memenuhi kebutuhan sosial psikologis, seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal, dan transportasi. 3 Keluarga Sejahtera 2, yaitu keluarga-keluarga yang disamping
telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial- psikologisnya, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan pengembanganya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4 Keluarga Sejahtera 3, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis, dan
pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberi sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan
materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 5 Keluarga Sejahtera 3 Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembanganya serta telah dapat memberikan sumbangan yang
teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan . Menurut konsep BKKBN sebuah keluarga disebut miskin atau
kurang sejahtera apabila masuk kategori Pra Sejahtera dan Sejahtera 1. Adapun indikator
– indikator yang dipakai untuk mengukurnya adalah sebagai berikut:
1 Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan
spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan keluarga berencana.
Secara operasional
mereka tampak
dalam ketidakmampuan untuk memenuhi salah satu indikator sebagai
berikut: a Menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya;
b Makan minimal 2 kali per hari; c Pakaian lebih dari satu pasang;
d Sebagian besar lantai rumahnya tidak dari tanah; dan e Jika sakit dibawa ke sarana kesehatan;
2 Keluarga Sejahtera I, adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis seperti kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan
tempat tinggal dan transportasi. Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah satu dari indikator sebagai berikut:
a Menjalankan ibadah secara teratur; b Minimal seminggu sekali makan dagingtelurikan;
c Minimal memiliki baju baru sekali dalam setahun; d Luas lantai rumah rata2 8 m
2
per anggota keluarga;
e Tidak ada anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun yang buta huruf latin;
f Semua anak berusia 5 s.d 15 tahun bersekolah; g Salah satu anggota keluarga memiliki penghasilan tetap; dan
h Dalam 3 bulan terakhir tidak sakit dan masih dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.
H. Penelitian Terdahulu
Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang meneiliti mengenai dampak sosial ekonomi mengenai suatu perkembangan dari sebuah
kegiatan adalah Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Objek Wisata Ketep Pass Bagi Masyarakat Sekitar yang diteliti oleh Martinus Irka Puji
Setyawan 2006. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto. Hasil dari penelitian ini bahwa pembangunan objek
wisata ketep pass memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa data
yang diperoleh yaitu:
1. Dalam hal curahan kerja, masyarakat di bidang non pertanian lebih meningkat setelah pembangunan objek wisata ketep pass
2. Dalam hal jenis pekerjaan, masyarakat sebagian beralih dari pertanian ke non pertanian
3. Dalam hal jumlah pendapatan, masyarakat mengalami peningkatan pendapatan setelah adanya pembangunan objek wisata ketep pass
4. Dalam hal jumlah keluarga miskin, masyarakat mengalami penurunan tingkat jumlah keluarga miskin setelah adanya pembangunan objek
wisata ketep pass
I. Kerangka Teori
Setiap Negara dalam pelaksanaan pembangunan pasti ingin mencapai sebuah perkembangan dimana perkembangan tersebut dapat
mensejahterakan masyarakatnya. Begitu pula dengan sebuah daerah, dengan
adanya peningkatan
pendapatan misalnya
maka akan
menyumbangkan banyak peningkatan dalam hal sosial ekonomi. Oleh karena itu, setiap pronvinsi berlomba-lomba untuk meningkatkan daerah
mereka agar semakin maju. Salah satu cara untuk meningkatkan daerahnya khususnya dalam hal sosial ekonomi adalah dengan
memperhatikan industri-industri yang ada di daerah tersebut. Tidak terkecuali industri kecil yang ada di dalamnya. Industri kecil atau sering
dikenal dengan UMKM. Pasalnya industri kecil menegah ini mampu juga untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat
Indonesia sehingga dapat dipastikan pengangguran akan semakin berkurang apabila industri-industri ini terperhatikan. Salah satu cara untuk
mengembangkan usaha industri kecil ini adalah dengan membuat sebuah sentraklaster industri. Memang tidak semua industri dapat dibuat menjadi
sentraklaster industri karena ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk menjadi sentra industri antara lain :
1. Dalam setiap sentra yang akan ditumbuhkan sebagai klaster harus memiliki satu usaha sejenis yang prospek pasarnya jelas. Sekurang-
kurangnya terdapat 50 unit usaha kecil yang melakukan kegiatan sejenis
2. Omzet dari keseluruhan unit usaha dalam klaster tersebut paling sedikit Rp 500 juta,-bulan.
3. Telah terjadi sentuhan teknologi yang memungkinkan tercapainya peningkatan produktivitas, karena masalah pokok usaha kecil di
bidang pertanian adalah produktivitastenaga kerja hanya kurang dari 3 produktivitas usaha besar disektor yang sama, atau hanya 1,5
dari produktivitas usaha menengah. 4. Persyaratan lain yang berkaitan dengan infrastruktur, jaringan pasar,
ketersediaan lembaga keuangan dan lain-lain merupakan syarat tambahan yang menyediakan daya tarik klastersentra bersangkutan
melalui jaringan informasi. Sebenarnya pembentukan sebuah sentra industriklaster bukanlah
sebuah hal yang baru bagi pemerintahan Indonesia. Pada tahun 2001 BPS- KPKM menetapkan pengembangan sumberdaya UMKM melalui
pendekatan sentra industriklaster. Strategi ini dipilih karena dinilai fokus,
efisien dan mempunyai fungsi akselerasi perubahan yang diharapkan mampu memenuhi harapan. Melalui strategi ini, sentra UMKM dijadikan
titik masuk kedalam upaya pemberdayaan UMKM. Pendekatan ini didasarkan pemikiran untuk memberikan layanan kepada UMKM secara
lebih fokus, kolektif dan efisien, karena dengan sumber daya yang terbatas mampu menjangkau kelompok UMKM yang lebih luas. Pendekatan ini
juga mempunyai efektifitas yang tinggi, karena jelas sasarannya dan unit usaha yang ada pada sentra umumnya dicirikan dengan kebutuhan dan
permasalahan yang sama, baik dari sisi produksi, pemasaran, teknologi dan lainlain. Disamping itu, sentra-sentra UMKM akan menjadi pusat
pertumbuhan growth pool di daerahnya, sehingga mampu mendukung upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja, nilai tambah dan ekspor . hal
ini tertera dalam struktur Kementerian Koperasi dan UMKM RI Keppres Nomor 1032001.
Dari penyataan tersebut, maka dibentuklah sentra-sentra industri guna memperkuat daya saing industri kecil yang ada. Termasuk di
wilayah Kabupaten Bantul guna mendorong pembangunan sosial ekonomi daerah sehingga akan tercapai masyarakat yang sejahtera dan makmur.
Sejalan dengan pembentukan sentra-sentra industri tersebut, sentra industri juga diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi kemajuan
sosial ekonomi masyarakat setempat antara lain :
1. Dengan adanya pembentukan sentra industri maka akan meningkatkan produktivitas sehingga pendapatan juga meningkat
2. Pembentukan sentra industri akan mempermudah para pelaku industri untuk memperoleh informasi secara cepat dan tepat misalnya seperti
informasi bahan baku yang berkualitas bagus dan harga-harga bahan baku sehingga akan meningkatkan efisiensi kerja.
3. Ketika sentra industri sudah maju pesat diharapkan mampu menyerap tenaga kerja , membuka lapangan pekerjaan dan dapat menjadi sumber
pendapatan yang dapat diandalkan. 4. Selain itu, diharapkan sentra industri dapat menjadi pendorong
perekonomian pemerintah daerah guna pembangunan dan kemajuan daerah.
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti kemudian beranggapan bahwa perkembangan wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus
menjadi objek wisata di wilayah Kabupaten Bantul memberi pengaruh positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat seperti :
1. Dalam hal jumlah pendapatan masyarakat sekitar di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah meningkat sesudah menjadi daerah wisata
rohani.
2. Dalam hal jumlah curahan kerja masyarakat sekitar di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah meningkat sesudah menjadi daerah wisata
rohani.