4.2. Partai Politik
Atzo Nicolai menyatakan dalam pidatonya dalam simposium “Turkey and The EU: Lo
oking Beyond Prejudice” pada 4 April 2004, bahwa, “Turkey can count on the Netherlands, during its Presidency, to do its
utmost to ensure a fair and objective decision.” “Religion will not be an issue. Our motto will be, “a deal is a deal”” Nicolai, 2004:16
Artinya: “Turki bisa mengandalkan Belanda, ketika masa Belanda sebagai
pemimpin Uni Eropa, dan dengan sepenuhnya memastikan keputusan yang adil dan objektif.” “Agama tidak akan menjadi isu. Motto kami akan menjadi,
“kesepakatan adalah kesepakatan””. Meskipun ada janji secara lisan yang disampaikan oleh anggota kabinet
Belanda, para anggota di dalam kabinet Belanda yang lain, ada yang tidak meyakini dengan pesan yang disampaikan oleh Nikolai. Bahkan beberapa dari
anggota kabinet tetap melakukan penolakan terhadap masuknya Turki ke Uni Eropa. Dua tokoh CDA, Cees Veerman, Menteri Pertanian, dan Aart Jan de Geus,
Menteri Sosial, berpendapat bahwa accession dari sebuah negara Islam besar seperti Turki, tidak konsisten dengan warisan Kristen di Eropa Hollander,
2007:18. Tak luput juga, dari anggota VVD pun demikian. Menteri Dalam Negeri,
Johan Remkes, Menteri Kesehatan, Hans Hoogevorst, dan Menteri Keuangan, Gerrit Zalm, menolak masuknya Turki karena faktor ekonomi, yang
dikhawatirkan memungkinkan terjadinya imigrasi besar-besaran oleh Turki ke
negara anggota Uni Eropa dan menambah beban bagi negara anggota yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi Hollander, 2007:18.
The Christian Democratic Party CDA Partai pengusung dua orang terpenting di Belanda, Perdana Menteri Jan
Peter Balkenende dan Menteri Luar Negeri Bernard Bot, memiliki kritik terhadap keanggotaan Turki di Uni Eropa. Meski Balkenende dan Bot, sama-sama
mendukung accession negotiations Turki ke Uni Eropa secara konsisten mengenai keanggotaan resmi Turki. Namun demikian, tetap ada pandangan kontra, meski
pandangan kontra yang dibawa anggota partai CDA lainnya berfokus kepada pandangan agama Turki yang merupakan Islam ketakutan terhadap Islam ekstrim
atau Islamophobia. Kekhawatiran yang ditakutkan oleh anggota CDA tersebut ditentang oleh
Maxime Verhagen, ketua dari fraksi parlemen, menyatakan dengan jelas bahwa agama bukan sesuatu hal yang dijadikan perdebatan atas accession Turki ke Uni
Eropa Hollander, 2007:18. Hal tersebut serupa dengan yang dikatakan oleh senior CDA, Arie Oostlander, bahwasanya permasalahan antara Turki dan Uni
Eropa semata-mata permasalahan politik dan sistem pemerintahan yang berlaku Beyond Enlargement Fatigue, 2006:6.
The Liberal Party VVD Partai besar lainnya yang terbagi dalam pro-kontra accession Turki adalah
VVD. Atzo Nikolai yang merupakan sekertaris urusan Eropa, secara konsisten mendukung keanggotaan Turki, dan juga memainkan peranan penting dalam
memediasi Turki, hal tersebut tidak hanya terlihat dari perkataannya yang telah
disebutkan sebeumnya, tetapi dari aksi nyata yang Nikolai lakukan dalam membawa misi penyuksesan accession Turki ke Uni Eropa. Meski pun Nikolai
menjadi bagian yang mendukung, lain halnya dengan para koleganya di partai dimana Nikolai berada. Anggota VVD, para kolega Nikolai, baik yang berada di
kabinet dan fraksi liberal parlemen tidak teryakini dengan perkataan Nikolai, dan menunjuk bahwa Turki hanya akan menambah beban keuangan di Belanda
Hollander, 2007:21. Namun akhirnya, VVD tetap menyepakati dan mengikuti kemauan pemerintah, yaitu mendukung accession Turki ke Uni Eropa.
The Labour Party PvdA Ketika dua partai besar di Belanda masih memiliki sedikit keraguan
terhadap Turki, lain halnya dengan PvdA yang justru mendukung accession Turki secara penuh. Pada tahun 2004, Frans Timmermans, anggota PvdA pernah
menyatakan bahwa, “Jika kita menolak Turki atas dasar Islam, sama saja dengan mengatakan kepada jutaan penduduk Muslim yang tinggal disini, bahwa, kalian
tidak diterima disini” Beyond Enlargement Fatigue, 2006:16. Pernyataan Timmermans tersebut cukup tegas dalam dukungannya
terhadap masuknya Turki ke Uni Eropa. Hal serupa pun ditunjukan oleh koleganya yang merupakan pemimpin PvdA, Wouter Bos yang menyatakan dalam
tulisannya dalam surat kabar Volkskrant bahwa, Turki merupakan milik Uni Eropa, dan Turki yang memiliki fokus terhadap Uni Eropa adalah pendukung
dalam menjaga perdamaian dan keamanan di benua Eropa Beyond Enlargement Fatigue, 2006:16.
Pernyataan secara langsung dari pimpinan partai biasanya merupakan pernyataan yang cukup krusial jika ada perbedaan diantara anggotanya, tapi tidak
demikian dengan PvdA, yang mengikuti instruksi dari pimpinannya dalam mendukung accession Turki ke Uni Eropa.
Dari ketiga partai besar tersebut, hampir mengatakan hal senada, yaitu, mendukung bergabungnya Turki ke Uni Eropa. Hal yang menjadi pertimbangan
bahwa ketiga partai ini mendukung Turki ke Uni Eropa adalah mengenai multikultural yang ada di Belanda. Sejak awal berdirinya, Kerajaan Belanda
merupakan sebuah melting pot atau tempat pertemuan berbagai perbedaan budaya yang saling berasimilasi dan berakulturasi dengan baik. Selain itu, Turki dinilai
mampu untuk menanggulangi permasalahan transatlantic dan juga sebagai jembatan Uni Eropa terhadap dunia Islam.
Berbeda pandangan dengan partai-partai minoritas di Belanda, yang menjadi oposisi dari tiga partai besar tersebut. SP, LPF, dan partai minoritas lain,
menolak atas apa yang di ajukan oleh pemerintah dalam mendukung accession Turki ke Uni Eropa. Basis atau dasar yang diutarakan oleh partai-partai ini adalah
mengenai perihal imigrasi besar-besaran yang akan menyerang Belanda, yang nantinya dapat menyebabkan krisis identitas Eropa khususnya Belanda. Ketakutan
terhadap Islam juga menjadi pemikiran partai-partai ini dalam menolak Turki ke Uni Eropa. Partai-partai tersebut juga berpendapat bahwa Uni Eropa merupakan
kebudayaan Kristen.
4.3. Kelompok Kepentingan