Dampak objek wisata rohani Katolik Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap perekonomian di bidang usaha mikro kecil dan menengah di Ganjuran, Sumber Mulyo Bambanglipuro, Bantul.

(1)

DAMPAK OBJEK WISATA ROHANI KATOLIK CANDI HATI

KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP

PEREKONOMIAN DI BIDANG USAHA MIKRO KECIL DAN

MENENGAH DI GANJURAN, SUMBER MULYO BAMBANG

LIPURO, BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

IGNATIUS INDAR PRASTAWA NIM : 08 1324 008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

DAMPAK OBJEK WISATA ROHANI KATOLIK CANDI HATI

KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP

PEREKONOMIAN DI BIDANG USAHA MIKRO KECIL DAN

MENENGAH DI GANJURAN, SUMBER MULYO BAMBANG

LIPURO, BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

IGNATIUS INDAR PRASTAWA NIM : 08 1324 008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

 Tuha n Yesus ya ng m em a m p uka n sa ya untuk sela lu m ensyukuri setia p ha l ya ng b o leh terja d i d a la m kehid up a n sa ya

 Ked ua o ra ng tua ku : Yo ha nes Sud a rno b eserta Luc ia Ng a d ira h d eng a n keikhla sa nnya m ela ksa na ka n p era n seb a g a i o ra ng tua d a n sa ya m enc inta i ka lia n serta b ersyukur m em iliki ka lia n

 Ka ka k-ka ka kku : C a tha rina Ind a rni, Dio nisius Ind a rinto ko d a n Yulia na Ind a rining sih

 Ro sa lia Hera Purw a ra sa ri untuk setia p d ukung a n d a n sem a ng a t ya ng d ib erika n kep a d a sa ya

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku : Universitas Sanata Dharma


(6)

v

MOTTO

MADEP MANTEP NDEREK GUSTI...

TERLANJUR PASANG LANGKAH KE DEPAN PANTANG

RASANYA SURUT KE BELAKANG...

BERSYUKUR...

ALLELUYA...


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

DAMPAK OBJEK WISATA ROHANI KATOLIK CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI BIDANG

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI GANJURAN, SUMBERMULYO BAMBANGLIPURO, BANTUL

IgnatiusIndarPrastawa UniversitasSanataDharma

2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis perbedaan yang terjadi dalam bidang sosial ekonomi sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran khususnya dalam hal: 1) jumlah pendapatan keluarga masyarakat, 2) besarnya curahank erja, dan 3) jumlah keluarga miskin masyarakat sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai dengan Februari 2013 di Ganjuran Sumbermulyo Bambanglipuro, Bantul. Jenis Penelitian yang digunakan adalah ex post facto dengan metode penelitian deskriptif komparatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 57 pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data uji Z dengan menggunakan uji wilcoxon.

Dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :1)Sesudah menjadi objek wisatarata-ratajumlah pendapatan keluarga masyarakat sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran meningkat dari Rp. 1.090.350 menjadi Rp. 1.456.140 per bulan. 2)Sesudah menjadi daerah objek wisatarata-rata jumlah curahan kerja masyarakat sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran meningkat dari 3173.68 jam menjadi 4803.42 jam per bulan. 3) Sesudah menjadi objek wisata jumlah keluarga miskin masyarakat sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran mengalami penurunan dari 173 keluarga miskin menjadi 149 keluarga miskin.


(10)

ix ABSTRACT

THE EFFECT OF THE EXISTANCE OF THE CHURCH OF THE SACRED HEART OF JESUS AT GANJURAN AS A RELIGIOUS TOURISM OBJECT

TO THE SMALL, MICRO AND MEDIUM BUSINESSES AT GANJURAN, SUMBERMULYO BAMBANGLIPURO, BANTUL

Ignatius Indar Prastawa Sanata Dharma University

2013

The purpose of this study are to reveal and analyze the differences that happen in the social-economic field before and after the existence of the church of the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran, especially in the term of: 1) the income of the family, 2) the scale of employment, and 3) the number of poor families who live around the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran.

The study was conducted from November 2012 to February 2013 at Ganjuran, Sumbermulyo Bambanglipuro, Bantul. This research is an ex post facto with a descriptive-comparative method. The population of the research are 57 micro, small and medium businesses. Technique of taking samples was a saturated sample. The techniques of collecting the data were interviews and documentation. The data were analyzed by applying Z test and Wilcoxon test.

From the data analysis, it can be concluded as follows: 1) After the church of the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran became a tourism object the average income of the family around the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran increases from Rp 1.090.350 to Rp 1.456.140 per month. 2) After the Church of the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran became a tourism object the average of the employment around Sacred Heart of Jesus at Ganjuran increase from 3.173,68 hours to 4.803,42 hours per month. 3) The amount of poor families who live around the Sacred Heart of Jesus Temple at Ganjuran decreases from 173 to 149.


(11)

xi

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya yang tidak pernah putus, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul DAMPAK OBJEK WISATA ROHANI KATOLIK CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI BIDANG USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI GANJURAN, SUMBERMULYO BAMBANGLIPURO, BANTUL.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari dalam penyusunan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dalam berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapa, Putra, dan Roh Kudus yang selalu membimbing, memberkati dan menguatkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.


(12)

xii

2. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang memberikan kesempatan pada penulis untuk memperoleh pendidikan terbaik selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

5. Bapak Dr. Constantinus Teguh Dalyono. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing dan meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan semangat.

6. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh ketelitian dalam memeriksa skripsi ini.

7. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen. S.Pd. selaku dosen tamu penguji dalam skripsi ini.

8. Bapak Joko Wicoyo, terimakasih sudah memeriksa dan membenarkan abstrak saya.

9. Mbak Titin yang selalu memberikan informasi dan membantu dalam kelancaran selama masa perkuliahan dan pembuatan skripsi penulis.

10. Bapak Yohanes Sudarno dan Ibu Lucia ngadirah, selaku orangtua saya Terimakasih atas doa, semangat, dukungan serta kasih sayang yang telah diberikan selama ini.


(13)

xiii

11. Mbak een, mas toko, dan mbak ririn yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam menjalani kuliah dari awal sampai akhir.

12. Rosalia hera Purwarasari yang selalu memberi semangat dalam mengerjakan skripsi ini, sehingga dapat selesai dengan baik.

13. Bos Rian manggarai yang selalu membantu saya dalam mengerjakan skripsi, meskipun dengan muka pahit dan tidak iklas. Trimakasih juga telah mengijinkan saya datang pergi ke kost, meskipun kostnya sudah reot dan terancam roboh. Trimakasih bos.

14. Bos Doni wirobrajan yang selalu menemani dan membantu saya dalam banyak hal, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Pengorbanan anda buat saya lebih besar dari pada pengorbanan saya untuk anda. Nuwun don.

15. Mas beni pekalongan yang selalu membantu saya dalam mengerjakan olah data dalam penelitian ini, meski masih sering salah dan masih revisi. Trimakasih juga sudah sering di ijinkan nginep di kost dan di ajak touring ke Pekalongan dan Pati. Sengatan tawon yang tak terlupakan. Thank’s ben.

16. Charel, Lintang, Akbar, Dika, Heri, Andre. Trimakasih untuk dukungan kalian semua. Kalian adalah sahabat-sahabat paling istimewa.

17. Theo, Putra, Pipit, Mario, Anton, Mas heri. Trimakasih telah menjadi teman-teman yang baik untuk saya.

18. Pace-pace dari Papua. Ocep, Obeth, Ari, Isep, Dolla, Demi, Zacki, Arim, Calvin. Trimakasih sudah menjadi keluarga yang baru buat saya dan teman-teman paling istimewa.


(14)

(15)

xvi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Devinisi Operasional ... 6

D. Batasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7


(16)

xvi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Industri Pariwisata ... 9

B. UMKM 1. Pengertian Industri/ Usaha Kecil ... 13

1. Klasifikasi Industri Kecil ... 14

2. Tujuan pengembangan Industri Kecil ... 15

3. Wilayah Sentra Industri ... 17

C. Indikator-Indikator Sosial Ekonomi ... 20

1. Pendapatan ... 20

2. Curahan Kerja ... 22

a. Pengertian Curahan Kerja ... 22

b. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Curahan Kerja ... 22

c. Pengaruh curahan jam kerja terhadap pendapatan masyarakat ... 22

3. Tingkat Kemiskinan ... 23

a. Pengertian Kemiskinan ... 23

b. Kriteria Kemiskinan ... 25

D. Penelitian Terdahulu ... 32

E. Kerangka Teori ... 33

F. Hipotesis Penelitian ... 36


(17)

xvi

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambil Sampel ... 40

1. Populasi ... 40

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 41

D. Subyek dan Obyek Penelitian ... 41

1. Subyek Penelitian ... 41

2. Obyek Penelitian ... 41

E. Variabel Indikator dan Batasan Istilah ... 41

F. Data Penelitian ... 42

1. Data Primer ... 42

2. Data Sekunder ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Wawancara ... 43

2. Dokumentasi ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 49

A. Sejarah Perjumpaan Agama Katolik Dengan Masyarakat Ganjuran ... 49

B. Gambaran Daerah Penelitian ... 63

1. Keadaan Geografis ... 63


(18)

xvi

3. Keadaan Pertanian Penduduk ... 70

4. Sarana dan Prasarana ... 71

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Deskripsi Responden ... 74

1. Deskripsi responden berdasarkan atas umur responden ... 74

2. Deskripsi responden berdasarkan jenis pekerjaan responden ... 75

3. Deskripsi responden berdasarkan jumlah pendapatan tiap keluarga ... 77

B. Analisis Data ... 79

1. Pengujian Hipotesis ... 79

2. Pembahasan ... 89

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Keterbatasan Penelitian ... 98

C. Saran ... 98

1. Bagi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi ... 98


(19)

xvi

DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 101


(20)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil ... 18

Tabel II.2 Kriteria Batas Kemiskinan Dari BPS ... 26

Tabel III.1 Populasi UMKM di Sekitar Objek Wisata Rohani ... Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ... 40

Table IV.2 Komposisi Tingkat Pengangguran di Dusun ... Kaligondang ... 66

Table IV.3 Keluarga Sejahtera Dusun Kaligondang ... 67

Table IV.4 Komposisi Penduduk Menurut Usia ... dan Jenis Kelamin ... 68

Table V.1 Komposisi Usia Responden ... 75

Tabel V.2 Komposisi Jenis Pekerjaan ... 75

Tabel V.3 Komposisi Jumlah Pendapatan ... 77

Tabel V.4 Descriptive Statistic Tingkat Pendapatan ... 80

Tabel V.5 Ranks Tingkat Pendapatan ... 81

Tabel V.6 Test Statistik Tingkat Pendapatan ... 82

Tabel V.7 Descriptive Statistic Curahan Kerja ... 85

Tabel V.8 Ranks Curahan Kerja ... 86

Tabel V.9 Test Statistik Curahan Kerja ... 87


(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 PedomanWawancara ... 102

Lampiran 2 Test Perbedaan Pendapatan Masyarakat... 105

Lampiran 3 Test Perbedaan Curahan Kerja ... 112

Lampiran 4 Uji Hipotesis ... 116

Lampiran 5 Jumlah Keluarga Sejahtera ... 120

Lampiran 6 Data Induk Penelitian ... 122


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri pariwisata merupakan salah satu perangkat penting dalam pembangunan nasional, karena dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat, memperkenalkan keindahan alam, seni budaya, serta memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa bagi generasi muda.Berkembangnya industri pariwisata sebagai salah satu sektor andalan mampu mendorong timbulnya jenis-jenis wisata baru di daerah yang memiliki potensi wisata, karena bukan hanya wisata bernuansa alam, budaya, tetapi juga jenis wisata yang bernuansa religius. Untuk pengembangan industri pariwisata perlu memperhatikan unsur-unsur yang dapat mempengaruhinya, yang salah satunya adalah unsur fisik. Unsur fisik ini berkaitan erat dengan masalah penyediaan sarana dan prasarana pariwisata, karena salah satu faktor penunjang yang amat penting dalam program pariwisata adalah sarana dan prasarana kemudahan menuju dan lokasi wisata, seperti transportasi, penginapan, penjualan barang kebutuhan sehari-hari dan sebagainya. Sektor perhubungan dan pariwisata juga mempunyai peranan penting yang lain yaitu dalam usaha mencapai sasaran pembangunan serta membina persatuan bangsa dan negara lain, sektor perhubungan berperan juga


(23)

dalam memperlancar arus masuk manusia, barang jasa dan menunjang pertumbuhan produksi barang dan jasa serta pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.

Pemerintah mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kepariwisataan yaitu menyediakan infrastruktur, menyediakan berbagai fasilitas, mengkoordinasi antara pihak swasta dengan pemerintah dan mengatur promosi wisata. Pemerintah dalam usaha memajukan pariwisata di berbagai daerah menyadari betapa pentingnya keterlibatan masyarakat setempat dalam menunjang kelancaran kegiatan ini. Dukungan masyarakat setempat sangat penting bagi pembangunan pariwisata diberbagai daerah. Pemerintah menyadari bahwa daya tarik dan potensi daerah tujuan wisata tidak cukup hanya didukung sarana dan prasarana saja, melainkan perlu didukung oleh kesiapan masyarakat setempat untuk terlibat secara aktif.

Keterlibatan masyarakat di daerah tujuan wisata juga sangat penting dalam mengatasi setiap kendala yang ada, sehingga pengembangan industri kepariwisataan dapat terus berjalan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada di daerah. Salah satu aset wisata yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor pertanian yang meliputi tanaman langka dan unik yang dapat dimanfaatkan sebagai penambah daya tarik kepariwisataan. Daerah Istimewa Yogjakarta memiliki beberapa objek wisata rohani Katolik diantaranya adalah Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Dimana di lokasi tersebut


(24)

wisatawan dapat menikmati pemandangan alam sekitar sekaligus memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keadaan alam yang sejuk di ganjuran merupakan salah satu daya tarik tersendiri dalam menarik wisatawan. Dengan keadaan alam yang sejuk dan jauh dari kebisingan akan memmbuat wisatawan nyaman dalam berdoa sehingga ziarah yang dilakukan akan menjadi lebih tenang dan khusuk.

Daerah wisata katholik Candi Hati Kudus Tuhan Yesus ini terdiri Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus. Gereja Hati Kudus Tuhan yesus digunakan oleh masyarakat sekitar dan wisatawan untuk beribadah. Ibadah dilaksanakan setiap hari Sabtu dan Minggu dan hari-hari lain untuk mengadakan misa tertentu, seperti Jumat kliwon dan jumat pertama. Misa jumat pertama diadakan setiap hari kamis malam pada minggu pertama setiap bulanya, dan misa ini dilaksanakan di depan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus yang diikuti oleh warga sekitar dan wisatawan.

Dengan keadaan ganjuran yang seperti ini maka mulai munculah warung dan kios-kios. Banyak masyarakat sekitar yang memanfaatkan peluang usaha dengan adanya objek wisata katholik ini dengan mendirikan warung-warung makan dan kios-kios sofenir yang menyangkut objek wisata katholik, seperti rosario, salip, patung rohani dan hiasan rohani lainya. Adapula masyarakat sekitar yang memanfaatkan peluang usaha ini dengan mendirikan pebrik-pabrik patung rohani dan pabrik rosario, meski pabrik ini


(25)

belum begitu besar tetapi banyak masyarakat sekitar yang mendirikan pabrik ini. Dilihat dari keadan ini maka perlu diadakan penelitian tentang dampak-dampak apa saja yang muncul dari adanya objek wisata Rohani Katholik terhadap perekonomian masyarakat yang ada di sekitar objek wisata Katholic ini. Manfaat dari adanya pariwisata dapat dirasakan sekali oleh masyarakat sekitar objek wisata pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, merubah tatanan sosial ekonomi, membuka peluang usaha, lancarnya jalur kendaraan dan memajukan kegiatan perekonomiannya serta terbukanya wawasan masyarakat tentang dunia luar.

Dalam keadaan yang seperti ini tentu saja semua tidak lepas dari adanya masalah-maslah yang muncul. Masalah-masalah mulai muncul bersamaan dengan munculnya warung makan, kios-kios sovenir dan pabrik barang-barang rohani. Dengan banyaknya kemunculan warung, kios dan parik ini maka mulai muncul juga persaingan antar pedagang dan antar produsen. Demi keuntungan pribadi mereka mulai melakukan persaingan yang tidak sehat dan menimbulkan masalah antar pedagang dan antar produsen. Selain itu muncul pula kemerosotan maupun kaburnya tata nilai daerah setempat, merusak keutuhan masyarakat terutama dalam hal kesusilaannya yaitu terdapat sex industri yang melayani para wisatawan baik pria maupun wanita. Pemerintah juga menyadari bahwa masyarakat sekitar merupakan subjek pembangunan yang langsung merasakan dampak di daerahnya.


(26)

Berdasarkan dari permasalahan tersebut maka peneliti ingin meneliti Dampak Objek Wisata Rohani Katolik Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Terhadap Perekonomian Di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Ganjuran.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan jumlah pendapatan keluarga masyarakat sekitar dibidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus?

2. Apakah ada perbedaan curahan kerja keluarga masyarakat sekitar di bidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus?

3. Apakah ada perbedaan jumlah keluarga miskin masyarakat sekitar di bidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus?

C. Definisi Oprasional

Variabel harus didefinisikan secara oprasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan variabel lainya dan pengukurannya. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen (X1= pendapatan keluarga, X2= curahan kerja, dan X3= jumlah keluarga miskin) dan satu varibel dependen (Y= masyarakat sekitar objek wisata Candi Hati Kudus Tuhan Yesus).


(27)

1. Pendapatan keluarga difokuskan pada pendapatan yang diterima oleh keluarga dalam bentuk pendapatan nominal uang baik diterima dalam jangka waktu per hari, per minggu ataupun per bulan

2. Curahan kerja difokuskan pada besarnya waktu yang dicurahkan seseorang untuk melakukan aktivitaspekerjaanya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya

3. Jumlah keluarga miskin difokuskan pada jumlah keluarga miskin dengan pendapatan perkapita dibawah garis kemiskinan yang ditetapkan dari hasil susenas dan BPS berdasarkan penggolongan keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1

4. Masyarakat sekitar objek wisata Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran meliputi warga sekitar yang berada di sekitar objek wisata Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu perbedaan yang terjadi di tengah-tengah warga sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sebelum dan sesudah adanya objek wisata dilihat dari kondisi UMKM warga sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.


(28)

E. Tujuan Penelitian

Adapun penyusunan skripsi ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab mahasiswa. Oleh karena itu, skripsi ini di susun sebagai prasyarat kelulusan di Universitas Sanata Dharma. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dampak objek wisata Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap keadaan perekonomian warga sekitar.

2. Untuk mengetahui apakah pendapatan keluarga, curahan kerja dan jumlah keluarga miskin mempengaruhi perekonomian masyarakat sekitar.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat Sekitar

Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dalam keseharian kehidupan masyarakat sekitar, bahwa objek wisata ini telah memberikan dampak yang cukup berarti bagi perekonomiannya. Sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang perlu diketahui.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai pariwisata di perpustakaan Universitas Sanata Dharma, khususnya bagi mahasiswa yang berminat studi sekitar masalah pariwisata rohani.


(29)

3. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan sarana berlatih dalam menerapkan teori yang didapat selama mengikuti perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi dalam dunia pendidikandan kepariwisataan.


(30)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri pariwisata. 1. Pengertian Pariwisata

a. Pariwisata adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Sedangkan semua kegiatan yang dilakukan untuk mendatangkan para wisatawan, seperti pembangunan hotel, pemugaran obyek budaya, pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan angkutan dan lain sebagainya, semua ini disebut kegiatan kepariwisataan.

b. Pariwisata adalah salah satu industri baru mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya”. Robert McIntosh dan Shashikant Gupta mengatakan bahwa “pariwisata merupakan gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah, tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan”.

c. Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta


(31)

bersifat sementara. Jadi pengertian wisata itu mengandung 4 unsur yaitu : (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan dilakukan untuk menikmati objek wisata.

d. Sedangkan pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata yang meliputi :

1) Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis.

2) Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi.

3) Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat-tempat-tempat-tempat ziarah.

e. Kemudian pada angka 4 di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan pula bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi, Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata dan Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : Kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran


(32)

seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah : keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.

f. Pariwisata menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.

g. Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar ( 2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

h. Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut : Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan menurut pendapat dari James J.Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan


(33)

perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat.

i. Menurut Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata yaitu pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

j. Nyoman S. Pendit (2003:33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai berkut : Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap kemajuan kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan (laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat,program program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau


(34)

maju ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu kenyataan ditengah-tengah industri lainnya

B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah 1. Pengertian Industri/ Usaha Kecil

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Industri menurut ensiklopedi Indonesia adalah bagian dari proses produksi yang tidak secara langsung atau mendapatkan barang-barang atau bahan dasar secara kimiawi sehingga menjadikan lebih berharga untuk dipakai manusia. Untuk memberikan batasan yang jelas pada industri, selain dibedakan pengubahan dan pengolahan bahan, juga diperhitungkan suatu kriteria lain; kompleksitas dari peralatan yang dipakai perusahaan yang mengambil bahan dasar dari alam, kemudian langsung mengolahnya melalui peralatan mekanis yang komplek disebut industri (Ensiklopedi Indonesia, 1982 : 121).

Industri menurut R. Soetarto dalam ensiklopedi ekonomi adalah usaha produksi. Usaha ini terutama dalam bidang produksi perusahaan yang menyelenggarakan jasa-jasa (Ensiklopedi Ekonomi, 1996 : 117).


(35)

Industri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996 :121)

Pengertian usaha kecil menurut UU no 20 ( pasal 1 ) tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Kriteria yang dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk menetapkan besar kecilnya seorang pengusaha atau suatu perusahaan tergantung dari sudut pandang penilai. Dari berbagai literatur kriteria untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan antara lain besarnya modal yang dimiliki, kapasitas produksi, banyaknya tenaga buruh yang dipekerjakan, dan seberapa jauh dominasi perusahaan tersebut pada pasar untuk produk sejenis dan sebagainya.

2. Klasifikasi Industri Kecil

Menurut UU UMKM no 20 tahun 2008 usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Yang memiliki beberapa kriteria antara lain :


(36)

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

3. Tujuan Pengembangan Industri Kecil

Beberapa tujuan dari adanya pengembangan industri antara lain sebagai berikut :

a. Memperluas kesempatan kerja, dengan adanya pembangunan industri kecil semakin bertambah pula jumlah industri kecil maka akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap oleh karena itu kesempatan kerja akan semakin bertambah.

b. Meratakan kesempatan berusaha, dengan adanya pembangunan industri kecil maka semakin besar pula kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha sesuai dengan keahlian mereka masing-masing.

c. Menunjang pembangunan daerah, dengan adanya pembangunan industri kecil maka dapat membantu pembangunan daerah. Angka pengangguran berkurang dan pendapatan masyarakat menjadi meningkat yang menyebabkan PDB turut serta meningkat dimana ha ini dapat menyebabkan dana untuk pembangunan daerah bertambah.

d. Memanfaatkan SDA dan SDM yang ada, dengan adanya pembangunan industri kecil maka SDA maupun SDM yang ada dapat lebih memiliki


(37)

nilai guna, misalnya batu dari letusan gunung berapi yang semula hanya untuk bahan bangunan setelah ada para pengrajin batu, maka nilai batu menjadi semakin bertambah.

Selain itu UU no 20 ( pasal 4 ) Tahun 2008 menjelaskan prinsip dan pemberdayaan usaha kecil sebagai berikut :

a. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha mikro, kecil, dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri

b. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan c. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai

dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

d. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;dan

e. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

Selain itu dalam UU no 20 tahun 2008 juga dijelaskan tentang tujuan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan

b. Mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

c. Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.


(38)

4. Wilayah Sentra Industri

Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/IV/2002,tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra UKM, SENTRA didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama,menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster.

Dalam bukunya Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil (Sjaifudian, 1995) memaparkan beberapa kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh industri antara lain :


(39)

Tabel II.1

Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil

Faktor Kekuatan Kelemahan

Sumber daya

Manusia Motivasi yang kuat untuk

mempertahankan usahanya

Suplai tenaga kerja yang melimpah

Kemampuan melihat

pengembangan usaha terbatas

Ekonomi Mengandalkan sumber-sumber keuangan informal yang mudah diperoleh Mengisi segmen pasar bawah yang tinggi

permintaanya

Nilai tambah yang diperoleh relatif rendah Pengelolaan uang untuk konsumsi dan produksi belum terpisah Tergantung pada modal kerja Lembaga pendukung Budaya atau kekerabatan dapat mengalangkan pemberdayaan pengusaha kecil Lembaga kekerabatan bisa berfungsi sebagai sarana konsultasi sekaligus kontrol terhadap implementasi program dan intervensi Kemampuan koordinasi berdasarkan pembagian kerja masih terbatas

Program dan intervensi

Permodalan Membantu kelancaran pengembangan usaha

Kebutuhan modal berbeda-beda pada usaha yang tingkat pengembangannya juga berbeda Industri kecil


(40)

administrative Pemasaran Pola keterkaitan

membuka peluang pasar

Pengelompokan(aglom erasi) dalam batas-batas tertentu memberikan

keuntungan melalui penekanan ongkos produksi,

meningkatkan akses ke sumber daya

Posisi tawar yang rendah cenderung menyudutkan pengusaha kecil Meningkatkan persaingan melalui proses tiru meniru, akumulasi menjadi terbatas

Kinerja

Padat karya Jaringan pengaman masalah kelangkaan kesempatan kerja Kurang memperhatikan kualitas kesempatan kerja Sering mengandalkan tenaga kerja tak dibayar

Cenderung ekploitstif terhadap tenaga kerja untuk mengejar tingkat penghasilan Nilai tambah rendah Efisiensi dalam penggunaan bahan baku

Proses akumulasi sulit terjadi

Lentur dan luwes

Daya tahan hidupnya tinggi terutama dalam hal situasi ekonomi yang kurang menguntungkan Spesialisasi dan akumulasi terbatas Strategi usaha jangka pendek Proses pengembalian modal dapat cepat tercapai

Usaha bersifat sementara (ad hoc) Kurang antisipatif terhadap dinamika ekonomi makro Sumber : sjaifudian, 1995


(41)

G. Indikator-Indikator Sosial Ekonomi 1. Pendapatan

Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi atas pengorbannya dalam proses produksi. Masing-masing faktor produksi seperti: tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa upah /gaji, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterprenuer akan memperoleh balas jasa dalam bentuk laba (Sadono Sukirno, 1995).

Menurut Sunuharyo dalam mulyanto Sumardi dan Han Dieter-Evers (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja, pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan tenaga kerja (Labour Income), sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income).

Dalam kenyataannya membedakan antara pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor produksi lain. Oleh karenan itu dalam perhitungan pendapatan migran dipergunakan beberapa pendekatan tergantung pada lapangan pekerjaannya. Untuk yang bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan


(42)

pendapatan (income approach), bagi yang bekerja sebagai pedagang, pendapatannya dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya. Untuk yang bekerja sebagai petani, pendapatannya dihitung dengan pendekatan produksi (Production Approach). Dengan demikian berdasarkan pendekatan di atas dalam pendapatan pekerja migran telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya.

Penghasilan keluarga menurut Gilarso (1992:41) dapat bersumber pada :

a. Usaha sendiri (wiraswasta) misalnya berdagang, mengerjakan sawah, atau menjalankan perusahaan sendiri.

b. Bekerja pada orang lain misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai atau karyawan baik swasta maupun pemerintah.

c. Hasil dari milik misalnya mempunyai sawah yang disewakan, mempunyai rumah disewakan, dan meminjamkan uang dengan bunga tertentu

Gilarso juga mengungkapkan bahwa penghasilan keluarga adalah sebagai bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atau sumbagan seseorang terhadap proses produksi. Penghasilan keluarga juga dapat diterima dalam bentuk barang,


(43)

misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah ddan pekarangan atau fasilitas seperti rumah dinas dan pengobatan gratis.

1. Curahan Kerja

a. Pengertian Curahan Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Setyawan, 2006:19) jam kerja adalah waktu yang dijadwalkan bagi pegawai dan sebagainya untuk bekerja, sedangkan dalam Kamus Istilah Ekonomi (Setyawan, 2006: 19) jam kerja adalah ukuran menghitung lamanya karyawan melaksanakan pekerjaannya. b. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Curahan Kerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi curahan waktu atau jam kerja menurut suroto (dalam setyawan, 2006:20) antara lain :

1) Iklim atau musin 2) Jenis pekerjaan

3) Tingkat pendapatan yang telah diterima

c. Pengaruh curahan jam kerja terhadap pendapatan masyarakat Jam kerja memiliki pengaruh terhadap pendapatan seperti yang dikemukakan oleh simanjutak (Setyawan, 1998:20) bahwa pendapatan keluarga yang bersangkutan sebanding dengan waktu


(44)

yang disediakan untuk bekerja. Jadi dapat disimpulkan jika waktu/jam kerja bertambah maka pendapatan seseorang akan bertambah pula dengan demikian curahan kerja dapat mempengaruhi tingkat pendapatan.

2. Tingkat Kemiskinan a. Pengertian Kemiskinan

Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan ( poverty line ) merupakan masalah besar di banyak negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia. Banyak program yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah orang miskin dan perbedaan pendapatan antara kelompok miskin dan kelompok kaya di tanah air, misalnya inpres desa tertinggal (IDT), pengembangan industri kecil dan rumah tangga, khususnya di daerah pedesaan, transmigrasi, dan masih banyak lagi.

John friedman menginterprestasikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang atau sekelompok untuk mengakumulasikan “basis kekuasaan sosial”. Basis kekuasaan


(45)

sosial adalah kemampuan untuk menguasai peluang strategi yang bisa mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik seseorang . menurut fiedman (bayo, 1991:89) ada 6 peluang strategis atau basis kekuasaan yang dapat dikategorikan kedalam kedua kelompok yaitu primer dan sekunder , dengan penjelasan sebagi berikut :

1) Basis kekuasaan sosial primer a) Pengetahuan dan keterampilan b) Organisasi sosial dan politik c) Harta produksi

2) Basis kekuasaan sosial sekunder a) Sumber-sumber keuangan b) Jaringan sosial

c) Informasi sosial

Sedangkan dalam Soedarno (1988:149) kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan mutlak dan kemiskinan relatif.

Kemiskinan mutlak diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang atau sekelompok untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, bahkan kebutuhan fisik minimumnya untuk makanan, perumahan, bahan bakar, air, pakaian, pendidikan, dan kesehatan dianggap miskin dalam arti absolut. Sedangkan kemiskinan relatif adalah


(46)

ketidaksamaan kesempatan dan ketidaksamaan di antara berbagai lapisan masyarakat untuk mendapatkan barang dan jasa dalam menikmati kehidupan yang makmur.

b. Kriteria Kemiskinan

Ada dua macam ukuran kemiskinan yang umum dan dikenal antara lain :

1) Kemiskinan Absolut

Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar ( basic need ). Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu :

a) Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.

b) Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. 2) Kemiskinan Relatif

Semakin besar ketimpang antara tingkat hidup orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu miskin. Sehingga Bank Dunia (world bank) membagi aspek tersebut dalam tiga bagian antara lain :

a) Jika 40 % jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang 12 % dari GNP, maka dapat disebut kepincangan mencolok.


(47)

b) Jika 40 % jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima kurang 17 % dari GNP, maka dapat disebut kepincangan sedang.

c) Jika 40 % jumlah penduduk dengan pendapatan terendah menerima lebih dari 17 % dari GNP, maka dapat disebut kepincangan normal

Sedangkan tolok ukur untuk kriteria rumah tangga miskin di Indonesia yang bersumber pada BPS hasil susenas adalah sebagi berikut :

Tabel II.2

Kriteria Batas Kemiskinan dari BPS Tahun 1996-2012 (Pendapatan per Kapita/bulan) Tahun Batas Miskin (Rp/Kapita/Bulan)

Kota (Rp) Desa (Rp) 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 42.032 96.959 92.402 89.845 91.632 100.011 130.499 138.803 143.455 150.799 174.290 187.942 204.896 222.123 232.989 265.752 274.662 31.366 72.780 74.272 69.420 73.648 80.382 96.512 105.888 108.725 117.259 130.584 146.837 161.831 179.835 192.354 217.923 231.855 Sumber: Statistik Indonesia, BPS


(48)

Menurut kuncoro ( 2007:107) yang mengutip Sharp, penyebab kemiskinan adalah:

1) Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upah juga rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan.

3) Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, kurangnya modal menyebabkan produktivitas rendah sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi yang berakibat pada keterbelakangan, begitu dan seterusnya berputar


(49)

pada permasalahan-permasalahan yang serupa.seperti terlihat pada gambar :

Tabel II.3

Gambar lingkaran setan kemiskinan( the vicious circle of poverty)

Sumber : kuncoro (2000:107)

Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinasi keluarga Berencana Nasional (1996:11) ada beberapa faktor yang menyebabkan keluarga masuk dalam kategori prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang tergolong miskin, antara lain :

a) Faktor internal i. Kesakitan ii. Kebodohan

Ketidaksempurnaan pasar Keterbelakangan

Ketertinggalan

Kekurangan Modal

Investasi Produktivitas

Rendah

Tabungan rendah Pendapatan Rendah


(50)

iii. Ketidaktahuan iv. Ketidakterampilan

v. Ketertinggalan teknologi vi. Ketidakpunyaan modal b) Faktor eksternal

i. Struktur sosial ekonomi yang menghambat peluang untuk berusaha dan meningkatkan pendapatan

ii. Nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang kurang mendukung upaya penimgkatan kualitas keluarga

iii. Kurangnya aksses untuk dapat memanfaatkan fasilitas pembangunan.

Untuk mengukur keberadaan keluarga menurut tingkat kesejahteraannya telah dikembangkan 23 indikator operasional yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar keluarga, kebutuhan sosial-psikologis dan kebutuhan pengembangan. Tahap Keluarga menurut tingkat kesejahteraannya adalah sebagai berikut. 1) Keluarga Pra Sejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya (basic-needs) secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, dan kesehatan.

2) Keluarga Sejahtera 1, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat


(51)

memenuhi kebutuhan sosial psikologis, seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

3) Keluarga Sejahtera 2, yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial- psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembanganya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

4) Keluarga Sejahtera 3, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberi sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

5) Keluarga Sejahtera 3 Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan pengembanganya serta telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan .

Menurut konsep BKKBN sebuah keluarga disebut miskin atau kurang sejahtera apabila masuk kategori Pra Sejahtera dan Sejahtera 1. Adapun indikator – indikator yang dipakai untuk mengukurnya adalah sebagai berikut:


(52)

1) Pra Sejahtera adalah keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan keluarga berencana. Secara operasional mereka tampak dalam ketidakmampuan untuk memenuhi salah satu indikator sebagai berikut:

a) Menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya; b) Makan minimal 2 kali per hari;

c) Pakaian lebih dari satu pasang;

d) Sebagian besar lantai rumahnya tidak dari tanah; dan e) Jika sakit dibawa ke sarana kesehatan;

2) Keluarga Sejahtera I, adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis seperti kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah satu dari indikator sebagai berikut: a) Menjalankan ibadah secara teratur;

b) Minimal seminggu sekali makan daging/telur/ikan; c) Minimal memiliki baju baru sekali dalam setahun; d) Luas lantai rumah rata2 8 m2 per anggota keluarga;


(53)

e) Tidak ada anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun yang buta huruf latin;

f) Semua anak berusia 5 s.d 15 tahun bersekolah;

g) Salah satu anggota keluarga memiliki penghasilan tetap; dan h) Dalam 3 bulan terakhir tidak sakit dan masih dapat

melaksanakan fungsinya dengan baik. H. Penelitian Terdahulu

Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang meneiliti mengenai dampak sosial ekonomi mengenai suatu perkembangan dari sebuah kegiatan adalah Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Objek Wisata Ketep Pass Bagi Masyarakat Sekitar yang diteliti oleh Martinus Irka Puji Setyawan (2006). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto. Hasil dari penelitian ini bahwa pembangunan objek wisata ketep pass memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa data yang diperoleh yaitu:

1. Dalam hal curahan kerja, masyarakat di bidang non pertanian lebih meningkat setelah pembangunan objek wisata ketep pass

2. Dalam hal jenis pekerjaan, masyarakat sebagian beralih dari pertanian ke non pertanian


(54)

3. Dalam hal jumlah pendapatan, masyarakat mengalami peningkatan pendapatan setelah adanya pembangunan objek wisata ketep pass 4. Dalam hal jumlah keluarga miskin, masyarakat mengalami penurunan

tingkat jumlah keluarga miskin setelah adanya pembangunan objek wisata ketep pass

I. Kerangka Teori

Setiap Negara dalam pelaksanaan pembangunan pasti ingin mencapai sebuah perkembangan dimana perkembangan tersebut dapat mensejahterakan masyarakatnya. Begitu pula dengan sebuah daerah, dengan adanya peningkatan pendapatan misalnya maka akan menyumbangkan banyak peningkatan dalam hal sosial ekonomi. Oleh karena itu, setiap pronvinsi berlomba-lomba untuk meningkatkan daerah mereka agar semakin maju. Salah satu cara untuk meningkatkan daerahnya khususnya dalam hal sosial ekonomi adalah dengan memperhatikan industri-industri yang ada di daerah tersebut. Tidak terkecuali industri kecil yang ada di dalamnya. Industri kecil atau sering dikenal dengan UMKM. Pasalnya industri kecil menegah ini mampu juga untuk menyediakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat Indonesia sehingga dapat dipastikan pengangguran akan semakin berkurang apabila industri-industri ini terperhatikan. Salah satu cara untuk mengembangkan usaha industri kecil ini adalah dengan membuat sebuah sentra/klaster industri. Memang tidak semua industri dapat dibuat menjadi


(55)

sentra/klaster industri karena ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk menjadi sentra industri antara lain :

1. Dalam setiap sentra yang akan ditumbuhkan sebagai klaster harus memiliki satu usaha sejenis yang prospek pasarnya jelas. Sekurang-kurangnya terdapat 50 unit usaha kecil yang melakukan kegiatan sejenis

2. Omzet dari keseluruhan unit usaha dalam klaster tersebut paling sedikit Rp 500 juta,-/bulan.

3. Telah terjadi sentuhan teknologi yang memungkinkan tercapainya peningkatan produktivitas, karena masalah pokok usaha kecil di bidang pertanian adalah produktivitas/tenaga kerja hanya kurang dari 3% produktivitas usaha besar disektor yang sama, atau hanya 1,5% dari produktivitas usaha menengah.

4. Persyaratan lain yang berkaitan dengan infrastruktur, jaringan pasar, ketersediaan lembaga keuangan dan lain-lain merupakan syarat tambahan yang menyediakan daya tarik klaster/sentra bersangkutan melalui jaringan informasi.

Sebenarnya pembentukan sebuah sentra industri/klaster bukanlah sebuah hal yang baru bagi pemerintahan Indonesia. Pada tahun 2001 BPS-KPKM menetapkan pengembangan sumberdaya UMKM melalui pendekatan sentra industri/klaster. Strategi ini dipilih karena dinilai fokus,


(56)

efisien dan mempunyai fungsi akselerasi perubahan yang diharapkan mampu memenuhi harapan. Melalui strategi ini, sentra UMKM dijadikan titik masuk kedalam upaya pemberdayaan UMKM. Pendekatan ini didasarkan pemikiran untuk memberikan layanan kepada UMKM secara lebih fokus, kolektif dan efisien, karena dengan sumber daya yang terbatas mampu menjangkau kelompok UMKM yang lebih luas. Pendekatan ini juga mempunyai efektifitas yang tinggi, karena jelas sasarannya dan unit usaha yang ada pada sentra umumnya dicirikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang sama, baik dari sisi produksi, pemasaran, teknologi dan lainlain. Disamping itu, sentra-sentra UMKM akan menjadi pusat pertumbuhan (growth pool) di daerahnya, sehingga mampu mendukung upaya peningkatan penyerapan tenaga kerja, nilai tambah dan ekspor . hal ini tertera dalam struktur Kementerian Koperasi dan UMKM RI Keppres Nomor 103/2001.

Dari penyataan tersebut, maka dibentuklah sentra-sentra industri guna memperkuat daya saing industri kecil yang ada. Termasuk di wilayah Kabupaten Bantul guna mendorong pembangunan sosial ekonomi daerah sehingga akan tercapai masyarakat yang sejahtera dan makmur.

Sejalan dengan pembentukan sentra-sentra industri tersebut, sentra industri juga diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat setempat antara lain :


(57)

1. Dengan adanya pembentukan sentra industri maka akan meningkatkan produktivitas sehingga pendapatan juga meningkat

2. Pembentukan sentra industri akan mempermudah para pelaku industri untuk memperoleh informasi secara cepat dan tepat misalnya seperti informasi bahan baku yang berkualitas bagus dan harga-harga bahan baku sehingga akan meningkatkan efisiensi kerja.

3. Ketika sentra industri sudah maju pesat diharapkan mampu menyerap tenaga kerja , membuka lapangan pekerjaan dan dapat menjadi sumber pendapatan yang dapat diandalkan.

4. Selain itu, diharapkan sentra industri dapat menjadi pendorong perekonomian pemerintah daerah guna pembangunan dan kemajuan daerah.

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti kemudian beranggapan bahwa perkembangan wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus menjadi objek wisata di wilayah Kabupaten Bantul memberi pengaruh positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat seperti : 1. Dalam hal jumlah pendapatan masyarakat sekitar di bidang Usaha

Mikro Kecil dan Menengah meningkat sesudah menjadi daerah wisata rohani.


(58)

2. Dalam hal jumlah curahan kerja masyarakat sekitar di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah meningkat sesudah menjadi daerah wisata rohani.


(59)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif. Metode penelitian deskriptif komparatif adalah metode yang bersifat ex post facto atrinya data dikumpulkan setelah semua kejadian telah selesai berlangsung. Penelitian ini dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang ada. Jenis penelitian deskriptif komparatif dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (objek penelitian), antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu : November 2012 sampai dengan Februari 2013 Lokasi : Ganjuran, Sumber Mulyo Bambang Lipuro, Bantul

Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Candi yang bercorak arsitektur Hindu-Jawa (Mataram dan Majapahit) itu mulai dibangun pada 1927 dan diberkati oleh Uskup Jakarta Mgr. van Velsen SJ pada 11 Februari 1930 (tanggal penampakan Bunda Maria di Lourdes).

Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran diresmikan sebagai tempat ziarah oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. I Suharyo Pr., pada


(60)

tahun 1998. Di dalam relung candi bercorak Hindu Budha itu terdapat arca Yesus dalam posisi tegap. Yesus digambarkan sebagai sosok akulturatif yang mengenakan pakaian kebesaran dan mahkota Raja Jawa. Selain itu, di dinding atas kepala Yesus terdapat tulisan dalam huruf Jawa yang berbunyi “Sampeyan Dalem Sang Maha Prabu Yesus Kristus Pangeraning Para Bangsa.” Selain candi, di kompleks Gereja Ganjuran juga terdapat 9 kran yang mengalirkan Tirta Perwitasari.

Candi Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Ganjuran terletak kurang lebih 17 kilo meter selatan kota Yogyakarta dan tidak jauh dari pantai parangtritis dan pantai samas.

Banyak wisatawan baik dari dalam atau luar negri yang berkunjung ke Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran untuk berziarah dan berdoa. Tempat wisata ini dibuka setiap hari selama 24 jam. Dengan keadaan yang seperti ini maka munculah usaha-usaha dari masyarakat sekitar ganjuran yang bersifat UMKM di sekitar objek wisata rohani ini. Banyak bermunculan warung makan, warung kelontong, warung souvenir dan patung rohani, serta pabrik souvenir dan patung rohani.

Dengan adanya objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran ini diharapkan mampu meningkatkan dan memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan nilai tambah


(61)

usaha kecil. Sehingga dengan kondisi yang demikian dapat berpengaruh positif terhadap kondisi usaha UMKM di sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam penelitian ini populasinya adalah masyarakat sekitar yang bergerak dibidang UMKM.

Tabel III.1

Populasi UMKM yang ada di sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Tahun 2012

UMKM Jumlah

Souvenir 15

Warung makan 20

Bengkel 2

Salon 2

Toko kelontong 7

Foto copy 2

Penjual pulsa 2

Toko buah 4

Warung jamu 1

Took elektronik 1

Laundry 1

57

Semua anggota populasi dalam penelitian ini digunakan sebagai sampel yang berjumlah 57 UMKM.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan


(62)

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2007 : 68).

D. Subyek dan Obyek 1. Subjek

Subyek penelitian ini adalah UMKM di sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus.

2. Objek

Dalam melakukan suatu penelitian harus menentukan obyek penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah perkembangan objek wisata di Ganjuran. Seperti jumlah pendapatan di bidang UMKM, Jumlah curahan kerja, tingkat pengangguran masyarakat di sekitar Ganjuran.

E. Variabel Indikator dan Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan variabel dalam penelitian maka perlu dijelaskan identifikasi antara masing-masing variabel dalam penelitian yaitu :

1. Pendapatan keluarga, yaitu pendapatan yang diterima oleh keluarga dalam bentuk pendapatan real uang baik diterima dalam jangka waktu per hari, per minggu ataupun per bulan. Variabel ini dinyatakan dalam bentuk rupiah per bulan


(63)

2. Curahan kerja, yaitu besarnya waktu yang dicurahkan seseorang untuk melakukan aktivitas pekerjaannya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Variabel ini dinyatakan dalam bentuk jam kerja selama satu bulan

3. Jumlah keluarga miskin, yaitu jumlah keluarga miskin yang ditetapkan dari hasil susenas oleh BPS berdasarkan pengolongan keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1.

F. Data Penelitian 1. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer yang digunakan meliputi data dari responden dalam bentuk wawancara yaitu mengenai :

1) Jumlah pendapatan masyarakat sekitar di bidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus.

2) Jumlah Curahan kerja masyarakat sekitar di bidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus.

3) Jumlah keluarga miskin masyarakat sekitar di bidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus.


(64)

2. Data Sekunder

Data sekunder diperlukan bagi peneliti sebagai pendukung kelengkapan teori terhadap hasil penelitian. Sumber data ini diperoleh dari berbagai sumber informasi yang telah dipublikasikan misalnya berupa data monograf desa Ganjuran. Data sekunder ini meliputi 1) Jumlah UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata.

2) Jumlah keluarga miskin sebelum dan sesudah adanya objek wisata 3) Tingkat pengangguran masyarakat sekitar sebelum dan sesudah

adanya objek wisata. 4) Letak geografis Ganjuran.

5) Kondisi fisik daerah penelitian sebelum dan sesudah adanya objek wisata.

G. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan cara observasi yang bersifat langsung. Wawancara biasanya bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan pada kondisi setempat serta individual. Bila responden tidak jelas dengan pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara maka dapat diganti dengan kata-kata yang lebih sederhana.


(65)

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dan data mengenai jumlah pendapatan, curahan kerja, perolehan laba, dan tingkat pengangguran 57 UMKM di sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus.

2. Dokumentasi

Dokumen-dokumen yang ada dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen tersebut meliputi laporan dan atau berbagai artikel dari majalah, koran atau jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian. Dokumen- dokumen tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder.

H. Teknik Analisis Data 1) Analisis deskriptif

Penelitian ini mencoba membandingkan keadaan sebelum dan sesudah adanya objek wisata. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan analisis sebelum dan sesudah (before -after) yaitu studi perbandingan (comparative study). Dalam bukunya sugiyono (2008:117) menjelaskan bahwa analisis before- after merupakan perbandingan antara nilai sebelum dan sesudah ada perlakuan/ treatment. Dalam hal ini untuk membandingkan keadaan sosial ekonomi sebelum dan sesudah adanya objek wisata digunakan analisis uji z melalui uji wilcoxon sebagai alternatif dari paired sample T-Test


(66)

2) Uji hipotesis

1. Untuk hipotesis yang menyatakan dalam hal jumlah pendapatan masyarakat sekitar UMKM sebelum dan sesudah menjadi daerah wisata rohani ada perkembangan pendapatan yang lebih besar. Maka teknik analisis uji beda Z (Agus Widarjno, 2009) untuk uji tanda sampel besar menggunakan uji wilcoxon , dengan tingkat kepercayaan 95% dengan rumus sebagai berikut :

Z =

Keterangan :

Z = Nilai Z hitung R = Jumlah tanda +

n = Jumlah sampel yang relevan

Pengujian signifikan 5 % uji beda Z dengan hipotesis adalah sebagai berikut : pada taraf signifikan 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95% maka kriteria penerimaan Ho adalah sebagai berikut :

Ho ditolak jika probabilitas < 0,05 H1 diterima jika probabilitas > 0,05


(67)

Dengan hipotesa dirumuskan sebagai berikut :

Ho : tidak terdapat perbedaan jumlah pendapatan masyarakat sekitar di bidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani. H1 : terdapat perbedaan jumlah pendapatan masyarakat sekitar di bidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani. 2. Untuk hipotesis yang menyatakan curahan kerja masyarakat sekitar

Ganjuran dalam bidang UMKM saat sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani mengalami peningkatan. Maka teknik analisis uji beda Z untuk uji tanda sampel besar menggunakan uji wilcoxon , dengan tingkat kepercayaan 95% dengan rumus sebagai berikut :

Z =

Keterangan :

Z = Nilai Z hitung R = Jumlah tanda +

n = Jumlah sampel yang relevan

Pengujian signifikan 5 % uji beda Z dengan hipotesis adalah sebagai berikut : pada taraf signifikan 5% atau tingkat kepercayaan sebesar 95% maka kriteria penerimaan Ho adalah sebagai berikut :


(68)

Ho ditolak jika probabilitas < 0,05 H1 diterima jika probabilitas > 0,05

Dengan hipotesa dirumuskan sebagai berikut :

Ho : tidak terdapat perbedaan jumlah curahan kerja di bidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani.

H1 : terdapat perbedaan jumlah curahan kerja di bidang UMKM sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani.

3. Untuk hipotesis yang menyatakan dalam hal jumlah keluarga miskin masyarakat sekitar di bidang UMKM antara sebelum dan sesudah menjadi objek wisata rohani menjadi berkurang, maka dapat digunakan kriteria batas kemiskinan yang bersumber dari BKKBN yang meliputi beberapa kategori keluarga yang masuk ke dalam keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui jumlah keluarga miskin yang ada.

4. Analisis Rata-rata Hitung (Mean)

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menghitung skor rata-rata untuk setiap item pertanyaan. Tujuannya agar peneliti dapat mengetahui item-item mana saja


(69)

yang perlu ditinjau kembali. Analisis dilakukan pada masing-masing item pertanyaan. Rumus yang digunakan adalah (Sugiyono, 2010:49):

Me = mean (rata-rata) ∑ = epsilon (baca jumlah) Xi = nilai x ke i sampai ke n N = sampel


(70)

49

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Perjumpaan agama Katolik dengan Masyarakat Ganjuran Kehidupan Religi pada awal berdirinya Candi Ganjuran ini didominasi oleh masyarakat muslim yang taat Sejarah Candi Hati Kudus Tuhan Yesus atau akrab disebut Candi Ganjuran tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Pabrik gula Gondang Lipuro yang terdapat disebelah utara Gereja yang berdiri pada tahun 1862. Pabrik Gula ini dibangun oleh keluarga Schmutzer yang berasal dari orang Belanda Keluarga Schmutzer merupakan keluarga Katolik yang pertama yang tinggal di Ganjuran Oleh penduduk skitar Keluarga Schmutzer ini dikenal sebagai keluarga yang ramah, suka memberi dan perhatian pada masyarakat sekitar sehingga sangat disegani. Sebagai wujud solidaritasnya, mereka membuka kesempatan kerja, mendirikan sekolah-sekolah dan rumah sakit Ganjuran Karena di daerah Ganjuran belum ada gereja kemudian Keluarga Schmutzer membangun gereja Ganjuran. Pada perkembangannya agama Katolik mulai diterima oleh masyarakat Ganjuran dan tidak lama kemudian rata-rata pekerja pabrik gula miliknya memeluk agama Katolik. Hingga kini umatnya terus berkembang namun pada bulan Mei 2006 Gereja ini roboh karena diguncang Gempa


(71)

Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus “Mandala” adalah lingkup, wilayah kekuasaan yang bernuansa religious. Oleh karena itu Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus adalah lingkup, wilayah yang dikuasai, dilingkupi, disemangati oleh Hati Kudus Tuhan Yesus. Secara fisik yang dimaksud Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus adalah Kompleks Gereja & Candi Ganjuran berikut sarana dan prasarananya. Tetapi sesungguhnya, pengertian Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus adalah wahana, tempat semua orang dapat menimba, menghayati, dan akhirnya mengamalkan berkat Hati Kudus Tuhan Yesus dalam dinamika kehidupan mereka baik sebagai paguyuban maupun pribadi. Wahana, tempat semua orang menyadari diri sebagai utusan dan kepanjangan tangan Kristus, Hatinya Yang Mahakudus, dimanapun mereka berada, senantiasa menjadi berkat.

Monumen Perutusan Sendangsono adalah monument kelahiran jemaat. Disinilah orang pribumi pertama dibaptis, dan masuk dalam persekutuan Gereja Katolik. Sedangkan Candi Ganjuran adalah monument perutusan jemaat. Disinilah pada tahun 1930 tanggal 11 Februari (kurang lebih 25 tahun setelah baptisan Sendangsono), seluruh karya dan perjuangan jemaat yang mulai menginjak dewasa dipersembahkan kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Dengan semangat Hati Kudus Tuhan Yesus itulah mereka diberi tugas perutusan untuk me ngkuduskan Tanah Jawa dan Bumi Nusantara, menjadi berkat bagi siapa dan apapun juga, hingga terwujud Kerajaan Allah yang dicita-citakan. Di Candi Ganjuran inilah jamaat senantiasa ditantang untuk


(72)

berusaha menggali nilai-nilai yang terpancar dari Hati Kudus Tuhan Yesus, menghidupi, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, hingga terwujud harmoni yang ditandai kasih, kesediaan untuk berkorban, ketulusan hati, kedamaian, keamanan, ketenteraman, dan kebahagian.

Rangkuman Sejarah Gereja Ganjuran Perkembangan Kawasan Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran dari waktu ke waktu dapat diringkaskan sebagai berikut:

Tahun 1860, Pabrik gula Gondang Lipuro didirikan oleh Stefanus Barends. Ia adalah suami pertama Elise Fransisca Wilhemia Kartaus. Tahun 1876, Stefanus Barends meninggal dunia, sehingga Nyonya Elise Fransisca WIlhemia Kartaus menjanda dan terpaksa kembali ke Surabaya. Tahun 1880, Elise Fransisca Wilhemia Karhaus bertemu dan menikah dengan Gotfried Schmutzer, merekalah orangtua Josef dan Julius Schmutzer. Tahun 1912, Atas arahan ibunya, Prof. Dr. Ir. Josef Ignaz Julius Mara Schmutzer dan Ir. Julius Robert Anton Maria Schmutzer, mengambil alih Pabrik Gula Gondang Lipuro, dan mulai menjalankan Ajaran Sosial Gereja (Rerum Novarum). Spiritualitas Hati Kudus Tuhan Yesus yang dihayati keluarga ini pun mulai diamalkan. Tahun 1919, Keluarga Schmutzer membangun 12 Sekolah Rakyat secara bertahap di desa-desa sekitar pabrik gula Gondang Lipuro. Pembangunan sekolah-sekolah ini berlangsung sampai tahun 1930. Era pengutusan, pewartaan dan pemberdayaan masyarakat pun dimulai. Tahun 1920, Ir. Julius Schmutzer menikah dengan Caroline Theresia Maria van


(73)

Rijckevorsel, seorang perawat dan pekerja social. Tahun 1921, Ibu Caroline Schmutzer membuat poliklinik di garasi rumahnya. Cikal bakal karya social (kesehatan) melalui Rumah Sakit dimulai. Tahun 1924, Schmutzer mendirikan Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, tepatnya pada tanggal 16 April 1924. Tahun 1927, Candi Hati Kudus Tuhan Yesus yang bercorak Hindu-Jawa mulai dibangun (27 Desember), sebagai ungkapan syukur atas berkat Tuhan yang melimpah. Arca Hati Kudus yang sekaligus adalah Kristus Raja ditahtakan di dalamnya. Tahun 1930, Mgr. van Velsen, SJ memberkati candi. Tanah Jawa dipersembahikan kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Pemberkatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari, tanggal penampakan Bunda Maria di Lourdes. Tahun 1930, Rumah Sakit St. Elisabeth selesai dibangun, saat itu baru terpasang 30 tempat tidur.tahun 1930, Tanggal 4 April, 4 suster CB pertama tiba di Ganjuran. Mereka adalah Sr. Yudith De Laat, Sr. Ignatia Lemmens, Sr. Simona, dan Sr. Rudolpha De Broot. Tahun 1942, Rm. Sugijapranata, SJ memperluas gedung gereja kea rah barat sepanjang 15 meter, dilengkapi balkon tempat koor. Tahun 1948, Clash II, pabrik gula Gondang Lipuro dibumihanguskan (bulan Desember), namun Candi, Gereja, Rumah Sakit, dan sekolah-sekolah tetap berdiri bersama Umat Hati Kudus Tuhan Yesus yang terus berkembang. Tahun 1959, Rm. Sontobudoyo memperluas gedung gereja ke samping kanan dan kiri. Dengan demikian dibangunlah sayap selatan dan utara sebagaimana tampak dalam wuudnya sampai tahun 2006. Tahun 1965, Rm. Strommesend, SJ menambahkan


(74)

beberapa ruang di sebelah timur gereja, yakni sakristi, kantor paroki, dan ruang misdinar. Beliau juga merintis pembangunan Gereja Stasi Tambran dan memprakarsai pengadaan perangkat gamelan pelog. Tahun 1970, Rm. M. Jonckbloedt, SJ mulai membangun dan memantapkan organisasi Gereja Ganjuran. Tahun 1981, Rm. Suryasudarma, SJ berkarya di Ganjuran, memprakarsai pembangunan pastoran baru terdiri dari 2 lantai yang dirasa lebih mendukung pelayanan. Tahun 1988, Rm. G. Utomo, Pr berkarya di Ganjuran, dan menggali lagi nilai-nilai budaya tradisional yang sudah mengakar dan terus berkembang. Tahun 1989, Paguyuban Tani Hari Pangan Sedunia yang berwawasan lingkungan dan berorientasi pada pemberdayaan petani kecil lahir di Ganjuran pada bulan Oktober. Pembukaan Paguyuban Tani HPS itu juga ditandai dengan dihasilkannya Deklarasi Ganjuran. Tahun 1990, Rm. G. Utomo, Pr. memprakarsai pemansangan jendela pada dinding-dinding sayap gereja agar dapat dibuka pada hari raya , mengingat perluasan gereja hamper tidak mungkin dilakukan lagi. Beliau juga memprakarsai pengadaan perangkat gamelan slendro. 1995 Spiritualitas Hati Kudus Tuhan Yesus yang berakar pada tradisi budaya dan telah berkembang di Ganjuran makin digali dan dihidupi. Upaya membangun kompleks perziarahan kepada Hati Kudus Tuhan Yesus di kompleks Candi Ganjuran dimulai. Tahun 1997, Panel-panel Jalan Salib bercorak Hindu-Jawa sebagaimana dicita-citakan oleh Schmutzer tahun 1930 yang lalu direalisasikan. Peletakan batu pertama Jalan Salib dilakukan oleh Rm. G. Utomo, Pr. Tahun 1998, Berkat Tuhan yang


(75)

berwujud Sumber Air dari dasar Candi Hati Kudus Tuhan Yesus ditemukan oleh Bp. Y. Suparto. Selanjutnya air ini disebut “Tirta Perwitasari”. 1999 Paguyuban Hati Kudus Tuhan Yesus diresmikan oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. I. Suharyo pada Prosesi 75 tahun Gereja Ganjuran bulan Juni. 2000 Lahir Paguyuban Abdi Dalem. Kelompok Bentara Hati Kudus yang ingin belajar banyak tentang spiritualitas Hati Kudus ini bertekad untuk menghayati dan mengamalkannya dengan menjaga Kompleks Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus dan melayani para peziarah. Pada tahun ini juga konblokisasi halaman candi diselesaikan. Tahun 2001, Rumah Sakit St. Elisabeth Ganjuran diambil alih pengelolaannya oleh RUmah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, dan dimulailah era pelayanan kesehatan yang lebih luas. Tahun 2002, upaya pembangunan fisik & non fisik Kompleks Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran dimulai. Konblokisasi halaman selatan pastoran diselesaikan, selanjutnya dipergunakan sebagai areal parkir roda dua. 2003 Atas petunjuk Rm. Utomo, Pr digali lagi sumber mata air besar di pintu gerbang selatan candi. Dibangun juga di dekatnya kamar mandi peziarah berikut rangkaian toiletnya. Di kanan kiri Gereja mulai dibangun 2 pendapa kembar untuk berbagai kekerluan: perluasan gereja, tempat istirahat para peziarah, dan aneka kegiatan paroki. Konblokisasi halaman selatan gereja diselesaikan dengan kualitas standar areal parkir roda empat dan bus. Tahun 2004 Renovasi atap dan cat gereja diselesaikan, disusul pembangunan 2 pendapa di kanan-kiri Candi Ganjuran, untuk mendukung pelayanan peziarah.


(76)

Tahun 2006 Gempa bumi hebat melanda Bantul, DIY dan sekitarnya. Gereja Ganjuran runtuh, dan lebih dari 80 umat Katolik menjadi korban. Saat Ganjuran runtuh sedang berlangsung misa pagi, sehingga ada 5 orang yang meninggal di bawah reruntuhan gereja. Walaupun begitu, Candi, Pastoran, Pendapa dan bangunan-bangunan pendukung lainnya tetap tegak berdiri. Posko Karina dibuka di Ganjuran. Melalui posko ini seluruh bantuan social dari saudara-saudari yang menyalurkan kepeduliannya ditampung dan diteruskan kepada masyarakat yang membutuhkan. Rm. Jarot Kusnopriono Pr mengkoordinasikan langsung pengelolaan Posko Karina ini. Tahun 2007 Dengan bantuan yang diterima dari berbagai pihak, Umat Katolik Paroki Ganjuran bersama masyarakat mulai memperbaiki rumah tinggal dan aneka infra struktur yang rusak akibat gempa. Setelah umat dan masyarakat mulai berbenah, Kapel-Kapel Wilayah pun diperbaiki dan dibangun kembali. Bersamaan dengan itu mulai dipersiapkan juga pembangunan kembali Gereja Ganjuran, yang baru akan dilaksanakan setelah kondisi sosial ekonomi masyarakat mulai pulih. Tahun 2008 Rencana pembangunan kembali Gerja Ganjuran mendapat persetujuan dari Keuskupan Agung Semarang. Pada tanggal 22 Juni 2008, bersamaan dengan Prosesi 2008 Bapa Uskup Agung Semarang, Mgr. I. Suharyo berkenan meletakkan batu pertama pembangunan kembali Gereja Ganjuran. Pembangunan kembali Gereja Ganjuran ini dilaksanakan oleh Umat paroki Ganjuran didukung saudara-saudarinya dari berbagai tempat di seluruh penjuru tanah air.


(77)

Visi dan Misi Gereja Ganjuran Dengan tetap menimba semangat Sang Pendiri, Gereja Ganjuran bertekat untuk selalu Menjadi Berkat bagi Siapa dan Apa pun juga. Tekad itu dilandasi semangat belas kasih, kesetiaan dan kerelaan untuk berkorban yang setiap saat dapat ditimba dari Hati Kudus Tuhan Yesus. Pengakuan akan Kristus Raja yang menguasai sendi-sendi kehidupan Gereja Ganjuran diungkap dalam bentuk kesediaan umat untuk mengabdi secara total, sebagaimana disimbolkan pada Perayaan Prosesi. Secara lebih konkret visi tersebut hendak dicapai melalui serangkaian langkah dan perjuangan berikut:

1. Menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk semakin mendekatkan umat dari berbagai kalangan (Ganjuran sendiri maupun peziarah dari berbagai penjuru tanah air) pada Hati Kudus Tuhan Yesus.

2. Menyediakan berbagai fasilitas yang dapat membantu umat untuk semakin banyak menimba, menghidupi dan mengamalkan semangat Hati Kudus Tuhan Yesus.

3. Memperhatikan kaum yang lemah (sakit, miskin dan tertindas) baik secara jasmani maupun rohani, agar ikut merasakan belas kasih Hati Kudus Tuhan Yesus.

4. Memperjuangkan harmoni dan keutuhan alam ciptaan, agar dapat menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi segala makhluk untuk hidup tenteram.


(1)

125

48 Pak Tono warung makan 800000 600000 tani 250000 10

49 Mas Aris conter 1200000 800000 10

50 Pak Kelik salon 1700000 1200000 12

51 Pak Anton warung makan 800000 600000 8

52 Bu Sadini toko kelontong 2000000 1300000 10

53 Om Heru warung gorengan 600000 500000 buruh 300000 5

54 Pak Min roti bakar 800000 500000 6

55 Pak Dinyo angkringan 600000 700000 tukang kebun 400000 8

56 Bu Nardi waarung g 700000 500000 6

57 Mas Kus jajan pasar 800000 600000 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

(4)

(5)

viii ABSTRAK

DAMPAK OBJEK WISATA ROHANI KATOLIK CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI BIDANG

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI GANJURAN, SUMBERMULYO BAMBANGLIPURO, BANTUL

IgnatiusIndarPrastawa UniversitasSanataDharma

2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis perbedaan yang terjadi dalam bidang sosial ekonomi sebelum dan sesudah adanya objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran khususnya dalam hal: 1) jumlah pendapatan keluarga masyarakat, 2) besarnya curahank erja, dan 3) jumlah keluarga miskin masyarakat sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai dengan Februari 2013 di Ganjuran Sumbermulyo Bambanglipuro, Bantul. Jenis Penelitian yang digunakan adalah ex post facto dengan metode penelitian deskriptif komparatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 57 pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik yaitu wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data uji Z dengan menggunakan uji wilcoxon.

Dari hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :1)Sesudah menjadi objek wisatarata-ratajumlah pendapatan keluarga masyarakat sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran meningkat dari Rp. 1.090.350 menjadi Rp. 1.456.140 per bulan. 2)Sesudah menjadi daerah objek wisatarata-rata jumlah curahan kerja masyarakat sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran meningkat dari 3173.68 jam menjadi 4803.42 jam per bulan. 3) Sesudah menjadi objek wisata jumlah keluarga miskin masyarakat sekitar objek wisata rohani Candi Hati Kudus Tuhan Yesus di Ganjuran mengalami penurunan dari 173 keluarga miskin menjadi 149 keluarga miskin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix ABSTRACT

THE EFFECT OF THE EXISTANCE OF THE CHURCH OF THE SACRED HEART OF JESUS AT GANJURAN AS A RELIGIOUS TOURISM OBJECT

TO THE SMALL, MICRO AND MEDIUM BUSINESSES AT GANJURAN, SUMBERMULYO BAMBANGLIPURO, BANTUL

Ignatius Indar Prastawa Sanata Dharma University

2013

The purpose of this study are to reveal and analyze the differences that happen in the social-economic field before and after the existence of the church of the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran, especially in the term of: 1) the income of the family, 2) the scale of employment, and 3) the number of poor families who live around the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran.

The study was conducted from November 2012 to February 2013 at Ganjuran, Sumbermulyo Bambanglipuro, Bantul. This research is an ex post facto with a descriptive-comparative method. The population of the research are 57 micro, small and medium businesses. Technique of taking samples was a saturated sample. The techniques of collecting the data were interviews and documentation. The data were analyzed by applying Z test and Wilcoxon test.

From the data analysis, it can be concluded as follows: 1) After the church of the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran became a tourism object the average income of the family around the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran increases from Rp 1.090.350 to Rp 1.456.140 per month. 2) After the Church of the Sacred Heart of Jesus at Ganjuran became a tourism object the average of the employment around Sacred Heart of Jesus at Ganjuran increase from 3.173,68 hours to 4.803,42 hours per month. 3) The amount of poor families who live around the Sacred Heart of Jesus Temple at Ganjuran decreases from 173 to 149.


Dokumen yang terkait

LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERENCANAAN DAN PENATAAN ULANG KOMPLEKS GEREJA DAN CANDI “HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN” DI KABUPATEN BANTUL, DIY.

0 5 16

PENDAHULUAN PERENCANAAN DAN PENATAAN ULANG KOMPLEKS GEREJA DAN CANDI “HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN” DI KABUPATEN BANTUL, DIY.

0 3 8

GEREJA DAN TEMPAT PEZIARAHAN PERENCANAAN DAN PENATAAN ULANG KOMPLEKS GEREJA DAN CANDI “HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN” DI KABUPATEN BANTUL, DIY.

0 8 27

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERENCANAAN DAN PENATAAN ULANG KOMPLEKS GEREJA DAN CANDI “HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN” DI KABUPATEN BANTUL, DIY.

0 2 11

Usulan program pendampingan keluarga muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran demi kebahagiaan dan keutuhan perkawinan.

2 17 117

kawasan ziarah candi hati kudus tuhan yesus ganjuran bantul

0 0 7

MAKNA ELEMEN INTERIOR DAN WARNA PADA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK INKULTURATIF DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN BANTUL - Unika Repository

0 0 21

MAKNA ELEMEN INTERIOR DAN WARNA PADA ARSITEKTUR GEREJA KATOLIK INKULTURATIF DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN BANTUL - Unika Repository

0 0 15

Dampak objek wisata rohani Katolik terhadap perekonomian masyarakat sekitar : studi kasus Sendang Sono, Sendang Ganjuran, Sendang Sriningsih - USD Repository

0 1 116

DAMPAK OBJEK WISATA ROHANI KATOLIK CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI BIDANG USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI GANJURAN, SUMBER MULYO BAMBANG LIPURO, BANTUL

0 0 149