Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 terpokok yang harus dipenuhi adalah kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa aman. Setelah ia lahir, ia memerlukan pemeliharaan dari orang yang dianggapnya dapat membantunya untuk melindungi dirinya setiap saat. Anak jalanan merupakan sekelompok anak yang menghabiskan waktunysa di jalanan. Berkaitan dengan anak jalanan, umumnya mereka berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah. Anak jalanan tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiyaaan, dan hilangnya rasa kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif. Mereka itu ada yang tinggal di kota setempat, di kota lain terdekat, atau di propinsi lain. Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya karena pekerjaan, menikah lagi, atau cerai. Ada juga anak jalanan yang masih tinggal bersama keluarga, ada yang tinggal terpisah tetapi masih sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali yang tidak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada anak yang tak mengenal keluarganya. Kehidupan jalanan menimbulkan konsekuensi munculnya tindakan kekerasan dan perlakuan salah terutama bagi anak-anak. Sangat rentan bagi anak-anak jalanan khususnya perempuan terhadap perilaku kekerasan, baik kekerasan fisik, psoikologis maupun eksploitasi seksual. Partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak-anak terlantar cukup tinggi dilihat dari jumlah panti milik swasta. 8 Masalah anak merupakan masalah nasional. Segala usaha pembinaan dan pengembangannya serta perlindungan anak sepantasnya menjadi keprihatinan nasional. Suatu harapan yang membutuhkan dukungan semua pihak dalam melaksanakannya. Anak-anak jalanan adalah anak manusia yang membutuhkan pertolongan. Apabila mereka tidak ditanggulangi atau ditolong secara dini maka ia cenderung merupakan bibit potensial yang bertindak anarkis di masa depan. Anak-anak jalanan adalah juga generasi mendatang. Jika generasi mendatang 8 Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Informasi Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Departemen Sosial RI, 2008, h.17 6 anarkis maka hal ini akan menghambat kemajuan bagi suatu bangsa. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang sangat serius untuk mengatasi masalah anak jalanan ini. Salah satu penanganannya yaitu dilakukannya pembinaan terhadap anak jalanan. Selama ini upaya yang dapat dilakukan untuk menangani anak-anak jalanan biasanya adalah tentang dengan mengeluarkan mereka dari jalanan, memasukkan mereka ke tempat singgah, tempat-tempat pelatihan dan sejenisnya dengan harapan diberikan bekal pendidikan dan keterampilan tertentu, mengurangi aktivitas dan kembalinya mereka ke jalanan. Alternatif lain pembinaan terhadap anak jalanan yang dikelola secara swadaya oleh pihak swasta ataupun pemerintah adalah melalui pendirian pondok pemberdayaan anak jalanan yang terkumpul pada suatu tempat dinamakan dengan istilah Rumah Singgah. Keberadaan rumah singgah dimaksudkan sebagai tempat berteduh dan memperoleh perlindungan agar dapat bertumbuh serta berkembang seperti anak lainnya. Selama di rumah singgah, anak-anak berkumpul dari berbagai latar belakang etnis, agama tanpa dibedakan satu dengan yang lainnya. Melalui rumah singgah anak dapat bermain serta bercanda dengan sesama anak jalanan dan pekerja sosial. Program rumah singgah yang digulirkan pemerintah untuk pengentasan anak terlantar termasuk anak jalanan belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh anak-anak jalanan. Namun upaya-upaya tersebut belum dapat mengatasi permasalahan anak jalanan secara optimal. Hal ini menyebabkan fenomena anak jalanan semakin meluas dan berlarut-larut. Bentuk perlindungan yang dibutuhkan bukan sekedar memberikan tempat penampungan bagi anak, namun dapat menyerahkan mereka pada lembaga-lembaga yang peduli pada kesejahteraan dan perlindungan anak dan mempunyai kewenangan untuk mengasuh sebagaimana layaknya seorang anak agar segera tercapai pemulihan. 9 Rumah singgah ini didirikan dengan maksud untuk membantu pemerintah di dalam menangani masalah anak-anak jalanan. Rumah singgah ini tidak hanya 9 Singgih B Setiawan, Pemberdayaan Anak Jalanan Berbasis Keluarga, Jakarta: Suara Karya, 2000, H. 77 7 digunakan sebagai tempat singgah saja bagi anak-anak jalanan tetapi di rumah singgah ini anak jalanan dapat tinggal untuk sementara waktu dan mereka memperoleh binaan. Rumah singgah berupaya menawarkan pembinaan dan bimbingan kepada anak-anak jalanan, sehingga diharapkan kehidupan anak tersebut akan menjadi baik, dan mereka tidak lagi turun ke jalan. Salah satunya adalah rumah singgah Al-Abror yang berada di Palmerah Jakarta Barat. Rumah singgah ini menampung banyak anak jalanan dari latar belakang yang berbeda-beda. Setiap rumah singgah pasti mempunyai visi misi untuk mensukseskan tujuan tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai bagaimana kegiatan yang diselenggarakan oleh rumah singgah Al-Abror dalam mengupayakan pendidikan akhlak anak-anak jalanan. Dengan judul Peran Rumah Singgah Dalam Upaya Peningkatan Pendidikan Akhlak Anak Jalanan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, berikut akan dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan waktu untuk belajar bagi anak jalanan. 2. Buku-buku pelajaran yang terbatas dan seadanya untuk bahan belajar anak jalanan. 3. Kondisi ekonomi yang lemah anak jalanan sehingga mereka harus bekerja setiap hari. 4. Kecenderungan anak jalanan untuk melakukan akhlak yang tidak terpuji. 5. Lingkungan kota di pinggir jalan yang tidak layak untuk kegiatan pendidikan untuk anak-anak.

C. Pembatasan Masalah

Atas dasar identifikasi masalah di atas, maka agar penelitian dapat terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis hanya membatasi masalah 8 pada : Peran Rumah Singgah Dalam Upaya Peningkatan Pendidikan Akhlak Anak Jalanan Studi Kasus Di Al-Abror Palmerah Jakarta Barat.

D. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimanakah karakteristik dan latar belakang anak jalanan? 2. Bagaimanakah interaksi sosial anak jalanan? 3. Sejauh manakah peran rumah singgah Al-Abror dalam meningkatkan pendidikan akhlak anak jalanan? 4. Sejauh manakah keefektifan rumah singgah Al-Abror dalam upaya peningkatan pendidikan akhlak anak jalanan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan karakteristik dan latar belakang anak jalanan. 2. Mendeskripsikan interaksi sosial anak jalanan. 3. Untuk menjelaskan sejauh mana peran rumah singgah Al-Abror dalam meningkatkan pendidikan akhlak anak jalanan. 4. Menganalisa peran rumah singgah Al-Abror dalam upaya peningkatan pendidikan akhlak anak jalanan.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini maka hasilnya diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu: 1. Penulis, sebagai pelaksana di dalam rumah singgah Al-Abror, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi berbagai pendekatan dan kegiatan yang tepat bagi anak-anak yang baru mengenal rumah singgah ini, untuk mereka mesnjadi betah atau keinginan untuk menetap hingga mereka punya keterampilan yang memadai untuk hidup dalam masyarakat. 9 2. Pihak pengurus rumah singgah Al-Abror, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pengurus rumah singgah untuk meningkatkan usaha-usaha ke arah pembinaan bagi anak-anak jalanan. Dengan demikian rumah singgah dapat semakin berperan dalam mengatasi permasalahan anak jalanan. 3. Masyarakat, sebagai informasi bagi masyarakat mengenai kegiatan pembinaan terhadap anak jalanan yang dilakukan oleh rumah singgah, sehingga masyarakat mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh rumah singgah dalam membantu anak jalanan dan diharapkan masyarakat dapat lebih berperan dalam membantu anak jalanan dan memberikan contoh moral yang baik ketika berada di jalan. 4. Anak jalanan, sebagai informasi bagi anak jalanan agar mereka mengetahui pentingnya pembinaan yang diberikan di rumah singgah. Dengan demikian anak-anak jalanan tersebut dapat memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh rumah singgah dan mereka tidak lagi turun ke jalan. Serta menjadi seseorang yang berakhlak mulia. 5. Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan tambahan informasi pengetahuan, dan wawasan mengenai kehidupan anak-anak yang ada di Indonesia dalam kategori anak-anak jalanan, sehingga dapat menjadi referensi bagi penelitian- penelitian sejenis ini. 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian dan Dasar Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak terdapat dua kata, yaitu pendidikan dan akhlak. Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. 1 Menurut Hasbullah, pendidikan ialah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi. 2 Pendidikan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses pengubahan cara berfikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan dan latihan-latihan. 3 Menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I point I disebutkan: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 1 Hamdani Ihsan, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001, Cet. II, H. 28 2 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, H. 1 3 Peter Salim, Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 1991, hal.353 mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 4 Secara bahasa pendidikan berasal dari kata didik yang artinya pemeliharaan, asuhan, pimpinan atau bimbingan. 5 Dengan demikian berarti pendidikan adalah bimbingan untuk mencapai kedewasaan anak didik yang kemudian pada suatu saat tertentu anak didik akan kembali kepada masyarakat. Adapun secara istilah menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi adalah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain guru. Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati. 6 Dari beberapa pengertian di atas, maka pendidikan adalah usaha mengembangkan potensi yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada anak didik secara sadar, dimana proses tersebut mempunyai tujuan yang di dalamnya terdapat nilai-nilai moral, bangsa, agama dan keterampilan agar berguna untuk dirinya dan masyarakat. Pendidikan sebagai upaya pembangunan masyarakat menuju kondisi terbaik merupakan pengharapan semua orang. Setiap orang berusaha untuk meningkatkan kompetensi dirinya dengan pendidikan. Oleh karena itulah, berbagai usaha dilakukan agar dapat mengikuti proses pendidikan. Para orangtua terus berusaha agar anak-anaknya berkesempatan mengikuti proses pendidikan sejak tingkatan rendah hingga tingkatan tinggi. Mereka tidak memperdulikan kondisi keluarga, yang terpenting anak-anak berkesempatan mengikuti proses pendidikan. Dilihat dari sudut bahasa , perkataan akhlak adalah bentuk jamak dari kata Khulk. Khulk di dalam Kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah 4 Tim Penyusun Sisdiknas, Undang-undang tentang Sisdiknas dan Peraturannya 2000-2004, Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004, H. 8 5 WJS. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, cet. Ke-5, hal.250 6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosda Karya, 2000, cet. Ke-3, hal.26