2.2. Landasan Teori
2.2.1. Fokus Pelanggan
2.2.1.1. Pengertian Fokus Pelanggan
Pelanggan adalah semua orang yang menuntut kita atau perusahaan untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu, dan karena itu akan memberikan
pengaruh pada performa kita atau perusahaan Nasution, 2001 : 44 Menurut Tjiptono dan Diana 2001 : 103 – 104, pelanggan adalah orang
yang menerima hasil pekerjaan seseorang atau suatu organisasi, maka hanya merekalah yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka.
Dapat disimpulkan bahwa pelanggan adalah orang yang harus dituruti keinginannya kebutuhannya dan harus menjadi prioritas utama bagi
perusahaan, karena kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada pelanggan.
Fokus Pelanggan adalah keadaan perusahaan yang selalu memperhatikan kualitas pelayanan agar sesuai dan bahkan melampaui kebutuhan konsumen
serta tercapainya kepuasan dan loyalitas konsumen.
2.2.1.2. Macam Pelanggan
Pada dasarnya dikenal 3 macam pelanggan dalam sistem kualitas modern Nasution, 2001 : 44 - 45 yaitu sebagai berikut :
1. Pelanggan internal
Adalah orang yang berada dalam perusahaan dan memiliki pengaruh pada performa pekerjaan perusahaan. Bagian-bagian, produksi,
penjualan, pembayaran gaji, rekrutman dan karyawan merupakan contoh dari pelanggan internal.
2. Pelanggan antara
Adalah mereka yang bertindak atau berperan sebagai perantara, bukan sebagai pemakai akhir produk. Distributor yang mendistribusikan
produk-produk dan agen perjalanan yang memesan kamar hotel untuk pemakai akhir merupakan contoh dari pelanggan antara.
3. Pemakai eksternal
Adalah pembeli atau pemakai akhir produk, sering disebut sebagai pelanggan nyata. Pelanggan eksternal merupakan orang yang membayar
untuk menggunakan produk yang dihasilkan.
2.2.1.3. Pembentukan Fokus Pelanggan
Karakteristik perusahaan-perusahaan yang sukses dalam membentuk fokus pada pelanggan adalah sebagai berikut Whitely dalam Goetsch dan David,
2000 : 189 – 190.
1. Visi, komitmen dan suasana
Pimpinan perusahaan selalu menunjukan sikap dan tindakan bahwa pelanggan sangat penting bagi perusahaan. Manajer mempunyai
komitmen besar terhadap kepuasan pelanggan dan menjadikan fokus utama dalam promosi karyawan dan kompensasi bagi karyawan yang
berprestasi. 2.
Penjajaran dengan pelanggan Pelanggan yang bersifat customer driven menyejajarkan dirinya dengan
para pelanggan. Hal ini tercermin dalam beberapa hal : a.
Pelanggan berperan sebagai penasehat. b.
Karyawan memahami atribut produk yang paling dihargai diharapkan pelanggan
c. Masuknya dalam pelanggan dijadikan sebagai program
pengembangan kepuasan pelanggan. 3.
Adanya kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan pelanggan.
Perusahaan bersifat customer driven selalu berusaha untuk mengidentifikasi dan mengatur permasalahan para pelanggannya. Hal
ini tercermin dalam hal : a.
Keluhan pelanggan dipantau dan dianalisis. b.
Selalu mengupayakan adanya umpan balik dari pelanggan. 4.
Manfaat informasi dari pelanggan. Perusahaan yang bersifat customer driven tidak hanya mengumpulkan
umpan balik dari pelanggan, tetapi juga menggunakan dan
menyampaikannya kepada semua pihak yang membutuhkan dalam rangka melakukan perbaikan.
5. Mendekati para pelanggan.
Tidaklah cukup bila perusahaan hanya pasif dan menunggu umpan balik yang disampaikan oleh para pelanggannya. Pasar global yang kompetitif
menuntut pendekatan yang lebih aktif. Mendekati pelanggan berarti melakukan hal-hal berikut :
a. Berusaha untuk mengatasi semua keluhan pelanggan.
b. Memudahkan para pelanggan untuk menyampaikan keluhannya,
misalnya lewat telepon, surat atau datang langsung. 6.
Kemampuan, kesanggupan dan pemberdayaan karyawan. Para karyawan diperlukan sebagai professional yang memiliki
kemampuan, dan diperdayakan untuk menggunakan pertimbangan sendiri dalam melakukan hal-hal yang dianggap perlu dalam rangka
memuaskan kebutuhan pelanggan yang berkaitan dengan produk tersebut. Ini juga berarti bahwa karyawan diberi sumber daya dan
dukungan yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. 7. Penyempurnaan produk dan proses secara terus menerus.
Perusahaan yang
bersifat customer driven melakukan setiap tindakan
yang diperlukan untuk secara terus menerus memperbaiki produk dan proses yang menghasilkan produk tersebut.
a. Kelompok fungsionalinternal bekerjasama untuk mencapai sasaran
bersama b.
Setiap masalah dihadapi bersama c.
Investasi dalam pengembangan ide-ide inovatif dilakukan. Ketujuh karakteristik tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam
membentuk fokus pada pelanggan. Pada tahap awal setiap perusahaan perlu melakukan analisis diri, dalam analisis ini akan dapat ditentukan
karakteristik mana yang sudah dan belum ada dalam organisasi.
2.2.2. Kerjasama Tim
2.2.2.1. Pengertian Kerjasama Tim
Menurut Nasution 2001 : 166 Definisi kerjasama tim adalah sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama dan tujuan
tersebut akan lebih mudah diperoleh dengan melakukan kerjasama tim daripada dilakukan sendiri.
Menurut Tjiptono dan Diana 2001 : 165 – 166, faktor-faktor yang mendasari perlunya dibentuk kerjasama tim tertentu dalam suatu perusahaan
adalah : a.
Pemikiran dari dua orang atau lebih cenderung lebih baik daripada pemikiran satu orang saja.
b. Konsep sinergi 1 + 1 2, yaitu bahwa hasil keseluruhan tim jauh
lebih baik daripada jumlah bagiannya anggota individual.
c. Anggota tim dapat saling mengenal dan saling percaya, sehingga
mereka dapat saling membantu. d.
Kerjasama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik. Kerjasama organisasi tidak akan terlaksana jika para anggota organisasi
tidak bekerjasama secara selaras karena itu sangat dibutuhkan kerjasama dalam organisasi Anthony, et al, 1984 : 40 – 41, hal ini diperkuat oleh
Gasperz 2001 : 78 bahwa orang pada semua tingkat organisasi merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka
secara penuh akan memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat organisasi.
Dapat disimpulkan, bahwa kerjasama tim merupakan upaya-upaya sekelompok orang disemua tingkat organisasi yang bekerja bersama untuk
mencapai tujuan yan sama. Sehingga diharapkan dapat mamberikan hasil yang jauh labih baik daripada bekerja secara individual.
2.2.2.2. Kunci Keberhasilan Kerjasama Tim
Pembentukan suatu tim tidak dengan sendirinya akan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu diperlukan usaha agar dapat mencapai misi dan
tujuan pembentukannya. Menurut king Goetsch dan Davis, 1994 : 218 – 219 menganjurkan 10 strategi yang ia sebut sepuluh perintah tim ten team
commandements untuk meningkatkan kinerja suatu tim dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
Kesepuluh stretegi tersebut adalah : 1.
Saling ketergantungan Saling ketergantungan diperlukan diantara para anggota tim dalam hal
informasi, sumber daya, pelaksanaan tugas, dan dukungan, adanya saling ketergantungan dapat memperkuat kebersamaan tim.
2. Perluasan tugas
Setiap tim harus diberi tantangan, karena reaksi atau tanggapan terhadap tantangan tersebut akan membentuk semangat persatuan,kebanggan tim.
3. Penjajaran Alignment
Anggota harus bersedia menyisihkan sikap individualnya dala rangka mencapai misi bersama.
4. Bahasa yang umum
Pimpinan harus mengusahakan penggunaan bahasa yang umum, karena biasanya anggota tim berasal dari departemen yang berbeda pemasaran,
akuntansi, produksi dan lain-lain yang memiliki istilah teknis sendiri. 5.
Kepercayaan dan respek Dibutuhkan waktu dan usaha untuk membentuk kepercayaan dan respek
agar setiap anggota tim dapat bekerja sama. 6.
Memperhatikan bakat anggota tim Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena
itu pemimpin yang baik harus dapat memperhatikan bakat tertentu setiap
anggota tim sehingga kepemimpinan dan keanakbuahan dapat dibagi bersama.
7. Keterampilan memecahkan masalah
Tim harus banyak menggunakan waktunya untuk membina kemampuan anggotanya dalam memecahkan masalah, karena masalah merupakan
hal yang selalu dihadapi oleh setiap organisasi. 8.
Keterampilan menangani konflik Dalam lingkungan kerja yang kompetitif, konflik merupakan hal yang
tidak terelakan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, oleh karena itu dalam TQM dibutuhkan keterampilan dalam menerima perbedaan
pendapat ide, masalah dan saran pemecahan dan menyampaikan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain tanpa harus menyakiti hati
orang yang bersangkutan. 9.
Penilaian tindakan Penilaian dilakukan dengan memantau dan membandingkan apa yang
telah dilakukan dengan pernyataan misi dan rencana tindakan yang ada. Rencana tindakan berisi tujuan, sasaran, jangka waktu, dan penugasan,
serta tanggung jawab setiap anggota. 10.
Penghargaan Kesuksesan yang dicapai suatu tim yang efektif dapat diperkuat dengan
jalan merayakannya, penghargan dan pengakuan atas tugas yang
terlaksana dengan baik akan memotifasi anggota tim untuk bekerja lebih giat dan tangkas dalam rangka mencapai tujuan berikutnya.
2.2.2.3. Faktor-Faktor Penghambat Kerjasama Tim
Orang-orang dalam suatu kelompok tidak secara otomatis dapat bekerja sama, seringkali tim tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan,
penyebab utamanya adalah faktor manusia. Beberapa aspek diantaranya adalah Tjiptono dan Diana, 2001 : 167 – 168 :
1. Identitas pribadi anggota tim
Sudah merupakan hal yang alamiah bila seseorang ingin tahu apakah mereka cocok di suatu organisasi, termasuk didalam suatu tim. Orang
mengkhawatirkan hal-hal seperti kemungkinan menjadi outsider, pergaulan dengan orang tim lainnya, faktor pengaruh, dan saling
percaya antar anggota tim. Suatu tim tidak dapat berjalan efektif bila anggotanya belum merasa cocok dengan tim tersebut.
2. Hubungan antar anggota tim
Agar setiap anggota dapat bakerja sama, mereka harus saling mengenal dan berhubungan. Untuk itu dibutuhkan waktu bagi anggota yang
berasal dari berbagai latar belakang tersebut agar dapat saling membantu bekerjasama.
3. Identitas tim didalam organisasi
Faktor ini terdiri dari dua aspek. Pertama, kesesuaian atau kecocokan tim didalam organisasi. Aspek ni menyangkut apakah misi tersebut
merupakan prioritas dalam perusahaan? Apakah tim memperoleh dikungan dari manajemen puncak?, Aspek kedua adalah pengaruh
kanggotaan dalam tim tertentu terhadap hubungan dengan anggota diluar tim. Aspek ini terutama sangat penting dalam gugus tugas dan tim
proyek dimana anggota tim itu berusaha mempertahankan hubungan yang telah terbina dengan rekan kerja yang bukan anggota tim.
2.2.3. Kinerja Manajerial
Menurut Suyadi 1999 dalam Suprantiningrum dan Zulaikha 2003 : 777, performance kinarja adalh hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka meningkatkan pencapaian
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum sesuai dengan aturan ataupun etika.
Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasi. Menurut Mahoney, dkk 1963 dalam Kurnianingsih
dan Indriantoro 2001 : 35, yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan
manajerial antara lain : perncanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf staffing dan perwakilan presentasi.
Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kerja manajerial. Manajer menghadirkan kinerja dengan
mengerahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berbeda di dalam daerah wewenangnya.
Pekerjaan seorang manajer harus selalu berdasarkan tugas yang diperlukan untuk mencapai sasaran perusahaan. Pekerjaan itu harus tampak nyata.
Pekerjaan yang memberikan sumbangan yang kelihatan dan jika mungkin dapat diukur, demi keberhasilan perusahaan hendaknya lingkup dan
wewenang pekerjaan itu seluas mungkin, bukannya sesempit mungkin. Para manajer seharusnya diarahkan dan dikendalikan oleh sasaran prestasi
mereka, bukan oleh atasan mereka. Kinerja manajer dapat diartikan mendapatkan hasil yang lebih baik dari
suatu proses organisasi team dan individu sebagai pemahaman dan pelaksana kinerja dengan persetujuan kerangka kerja dari tujuan organisasi, standart
dan syarat yang telah ditetapkan Armstrong, 1994 : 23. Menurut Wiliams 2001 : 20, peran yang harus dilakukan manajer ketika
mengerjakan tugas-tugasnya meliputi : 1.
Peran Antar Pribadi a.
Peran tokoh perusahaan
Manajer melakukan tugas-tugas seremonial, seperti menyambut tamu-tamu perusahaan.
b. Peran pemimpin
Manajer member motivasi dan semangat kepada para karyawan untuk mencapai sasaran organisasi.
c. Peran penghubung
Manajer berhubungan dengan orang-orang diluar unit mereka. 2.
Peran sumber informasi a.
Peran pengamat Manajer memantau lingkungan mereka untuk informasi.
b. Peran penyalur
Manajer member informasi dengan orang lain didalam departemen atau perusahaan mereka.
3. Peran juru kamera
Manajer membagi informasi dengan orang lain didalam departemen atau perusahaan mereka.
4. Peran pengambil keputusan
a. Peran wirausahaan
Manajer menyesuaikan diri sendiri, bawahannya dan unitnya kepada perubahan yang meningkat.
b. Peran pemecah masalah
Manajer menghadapi tekanan dan persoalan berat yang memerlukan perhatian dan tindakan cepat.
c. Peran pengalikasian sumber daya
Manajer memutuskan siapa yang menerima sumber daya apa dan berapa banyak yang akan diperoleh.
d. Peran ahli negoisasi
Manajer merundingkan jadwal, proyek, sasaran hasil akhir, sumber daya dan kenaikan gaji karyawan.
2.2.4. Teori Yang Melandasi Antara Fokus Pelanggan Dengan Kinerja Manajerial
Teori perilaku konsumen melandasi hubungan fokus pelanggan dan kinerja manajerial. Teori perilaku konsumen merupakan teori yang memahami
konsumen secara luas. Memahami konsumen itu tidak hanya memikirkan tentang konsumen tetapi juga memahami bagaimana kita perusahaan
berkomunikasi dengan mereka. Dalam hal ini komunikasi dapat dijadikan sebagai kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan. Untuk menjadi organisasi
yang efektif, kita harus dapat menerima masukanpendapat baik pihak ekstern maupun intern. Menurut teori perilaku konsumen, penelitian dan
perkembangan mengenai konsumen harus dilihat secara logika untuk bersama-sama meningkatkan kualitas pelayanan dan produk. Teori perilaku
konsumen pada saat ini merupakan titik terpenting dalam pemasaran. Intinya
mereka meneliti tentang mengapa konsumen membeli dan memprediksi apa yang akan konsumen beli. Penelitian tersebut menjadi pengetahuan untuk
dipelajari, karena penelitian tersebut dapat memberikan aspek perilaku konsumen dalam meningkatkan efisiensi perusahaan. Teori perilaku
konsumen menyatakan fokus pada pelanggan berhubungan langsung dengan kinerja manajer Howard, 1989 : 3-6
Menurut teori perilaku konsumen, pemasaran berhubungan dengan teori ini yaitu memahami apa yang dibutuhkan konsumen dihubungkan dengan apa
yang dibutuhkan perusahaan membantu perusahaan dalam melakukan strategi pemasaran.
2.2.5. Teori Yang Melandasi Antara Kerjasama Tim Dengan Kinerja Manajerial
Teori yang melandasi hubungan antara kerjasama tim dan kinerja manajer adalah teori keseimbangan balance Theory dari formasi kelompok. Teori
ini menyatakan bahwa orang-orang tertarik satu sama lain pada dasar sikap- sikap yang serupa tehadap obyak-obyek dan tujuan-tujuan yang relevan
secara umum, suatu kelompok akan produktif bila anggotanya memiliki keterampilan, pribadi yang baik serta mendapat dukungan dari manajemen
dan meningkatkan kinerja perusahaan. Teori keseimbangan menyatakan kerjasama tim berhubungan langsung dengan kinerja Newcomb, 1961
dalam luthans, 1995 : 247
Gambar 1. Teori Keseimbangan
Individu X
Individu Y
Z Nilai dan sikap yang sama :
Agama
Politik
Gaya hidup
Perkawinan
Pekerjaan
otoritas
Individu X akan berinteraksi dan membentuk hubungan atau kelompok dengan individu Y karena sikap-sikap dan nilai umum Z. sekali hubungan
ini terbentuk, para partisipasi berusaha keras untuk menjaga keseimbangan simetri antara daya tarik dan sikap-sikap umum. Jika keseimbangan ini tidak
bias dipertahankan, hubungan ini dibubarkan. Baik keakraban maupun interaksi memerankan peran dalam teori keseimbangan.
2.3. Kerangka Pikir