut wisatawan yang berasal dari Jakarta dan NonJakarta, dan pada kunjungan pertama atau lanjutan. Dengan rumus uji –t berikut ini: t= � −� � � dimana, � = rata-rata sampel � = rata-rata populasi n = sampel � = deviasi standar sampel 53

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini membahas mengenai gambaran umum objek penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini yaitu citra destinasi pariwisata di Yogyakarta, dimana akan diawali tentang pengertian umum citra kemudian dilanjutkan dengan citra destinasi pariwisata, pengelolaan dan pengembangan destinasi, program promosi pariwisata serta nama-nama destinasi pariwisata yang ada di DIY.

A. Sejarah Kota Yogyakarta

Keberadaan Kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari keberadaan KasultananYogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang memperjuangkan kedaulatan Kerajaan Mataram dari pengaruh Belanda. Setelah melalui perjuangan yang panjang, pada hari kamis kliwon tanggal 29 Rabiulakhir 1680 atau bertepatan dengan 13 Februari 1755. Pangeran Mangkubumi yang telah bergelar Susuhunan Kabanaran menandatangani perjanjian Giyanti atau sering disebut dengan Palihan Nagari. Palihan Nagari inilah yang menjadi titik awal keberadaan Kasultanan Yogyakarta. pada saat itulah susuhunan Kabanaran kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayihidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I. Sebulan setelah ditandatangani Perjanjian Giyanti tepatnya hari Kamis Pon tanggal 29 Jumadiawal 1680 atau 13 Maret 1755, Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Ibukota Ngayogyakarta dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan Mataram. Proklamasi ini terjadi di Pesanggrahan Ambarketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta. Pada hari kamis pahing tanggal 13 Sura 1682 bertepatan dengan 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwana I beserta keluarganya pindah atau boyongan dari Pesanggrahan Ambarketawang masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta. Momentum kepindahan inilah yang dipakai sebagai dasar penentuan Hari Jadi Kota Yogyakarta karena mulai saat itu berbagai macam sarana dan bangunan penduduk untuk mewadahi aktifitas pemerintahan baik kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya maupun tempat tinggal mulai dibangun secara bertahap. Berdasarkan itu semua maka Hari Jadi Kota Yogyakarta ditentukan pada tanggal 7 Oktober 2009 dan dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.

B. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta

1 Batas wilayah Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4 daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak ditengah-tengah Provinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Kabupaten Sleman Sebelah timur :Kabupaten Bantul dan Sleman Sebelah selatan : Kabupaten Bantul Sebelah barat : Kabupaten Bantul dan Sleman 2 Keadaan Alam Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan kurang lebih 1 , serta terdapat 3 tiga sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu : a. Sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong b. Sebelah tengah adalah Sungai Code c. Sebelah barat adalah Sungai Winongo 3 Luas Wilayah Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km 2 yang berarti 1,025 dari luas wilayah Propinsi DIY dengan luas 3.250 hektar serta dihuni oleh 489.00 jiwa 4 Tipe Tanah Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya yang berada didataran lereng gunung Merapi yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau vulkanis muda. Sejalan dengan perkembangan Perkotaan dan Pemukiman yang pesat, lahan pertanian Kota setiap tahun mengalami penyusutan.

C. Pengelolaan dan Pengembangan Destinasi

Dinas Pariwisata DIY memaparkan tentang pengembangan destinasi yang dikutip melalui bappeda.jogjaprov.go.id, terdapat lima prinsip pengembangan kepariwisataan DIY yaitu; 1. Sustainable Tourism Development 2. Community Based Tourist 3. Four Tracks of Tourism Development Pro-Growth, Pro-Job, Pro- Poor, Pro-Environment 4. Good Tourism Governance 5. Sinergitas dan Kepaduan lintas pelaku Selain itu Dinas Pariwsata juga memaparkan tentang arah kebijakan pembangunan kepariwisataan daerah yaitu dengan peningkatan peran budaya sebagai basis kepariwisataan daerah berbasis masyarakat dengan didukung oleh inovasi, penajaman promosi, peningkatan aksesibilitas dan konektivitas, pengembangan SDM pariwisata, serta sinergitas antar pelaku. Oleh karena itu supaya semakin terciptanya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di paparkan beberapa program pembangunan kepariwisataan daerah, yaitu;