48
yang berusia 41-50 tahun sebanyak 43 orang dengan persentase sebesar 42,15 . Kemudian diurutan kedua adalah orang yang berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak
33 orang dengan persentase sebesar 32,35 , kemudian di tempat ketiga adalah orang yang berusia 51 tahun keatas sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar
15,69 , kemudian di tempat keempat adalah orang yang berusia 21-30 tahun yaitu sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 8,82 dan ditempat terakhir
adalah orang yang berusia 15-20 tahun sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 0,99 . Berikut ini adalah Gambar 5 yang menyajikan data tentang
karakteristik responden berdasarkan usia.
Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Koperasi Kodanua
memberikan pinjaman kredit kepada orang dengan usia yang lebih cenderung kepada orang dengan matang yaitu usia 41
– 50 sebanyak 43 orang, kemudian usia 31
– 40 sebanyak 33 orang dan orang yang berusia 51 tahun keatas sebanyak 16 orang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut nasabah dianggap sudah matang
1 9
32 42
16
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
15-20 tahun 21-30 tahun
31-40 tahun 41-50 tahun
51 tahun keatas
49
dan siap dalam mengelola pinjaman yang diberikan Koperasi serta dianggap sudah memiliki banyak pengalaman dalam dunia usaha. Sehingga dapat dipercaya
untuk diberikan kredit secara sesuai karena dinilai telah siap dan mampu menggunakan pinjaman kredit tersebut dengan tepat guna.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan didominasi oleh orang yang memiliki pendidikan terakhir ditingkat SMA sebanyak 52 orang
dengan persentase sebesar 50,99 , kemudian pada posisi selanjutnya adalah orang yang memiliki pendidikan terakhir ditingkat SMP sebanyak 40 orang
dengan persentase sebesar 39,21 , kemudian pada posisi selanjutnya adalah orang yang memiliki pendidikan terakhir ditingkat SD sebanyak 6 orang dengan
persentase sebesar 5,88 , dan diposisi selanjutnya adalah orang yang memiliki pendidikan terakhir ditningkat diploma yaitu sebanyak 4 orang dengan persentase
sebesar 3,92 , dan tidak ada orang yang memiliki pendidikan terakhir ditingkat sarjana. Berikut ini adalah Gambar 6 yang menyajikan data tentang karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan.
50
Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan didominasi oleh orang
yang memiliki pendidikan terakhir tingkat SMASMK hal ini disebabkan karena semakin tinggi pendidikan dari nasabah maka nasabah tersebut akan semakin
matang dan bijak dalam ilmunya sehingga dinilai mampu untuk menjalankan usaha dan juga menunaikan kewajibannya dalam kredit kepada Koperasi. Namun
dalam hal wirausaha pendidikan bukan satu-satunya faktor yang menentukan kematangan dalam mengelola usahanya. Kematangan pengalaman juga
dibutuhkan, oleh karena itu diurutan kedua adalah orang yang memiliki
pendidikan terkahir pada tingkat SMP, SD, kemudian D3.
6
39 51
4 0
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
SD SMP
SMASMK Diploma
Sarjana
51
Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha Agribisnis
Karakteristik anggota dan calon anggota Koperasi Kodanua berdasarkan usaha agribisnis didominasi oleh orang yang memiliki usaha berdagang sayur dan
restaurant sebesar 30 dari 102 usaha agribisnis yang ada di Koperasi Kodanua. Hal ini dikarenakan mayoritas anggota dan calon anggota Koperasi Kodanua
berdagang disekitar pasar dan juga memiliki lebih banyak anggota dan calon anggota yang berjualan keperluan konsumsi sehari-hari. Kemudian terdapat 3
usaha dengan persentase sebesar 10 yaitu usaha yang bergerak dalam menjual kurma, ikan dan daging. Lalu yang terakhir sebanyak 5 yaitu usaha yang
bergerak dalam penjualan unggas dan pedagang buah.
30
10
5 10
10 30
5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha Agribisnis
Pedagang Sayur Pedagang Daging
Pedangan Unggas Pedagang Kurma
Pedagang Ikan Restoran
Pedagang Buah
52
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Pada Usaha Agribsisnis di Koperasi Kodanua
Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit pada usaha agribsinis studi kasus di Koperasi Kodanua penelitian ini
dibuat untuk melihat kesesuaian realisasi kredit yang ada di Koperasi Kodanua. Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh dalam realisasi kredit di Koperasi
Kodanua ada 5 variabel, yaitu variabel karakter, kapasitas, modal, kondisi, dan jaminan atau agunan. Variabel tersebut didapatkan berdasarkan informasi dari
Koperasi Kodanua dan juga berdasarkan studi pustaka yang kemudian dianalisis menggunakan persamaan regresi linear berganda dengan program SPSS 21.
5.1.1 Pembahasan Tentang Variabel Karakter
Pendapat Rahmat Firdaus dan Maya Arianti 2004 tentang karakter character adalah sebagai berikut, dasar dari suatu pemberian kredit adalah atas
dasar kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank bahwa peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif
serta mempunyai tanggungjawab yang baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan
kegiatan usahanya. Semakin baik nilai karakter anggota dan calon anggota Koperasi Kodanua maka akan semakin besar peluang untuk mendapatkan realisasi
53
kredit yang sesuai dengan harapan anggota atau calon anggota tersebut. Begitupun dengan sebaliknya, anggota dan calon anggota yang memiliki karakter yang
kurang baik maka kemungkinan untuk mendapatkan realisasi kredit yang sesuai dengan harapannya akan semakin kecil. Semakin buruk nilai karakter dari anggota
dan calon anggota maka kemungkinan untuk mendapat realisasi kredit yang sesuaipun akan semakin kecil.
Pada penelitian ini digunakan 4 indikator dalam variabel karakter yang didapatkan berdasarkan wawancara dan teori yang terkait penelitian ini, indikator
yang dipakai adalah tanggung jawab, kerja sama, rasa memiliki, dan komitmen yang tinggi. Indikator ini diambil berdasarkan fakta yang dilihat dan didapat dari
lapangan, keempat indikator inilah yang dipakai oleh Koperasi untuk menilai apakah anggota dan calon anggota yang mengajukan pinjaman layak untuk
mendapatkan realisasi pinjaman tersebut dengan nilai yang sesuai dengan yang diajukan.
Tanggung jawab merupakan indikator pertama yang digunakan, karena orang yang memiliki tanggung jawab yang tinggi akan menunaikan kewajibannya
dengan baik sehingga semakin bertanggung jawab seseorang dinilai semakin mampu untuk memenuhi kewajibannya termasuk kewajiban kreditnya. Kerja
sama merupakan indikator kedua yang digunakan dalam penelitian ini, karena orang yang dapat bekerja sama dengan baik akan mampu untuk bersosialisasi
dengan baik, sehingga ketika mendapatkan kredit maka akan dapat bekerja sama dengan Koperasi dalam hal pembayaran kredit dengan baik. Indikator ketiga yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rasa memliki, karena ketika seseorang memiliki rasa memiliki yang tingga maka ketika memebutuhkan pinjaman pasti
54
akan menghubungi Koperasi sehingga seseorang tersebut dianggap loyal dan setia terhadap Koperasi dan dianggap tidak akan merugikan Koperasi karena rasa
memiliki yang tinggi terhadap Koperasi. Indikator yang terakhir adalah komitmen yang tinggi, orang yang memiliki komitmen yang tingg dinilai mampu untuk
melaksanakan kewajiban kreditnya dengan tepat waktu dan dapat memenuhi janji yang dibuatnya. Oleh kerena itu keempat indikator ini dinilai mampu untuk
menggambarkan variabel kredit.
5.1.2 Pembahasan Tentang Variabel Kapasitas
Menurut Ismail 2010 Kapasitas Capacity ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu
kredit. Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan calon debitur tersebut. Kemampuan keuangan calon debitur sangat penting karena merupakan sumber
utama pembayaran kembali kredit yang diberikan oleh bank. Semakin baik kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya, maka akan semakin baik
kemungkinan kualitas kreditnya, artinya dapat dipastikan bahwa kredit tersebut dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.
Dalam penelitian ini digunakan 3 indikator untuk menggambarkan variabel kapasitas, indikator tersebut adalah omset usaha perbulan, pendapatan bersih
perbulan, dan pengalaman kredit. Ketiga indikator ini didapat berdasarkan atas wawancara dan teori yang terkait dengan penelitian ini. Indikator ini digunakan
oleh Koperasi Kodanua untuk menilai kapasitas seseorang. Karena kapasitas seseorang dilihat dari kemampuan orang tersebut dalam
mengelola usahanya guna memenuhi kewajiban kreditnya, omset usaha perbulan
55
dinilai menggambarkan variabel kapasitas, karena dapat diasumsikan bahwa dengan besarnya omset, maka akan diikuti dengan besarnya keuntungan.
Kemudian pendapatan bersih perbulan juga dinilai menggambarkan variabel kapasitas, karena pendapatan bersih yang baik dan meningkat menandakan bahwa
orang tersebut mampu dan dapat mengelola usaha dengan baik, dan mampu untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, termasuk kewajiban dalam membayar kredit.
Pengalaman kredit adalah indikator ketiga yang digunakan oleh Koperasi dalam melakukan analisis untuk menentukan apakah orang tersebut layak mendapatkan
pinjaman yang sesuai atau tidak, karena pengalaman dalam kredit dinilai dapat menunjukkan bahwa orang tersebut paham dan mengerti tentang kegiatan kredit.
Sehingga dinilai mampu untuk mengelola dan menggunakan pinjaman tersebut dengan baik, banyaknya pengalaman kredit seseorang juga menunjukkan bahwa
orang tersebut dipercaya oleh lembaga peminjaman untuk mendapatkan kredit, namun pengalaman kredit juga dinilai dari kelancaran kredit yang dilakukan oleh
orang tersebut, apakah orang tersebut pernah memiliki masalah dalam kreditnya juga dilihat dalam menilai pengalaman kredit seseorang. Ketiga indikator ini
dinilai dapat menggambarkan kapasitas seseorang untuk mendapatkan realisasi kredit yang sesuai dengan yang diharapkan.
5.1.3 Pembahasan Tentang Variabel Modal
Menurut Ismail 2010 Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek kredit perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal merupakan jumlah
modal yang dimiliki oleh calon debitur atau berapa banyak dana yang akan diikutsertakan dalam proyek yang dibiayai oleh calon debitur. Semakin besar
56
modal yang dimiliki oleh calon debitur akan semakin meyakinkan bagi Koperasi akan keseriusan calon debitur dalam melakukan usahanya, karena tidak mungkin
seseorang yang memiliki usaha dengan mengeluarkan modal pribadi yang besar akan menyia-nyiakan modalnya tersebut. Sehingga semakin tinggi modal pribadi
yang ditanamkan pada usaha tersebut, maka akan semakin tinggi kemungkinan mendapatkan realisasi kredit yang sesuai dengan harapan anggota dan calon
anggota tersebut. Untuk menggambarkan variabel modal, dalam penelitian ini digunakan 2
indikator yaitu besarnya modal pribadi dan baiknya laporan keuangan. Besarnya modal pribadi menggambarkan variabel modal, karena semakin besar modal
pribadi yang ditanamkan seseorang pada usahanya maka akan semakin serius orang tersebut mengelola usahanya, kemudian diasumsikan bahwa dengan
pengelolaan yang serius akan mendapatkan keuntungan sehingga dengan keuntungan tersebut orang tersebut akan mampu membayar kewajiban kreditnya.
Kemudian indikator kedua yaitu baiknya laporan keuangan, baiknya laporan keuangan menunjukkan bahwa adanya keseimbangan antara pendapatan dan
pengeluaran. Artinya adalah tidak terjadi pengeluaran berlebih dan baik dalam melaksanakan beban-beban yang ditanggung oleh perusahaannya. Baiknya
laporan keuangan dapat dilihat dari baiknya laporan neraca, dan juga laporan laba rugi, sehingga ini menjadi alat untuk meyakinkan Koperasi untuk memberikan
realisasi kredit yang sesuai dengan yang diharapkan. Dan juga menjadi bahan pertimbangan Koperasi ketika melihat laporan keuangan dari calon debitur dalam
perealisasian kredit.
57
5.1.4 Pembahasan Tentang Variabel Kondisi
Menurut Kasmir 2011 dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang
akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan
kredit tersebut bermasalah relatif kecil. Anggota dan calon anggota Koperasi Kodanua yang memiliki kondisi usaha yang baik dalam menghadapi kondisi
ekonomi, sosial dan politik maka kemungkinan untuk mendapatkan realisasi kredit yang sesuai juga semakin besar.
Dalam penelitian ini digunakan 3 indikator untuk menggambarkan variabel kondisi. Ketiga indikator tersebut adalah pengaruh kondisi ekonomi, sosial, dan
politik terhadap usaha anggota dan calon anggota Koperasi. Pengaruh kondisi ekonomi terhadap usaha anggota dan calon anggota Koperasi Kodanua
menggambarkan variabel kondisi karena usaha anggota yang mampu bertahan oleh pengaruh ekonomi global dapat dikatakan sebagai usaha yang baik dan layak
untuk mendapatkan pinjaman. Ketidak pastian ekonomi menjadi faktor penting dalam penilaian Koperasi terhadap usaha dari calon peminjam. Usaha yang dapat
bertahan dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti diasumsikan sebagai usaha yang layak mendapatkan pinjaman kredit dari Koperasi.
Indikator kedua adalah pengaruh kondisi sosial terhadap usaha anggota dan calon anggota Koperasi, indikator tersebut dapat menggambarkan variabel kondisi
karena usaha yang mampu bertahan dalam kondisi sosial masyarakat yang berubah-ubah diasumsikan sebagai usaha yang baik. Karena tingkah laku, selera
dan ekonomi masyrakat disekitar tempat usaha akan berbeda dan selalu berubah
58
mengikuti zaman. Oleh karena itu usaha yang dapat merangkul kondisi sosial masyarakat yang berbeda dan berubah-ubah diasumsikan sebagai usaha yang baik,
karena dengan begitu usaha tersebut akan bertahan lama dan akan mendapatkan keuntungan yang stabil bahkan meningkat, sehingga layak mendapatkan pinjaman
sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tersebut. Indikator yang ketiga adalah pengaruh politik terhadap usaha anggota dan
calon anggota Koperasi, indikator tersebut dianggap dapat menggambarkan variabel kondisi karena usaha yang dapat bertahan dalam kondisi politik yang
berubah-ubah dan dengan kebijakan-kebijakan yang juga berubah-ubah diasumsikan sebagai usaha yang baik. Indonesia dengan sistem politik multi partai
akan melahirkan kebijakan yang berbeda-beda setiap menghadapi pemerintahan baru. Karena setiap partai dan pemimpin pasti memiliki pemikiran tentang
kebijakan yang berbeda pula, oleh karena itu usaha yang dapat bertahan walaupun dengan kebijakan-kebijakan yang kadang tidak mendukung usahanya
dikategorikan layak untuk mendapat pinjaman yang sesuai dengan keinginan orang tersebut.
5.1.5 Pembahasan Tentang Variabel Jaminan
Menurut Rahmat Firdaus dan Maya Arianti 2004 yang dimaksud dengan jaminan collateral ini yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh
peminjamdebitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat jaminan collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan
kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal. Jaminan juga dapat dipakai sebagai
59
alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang saat kredit tersebut harus dilunasi.
Anggota dan calon anggota yang memiliki nilai dan jenis jaminan yang memenuhi persyaratan Koperasi maka akan semakin tinggi juga kemungkinan
untuk mendapatkan realisasi kredit yang sesuai dengan harapan anggota dan calon anggota tersebut. Indikator yang digunakan dalam variabel jaminan ini ada 2
indikator, yaitu nilai agunan dan jenis agunan. Nilai agunan dianggap menggambarkan variabel jaminan karena semakin
besar nilai agunan maka akan semakin memperbesar kemungkinan mendapatkan realisasi kredit yang sesuai dengan yang diinginkan, karena jaminan adalah
sebuah benda atau alat yang dijaminkan kepada Koperasi sebagai alat pembayaran alternatif ketika terjadi hal yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan
pembayaran kredit, seperti kebangkrutan usaha, atau terjadi sesuatu hal yang menyebabkan kredit macet. Nilai dari besarnya agunan juga berbeda-beda setiap
lembaga, oleh karenanya dengan memberikan agunan yang sesuai dengan persyaratan Koperasi, maka akan semakin besar kemungkinan mendapatkan
pinjaman yang sesuai. Jenis agunan juga menggambarkan variabel kredit karena jenis agunan
merupakan hal penting karena semakin liquid jenis agunan akan semakin baik benda tersebut dijadikan agunan. Tentunya masing-masing lembaga memiliki
peraturan atau persyaratan jenis agunan yang berbeda-beda, oleh karea itu semakin memenuhinya persyaratan dari jenis agunan tersebut maka akan semakin
besar kemungkinan untuk mendapatkan pinajaman yang sesuai dengan keinginan orang tersebut.
60
5.1.6 Nilai Koefisien Regresi Variabel
Berikut ini adalah Tabel 4 yang akan menyajikan data tentang hasil regresi Hasil regresi dari faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit pada usaha
agribsinis di Koperasi Kodanua. Tabel 4. Hasil Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit Pada
Usaha Agribsinis di Koperasi Kodanua No. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi
Kredit Pada Usaha Agribsinis di Koperasi Kodanua
Koefisien Regresi 1
Karakter X1 0,122
2 Kapasitas X2
0,274 3
Modal X3 0,265
4 Kondisi X4
0,205 5
Jaminan atau Agunan X5 0,446
Konstanta -0,928
Sumber : Data Primer diolah Berdasarkan Tabel 4 diatas persamaan regresi linear yang didapat untuk faktor-
faktor yang mempengaruhi realisasi kredit pada usaha agribsinis di Koperasi Kodanua adalah sebagai berikut :
Y = -0,928 + 0,122 X
1
+ 0,274 X
2
+ 0,265 X
3
+ 0,205 X
4
+ 0,446 X
5
Pada penelitian ini realisasi kredit adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain dengan kata lain realisasi kredit adalah variabel dependent atau
variabel Y. Variabel X yang mempengaruhi realisasi kredit ini atau variabel independent terdiri dari 5 variabel yaitu karakter, kapasitas, modal, kondisi dan
jaminan. Pada persamaan regresi diatas nilai konstanta adalah -0,928 yang berarti bahwa realisasi kredit akan bernilai -0,928 ketika faktor independent yaitu
karakter, kapasitas, modal, kondisi dan jaminan bernilai nol. Faktor pertama yang diduga memiliki pengaruh terhadap realisasi kredit di
Koperasi Kodanua adalah karakter. Berdasarkan hasil analisis persamaan regresi
61
linear berganda variabel karakter memiliki nilai koefisien sebesar 0,122 hal ini berarti karakter memiliki hubungan searah dengan realisasi kredit, maksudnya
adalah ketika nilai karakter anggota dan calon anggota Koperasi Kodanua naik sebesar 1 satuan maka nilai dari realisasi kredit akan naik sebesar 0,122 satuan
dengan asumsi variabel lain konstan. Faktor kedua yang diduga memiliki pengaruh terhadap realisasi kredit di
Koperasi Kodnua adalah kapasitas. Berdasarkan hasil dari persamaan regresi linear berganda didapatkan nilai koefisien dari variabel kapasitas adalah 0,274
artinya variabel kapasitas memiliki hubungan searah dengan realisasi kredit, maksudnya adalah ketika nilai kapasitas dari anggota atau calon anggota Koperasi
Kodanua naik sebesar 1 satuan maka nilai dari realisasi kredit akan naik sebesar 0,274 satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
Faktor ketiga yang diduga memiliki pengaruh terhadap realisasi kredit di Koperasi Kodnua adalah modal. Berdasarkan hasil dari persamaan regresi linear
berganda didapatkan nilai koefisien dari variabel modal adalah 0,265 artinya variabel modal memiliki hubungan searah dengan realisasi kredit, maksudnya
adalah ketika nilai modal dari anggota atau calon anggota Koperasi Kodanua naik sebesar 1 satuan maka nilai dari realisasi kredit akan naik sebesar 0,265 satuan
dengan asumsi variabel lain konstan. Faktor keempat yang diduga memiliki pengaruh terhadap realisasi kredit di
Koperasi Kodnua adalah kondisi. Berdasarkan hasil dari persamaan regresi linear berganda didapatkan nilai koefisien dari variabel kondisi adalah 0,205 artinya
variabel kondisi memiliki hubungan searah dengan realisasi kredit, maksudnya adalah ketika nilai kondisi dari anggota atau calon anggota Koperasi Kodanua
62
naik sebesar 1 satuan maka nilai dari realisasi kredit akan naik sebesar 0,205 satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
Faktor terakhir yang diduga memiliki pengaruh terhadap realisasi kredit di Koperasi Kodnua adalah jaminan. Berdasarkan hasil dari persamaan regresi linear
berganda didapatkan nilai koefisien dari variabel jaminan adalah 0,446 artinya variabel jaminan memiliki hubungan searah dengan realisasi kredit, maksudnya
adalah ketika nilai jaminan dari anggota atau calon anggota Koperasi Kodanua naik sebesar 1 satuan maka nilai dari realisasi kredit akan naik sebesar 0,265
satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
5.2 Pengujian Parameter Secara Tunggal Uji t
Uji t atau pengujian parameter secara tunggal digunakan untuk melihat apakah masing-masing variabel independent memiliki pengaruh terhadap variabel
dependent. Dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah variabel karakter, kapasitas, modal, kondisi dan jaminan masing-masing memiliki pengaruh atau
tidak terhadap variabel realisasi kredit. Berikut ini adalah Tabel 5 yang menyajikan data tentang hasil uji t pada penelitian ini
Tabel 5. Hasil Uji t Faktor-Faktor
Yang mempengaruhi
Realisasi pada Usaha Agribisnis
di Koperasi Kodanua
T
hitung
Signifikansi T
tabel
1 5
10 20
25
Karakter X1 0.903
.000 2,366 1,985 1,661 1,290 0,678 Kapasitas X2
1.974 .369
Modal X3 2.585
.051 Kondisi X4
1.728 .011
Jaminan X5 5.465
.087 Sumber : Data Primer diolah
63
Pada Tabel 5 dapat kita lihat hasil t
hitung
dari masing-masing variabel independent atau variabel X. Dan berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing variabel
tersebut.
5.2.1 Hasil Uji t Variabel Karakter
Pada tingkat kepercayaan 75 atau dengan t
tabel
yang memiliki signifikansi sebesar 25 didapatkan nilai t
hitung
t
tabel
yaitu 0,903 0,678 artinya adalah variabel karakter memilki pengaruh terhadap realisasi kredit di Koperasi Kodanua
pada tingkat kepercayaan 75. Dan membuktikan bahwa tolak H yaitu nilai
variable karakter tidak sama dengan 0 nol.
Dalam pelaksanaan penelitian ini didapatkan bahwa indikator yang dipakai pada penelitian ini hanya menggambarkan variabel karakter dengan tingkat
kepercayaan 75, namun dengan tingkat kepercayaan 75 variabel karakter ini masih dapat dianggap menggambarkan pengaruh variabel karakter terhadap
realisasi kredit di Koperasi Kodanua.
Gambar 8. Persentase Indikator Dalam Variabel Karakter
25 24
25 26
Karakter
Tanggung Jawab Kerjasama
Rasa Memiliki Komitmen yang tinggi
64
Pada Gambar 8 menyajikan data tentang persentase indikator dalam variabel karakter. Dapat dilihat bahwa semua indikator hampir memiliki besar persentase
yang sama dalam menggambarkan variabel karakter. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing indikator memiliki proporsi yang hampir sama dalam
menggambarkan variabel karakter. Namun indikator yang memiliki besar persentase yang lebih besar adalah indikator komitmen yang tinggi sebesar 26.
Hal ini menunjukan bahwa indikator ini dapat menggambarkan variabel karakter sebesar 26. Anggota dan calon anggota di Koperasi Kodanua memiliki
komitmen yang tinggi dalam melakukan hak dan kewajibannya sebagai anggota dan calon anggota Koperasi. Anggota dan calon anggota tersebut memiliki
komitmen dalam melaksanakan pembayaran kewajiban kreditnya tepat waktu dan juga memiliki kesadaran dan kedisiplinan dalam menegakkan aturan-aturan yang
berlaku di Koperasi Kodanua.
Kemudian dengan persentase sebesar 25 adalah indikator tanggung jawab dan rasa memiliki, hal ini menunjukkan bahwa indikator ini dapat menggambarkan
variabel karakter dengan persentase sebesar 25. Anggota dan calon di Koperasi Kodanua juga memiliki sifat bertanggung jawab dalam melakukan dan
melaksanakan aturan-aturan yang ditetapkan oleh Koperasi Kodanua demi menjaga nama baik Koperasi Kodanua didalam maupun diluar Koperasi. Dan
yang terakhir dengan persentase sebesar 24 adalah indikator kerjasama, hal ini menggambarkan bahwa indikator ini dapat menggambarkan variabel karakter
sebesar 25. Anggota dan calon anggota Koperasi Kodanua juga memiliki kerja sama yang baik antara sesame anggota dan calon anggota Koperasi maupun antara
anggota dan calon anggota dengan Koperasi.