Prinsip Kebijakan Luar Negeri Belanda

menghentikan imigrasi dan melakukan penentangan terhadap Islam, yaitu Freedom Party PVV, dipimpin oleh poitikus kontroversi, Geert Wilders, yang senantiasa melancarkan berbagai kritikan terhadap Islam. Dan yang terakhir adalah Party of the Animals PvdD yang bertujuan untuk mensejahterakan serta melindungi hak hewan atau binatang The Dutch Political System in Nutshell, 2008:14.

2.3. Prinsip Kebijakan Luar Negeri Belanda

Prinsip kebijakan luar negeri Belanda berasaskan kepada tiga hal, yaitu kebijakan mengenai keamanan dan HAM, unifikasi Uni Eropa atau integrasi Uni Eropa, serta bantuan untuk pembangunan kepada negara-negara berkembang Baehr, 1980:223. Sudah dalam kurun waktu yang lama Belanda melakukan serangkaian aksi dalam mepromosikan sistem internasional yang stabil. Mempromosikan Hak Asasi Manusia keseluruh dunia juga merupakan hal yang telah dilakukan Belanda, seperti penentangan terhadap terorisme, diskriminasi dan lainnya. Proteksi atas kehidupan manusia serta memberikan jaminan secara utuh, adalah merupakan HAM yang relevan bagi setiap orang di dunia. Salah satu cara Belanda menjalankan prinsip kebijakan luar negerinya adalah dengan bantuan dari The Center for International Legal Cooperation CILC. CILC merupakan organisasi non-profit yang membantu Belanda dalam memberikan perkembangan serta menjalankan prinsip kebijakan LN Belanda Annual Report 2007:6. Selain itu Belanda juga memiliki agenda mengenai bantuan kepada negara- negara berkembang. Dalam hal ini pemerintahan Belanda membentuk sebuah lembaga yang bertanggung jawab atas hal tersebut, yaitu Official Development Assistance ODA. Fokus dari ODA adalah menjadi donatur bagi negara-negara miskin. Belanda akan selalu bersama negara termiskin Considerations on ODA, 2013. Maksud dari perkataan tersebut menjurus kepada perhatian Belanda secara khusus terhadap negara-negara berkembang atau bahkan negara-negara miskin. Belanda akan terus berjuang melawan kemiskinan dan menciptakan kesetaraan menyeluruh bagi setiap masyarakat di dunia. Ketiga, mengenai unifikasi serta integrasi Uni Eropa, Belanda memiliki tanggung jawab terhadap kestabilan serta selalu memberikan dukungannya secara penuh terhadap Uni Eropa. Dukungan Belanda ini tercermin dari sikap serta aksi politiknya dengan cara melalui lembaga-lembaga yang ada dan atau bekerjasama dengan Uni Eropa. Sebut saja, NATO, Lembaga Ekonomi Eropa, dan bahkan sampai pengembangan terhadap Rules of Law bagi negara-negara yang sedang mengalami krisis internal atau eksternal serta negara-negara yang menginginkan masuk ke Uni Eropa, tetapi masih memiliki permasalahan pada sektor tersebut, yang dinamakan dengan Program Matra. 2.4. Posisi Belanda di Uni Eropa Secara historis, Belanda merupakan salah satu pendiri Uni Eropa bersama dengan Belgia, Perancis, Jerman, Italia, Luxemburg http:europa.eu. Meskipun Belanda tidak sebesar Jerman atau Perancis, Belanda memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam hal ide dan pemikiran terhadap Uni Eropa, baik dari segi pembuat perundang-undangan Uni Eropa. Belanda juga merupakan salah satu kekuatan ekonomi besar di dunia. Belanda juga merupakan pemberi sumbangan terbesar untuk Uni Eropa. Dasar dari pengaruh Belanda di Uni Eropa, ditunjukan dengan keseriusan Belanda terhadap Uni Eropa, dengan menjadikan Uni Eropa sebagai salah satu dasar prinsip dari kebijakan politik luar negeri Belanda. Berdasarkan hasil keputusan dari pertemuan Uni Eropa di Kopenhagen pada tahun 2002, bahwa proses masuknya Turki akan dilakukan kembali, dan jika pada Desember 2004 Turki memenuhi kriteria yang diajukan, Uni Eropa akan membuka accession negotiations terhadap Turki tanpa adanya penundaan Council of European Union, 2003. Hasil tersebut sebenarnya sejalan dengan keinginan pemerintah Belanda yang menginginkan Turki menjadi anggota dari Uni Eropa. Ada sebuah keuntungan sekaligus hambatan bagi Belanda, yaitu, pada tahun 2004, kepresidenan Uni Eropa di jabat oleh Belanda. Terjadi sedikit keraguan atau bahkan ketidakjelasan atas apa yang akan dilakukan Belanda mengenai langkah dalam membawa Turki ke Uni Eropa Hollander, 2007:17. Meskipun demikian, ada keinginan Belanda yang lain, yaitu mensuksekan proses kepemimpinan Belanda hingga akhir. Pada masa Belanda sebagai pemimpin Uni Eropa pada tahun 2004, Belanda semaksimal mungkin menjadi mediator atas pre-accession Turki. Hal tersebut ditunjukan dari sikap yang dilakukan oleh Perdana Menteri Belanda, Jan Peter Balkenende, dan Menteri Luar Negeri Belanda, Bernard Bot meyakinkan negara-negara Uni Eropa lainnya untuk meloloskan Turki menjadi anggota tetap Uni Eropa. Bisa dikatakan bahwa, pemerintah Belanda sebagai “penyambung lidah” antara Uni Eropa dan Turki.

2.5. Sikap Belanda Terhadap Proposal Keanggotaan Turki