Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak Tabel 2.1 Tujuan Pemeriksaan Pajak

21 Sedangkan menurut Priantara 2000:24, pemeriksaan merupakan interaksi antara pemeriksa dengan wajib pajak. Untuk itu, dibutuhkan sikap positif dari wajib pajak sehingga pelaksnaan pemeriksaan dapat lebih efektif.

2.3.1 Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak Tabel 2.1

Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak No. Peraturan Tanggal Terutang 1. UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 27072007 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 2. PP No. 80 Tahun 2007 01012008 Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan berdasarkan UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 3. PMK No. 199PMK.032007 28122007 Tata Cara Pemeriksaan Pajak 4. Per Dirjen Pajak No. PER- 19PJ2008 02052008 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor 5. Per Dirjen Pajak No. PER- 20PJ2008 02052008 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor 6. PMK No. 202PMK.032007 28122007 Tata Cara Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan 7. Surat edaran Dirjen Pajak No.SE-1PJ.042008 31122008 Kebijakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak Sumber: Prastowo, Yustinus 2009:170

2.3.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Menurut Rahayu 2010:246, tujuan pemeriksaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 545KMK 042000 tanggal 22 Desember 2000 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian Universitas Sumatera Utara 22 hukum, keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan untuk tujuan menguji kepatuhan wajib pajak, dilakukan dalam hal: a. SPT menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. b. SPT tahunan pajak penghasilan menunjukkan rugi. c. SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak tepat pada waktu yang telah ditetapkan. d. SPT yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. e. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada huruf c yang tidak dipenuhi. Pemeriksaan untuk tujuan lain, meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam hal: a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP secara jabatan. b. Penghapusan NPWP. c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak. d. Wajib pajak mengajukan keberatan. e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan neto. f. Pencocokan data dan atau alat keterangan. g. Penentuan wajib pajak berada di daerah terpencil. Universitas Sumatera Utara 23 h. Penentuan satu atau lebih tempat terutangnya pajak pertambahan nilai. i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk tujuan lain. Tujuan terutama dari pemeriksaan pajak adalah pengujian kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, kewajiban-kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak, termasuk di dalamnya tidak terkecuali adalah kewajiban para pemungut dan pemotong pajak adalah sebagai berikut: a. Wajib pajak orang pribadi dan badan, dalam hal: 1. Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. 2. Mengisi dan memasukkan SPT, dan 3. Menyelenggarakan pembukuanpencatatan. b. Pengusaha Kena Pajak, dalam hal: 1. Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 2. Mengisi dan memasukkan SPT masa PPN dan PPnBM. 3. Menerbitkan Faktur Pajak dan memungut PPN. c. Pemberi kerja, dalam hal memotong, menyetor, dan melaporkan pajak atas gaji, upah, honorarium dan sebagainya yang dibayarkan. d. Pemungut PPNPPnBM yang terdiri dari bendaharawan pemerintah, badan-badan tertentu dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara memungut, menyetor, dan melaporkan PPNPPnBM yang dipungut dari PKP. Ketentuan ini yang sebelumnya diatur dalam beberapa keputusan Menteri Universitas Sumatera Utara 24 Keuangan, telah dicabut dan dihitung mulai 1 Januari 2004 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.563KMK 032003 tanggal 24 Desember 2003, yang ditunjuk sebagai pemungut PPN adalah bendaharawan pemerintah dan kantor perbendaharaan dan kas negara. Dengan demikian badan-badan tertentu tidak lagi sebagai pemungut PPN.

2.3.3 Kriteria Pemeriksaan Pajak

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Medan/Sumatera Utara I)

30 203 130

Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Pemeriksaaan pajak dan Penagihan pajak terhadap Penerimaan Pajak (Pada kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Jakarta Selatan)

16 156 191

Analisa Atas Pemeriksaan Pajak Dan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Bandung

0 24 164

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Material Wajib Pajak Dan Implikasinya Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Bandung

3 21 152

Pengaruh Pengetahuan Pajak, Self Assestment System dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei di Kantor Pelayanan Pajak Pratama)

1 22 53

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya)

1 3 1

Pengaruh Penagihan Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survey di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya)

5 70 61

Analisis Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Medan/Sumatera Utara I)

0 1 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewajiban Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 2.1.1 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) - Analisis Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (

0 0 38

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Medan/Sumatera Utara

0 2 9