Konsekuensi Presentasi Diri Seksual Online
                                                                                Penelitian-penelitian sebelumnya telah menemukan beberapa faktor yang berkaitan dengan  perilaku  presentasi  diri  seksual  online.  Pada  aspek  kepribadian  terdapat
kecenderungan  histrionic,  neuroticism  yang  tinggi,  dan  agreeableness  yang rendah,  extraversion  sebagai  moderator,  dan  kecenderungan  impulsivitas.  Pada
aspek emosi terdapat need for popularity dan sensation seeking. Selain itu, terdapat pula faktor intensi, norma subjektif, media, dan relasi dengan teman sebaya.
Presentasi diri seksual online sebagai salah satu bentuk presentasi diri erat kaitannya dengan self-esteem yang merupakan salah satu motivasi utama seseorang
melakukan presentasi diri Leary  Kowalski, 1990. Namun demikian, penelitian yang mempelajari kaitan self-esteem dan presentasi diri seksual online memberikan
hasil  yang  berbeda-beda.  Beberapa  penelitian  menemukan  bahwa  self-esteem berkaitan dengan presentasi diri seksual online Scholes-Balog et al, 2016; Ybarra
Mitchell,  2014.  Bahkan  penelitian  tersebut  menyebutkan  bahwa  self-esteem berpotensi menjadi faktor protektif perilaku presentasi diri seksual online. Dengan
demikian,  memiliki  self-esteem  yang  tinggi  akan  mengurangi  probabilitas seseorang  melakukan  presentasi  diri  seksual  online.  Namun,  penelitian  lain
menyebutkan bahwa self-esteem tidak ada kaitannya dengan presentasi diri online Gordon-Messer et al., 2013; Hudson  Fetro, 2015.
Jika  ditelisik  lebih  lanjut,  penelitian-penelitian  yang  mempelajari keterkaitan  antara  self-esteem  dengan  presentasi  diri  seksual  online  juga
menggunakan  pemahaman  self-esteem  yang  dicetuskan  oleh  Rosenberg.  Hal  ini tampak  dari  alat  ukur  yang  digunakan  pada  penelitian  tersebut.  Rosenberg
memahami self-esteem sebagai harga diri. Kelemahan dari pendekatan ini adalah adanya  sifat  heterogenitas  pada  self-esteem  yang  tinggi.  Konsekuensi  dari
heterogenitas  ini  adalah  self-esteem  kurang  mampu  membedakan  individu  yang juga  memiliki  karakter-karakter  seperti  narsisistik,  egoisme,  defensivitas,  dan
permusuhan.  Di  sisi  lain,  presentasi  diri  seksual  online  Walrave  et  al.,  2013; Walrave et al., 2015 dan perilaku selfie secara umum Kim et al., 2016 berkitan
dengan narsisistik.  Berdasarkan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa penelitian sebelumnya  bersifat  inkonklusif  karena  pemahaman  self-esteem  yang  digunakan
belum  cukup  akurat  dalam  memprediksi  perilaku  presentasi  diri  seksual  online. Dengan demikian, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan lain
yang lebih sesuai dengan konteks presentasi diri seksual online pada remaja yang telah ditemukan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Konsep self-esteem yang diduga memiliki hubungan yang lebih erat dengan kemunculan perilaku presentasi diri seksual  online adalah contingent  self-esteem
Deci  Ryan, 1995. Contingent self-esteem merupakan salah satu tipe global self- esteem.  Contingent  self-esteem  merujuk  pada  self-esteem  yang  bergantung  pada
sejauh  mana  seseorang  dapat  memenuhi  standar  atau  harapan-harapan  yang diberikan  padanya.  Dengan  menggunakan  konsep  contingent  self-esteem  dapat
diketahui  seberapa  jauh  perasaan  berharga  seseorang  bergantung  pada  hasil  dari dari  tindakan-tindakan  yang  bertujuan  untuk  memenuhi  standar  dan  harapan-
harapan  orang  lain  yang  diberikan  padanya.  Contingent  self-esteem  juga  sangat berkaitan dengan kebutuhan akan penerimaan sosial. Seseorang dengan contingent
                                            
                