dengan gigi yang digerakkan dengan sproket pada jarak pusat sampai mencapai 2 m, dan meneruskan putaran secara tepat dengan perbandingan antara 11 sampai
61. Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah
penanganannya dan harganya pun murah. kecepatan sabuk direncanakan untuk 10 sampai 20 ms pada umumnya, dan maksimum 25 ms. daya maksimum yan
dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 kw.
2.5.1 Konstruksi Sabuk-V
Sabuk V terbuat dari karet yang mempunyai penampang trapesium. tenunan tetoran atau semacamnya dipergunakan sebagai sabuk untuk membawa
tarikan yang besar. Sabuk V dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan daya yang besar
pada tengangan yang relatif rendah. hal ini merupakan salah satu keunggulan sabuk V dibandingkan dengan sabuk rata. dapat dilihat konstruksi sabuk V pada
gambar 2.9. dibawah ini :
Gambar 2.9. Konstruksi Sabuk-V
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Perencanaan Sabuk-V dan pulli
Pada pemilihan penampang sabuk-V ini dengan menggunakan penampang standar tipe B yang terlihat pada tabel 2.3 berikut :
Penampang A
Tabel 2.3. Sabuk-V Standar bertanda
Penampang B 13
14 15
16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
31 32
33 34
35 36
37 38
39 40
41 42
43 44
45 46
47 48
49 50
51 52
53 54
55 56
57 58
59 60
65 66
67 68
69 70
71 72
73 74
75 76
77 78
79 80
81 82
83 84
85 86
87 88
89 90
91 92
93 94
95 96
97 98
99
100 101
102 103
104 105
106 107
108 109
110 111
112 117
118 119
120 121
122 123
124 125
126 127
128 129
130 131
132 133
134
135 136
137 138
139
140 141
142 143
144
145 146
147 148
149
150 151
152 153
154
155 156
157 158
159
160 161
162 163
164 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
31 32
33 34
35 36
37 38
39 40
41 42
43 44
45 46
47 48
49 50
51 52
53 54
55 56
57 58
59 60
61 62
63 68
69 70
71 72
73 74
75 76
78 79
80 81
82 83
84 85
86 87
89 90
91 92
93 94
95 96
97 98
99
100 101
102 103
104 105
106 107
108 109
110 111
112 113
114 115
116 117
122 123
124 125
126 127
128 129
130 131
132 134
135 136
137 138
139 140
141 142
143 145
146 147
148 149
150 151
152 153
154 155
156 157
158 159
160 161
162 163
164 165
166 167
168 169
170 171
Sumber Tabel:DASAR PERENCANAAN DAN PEMILIHAN, ELEMEN MESIN, SULARSO, hal167
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal perencanaan sabuk-V dan pully dapat ditentukan daya dan putaran rpm yang diperlukan terutama menentukan penampang sabuk yang
terlihat pada tabel 2.4 yaitu Tabel 2.5 Ukuran puli-V
Penampang Sabuk-V
Diameter Nominal diameter lingkaran jarak
bagi d
p
α
W L
K K
e f
A 71-100
101-125 126 atau lebih
34 36
38 11,95
12,12 12,30
9,2 4,5
8,0 15,0
10,0 B
125-160 161-200
201 atau lebih 34
36 38
15,86 16,07
16,29 12,5
5,5 9,5
19,0 12,5
C 200-250
251-315 316 atau lebih
34 36
38 21,18
21,45 21,72
16,9 7,0
12,0 25,5
17,0 D
355-450 451 atau lebih
36 38
30,77 31,14
24,6 9,5
15,5 37,0
24,0 E
500-630 631 atau lebih
36 38
36,95 37,45
28,7 12,7
19,3 44,5
29,0 Sumber Tabel: Dasar Perencanaan dan Pemilihan, Sularso, hal 166
Diameter puli yang terlalu kecil akan memperpendek umur sabuk. Dalam Tabel 2.6 diberikan diameter minimum yang dianjurkan dan yang diizinkan
menurut jenis sabuk yang digunakan. Tabel 2.6 Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan mm
Penampang A
B C
D E
Diameter min. yang diizinkan 65
115 175
300 450
Diameter min. yang dianjurkan 95
145 225
350 550
Dimana putaran puli pengger ak dan yang digerakkan berturut-turut adalah n
1
rpm dan n
2
rpm, dan diameter nimnal masing- masing adalah d
p
mm dan D
p
mm, serta perbandingan putaran u dinyatakan dengan n
2
n
1
atau d
p
D
p
karena sabuk –V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang
umum dipakai ialah perbandingan reduksi I i1, di mana
Universitas Sumatera Utara
i u
dp Dp
i n
ni 1
; 1
2 =
= =
= …………………2-29
Kecepatan linier sabuk –v ms adalah v
1000 60
1 x
dpn =
……………………2-30 jarak sumbu poros dapat dihitung dengan persamaan :
2
k k
D d
C +
=
.............................2-31 Maka diameter lingkaran jarak bagi puli d
p
, D
p
mm diameter luar puli d
k,
D
k
mm dan diameter naaf d
B
, D
B
dapat dilihat pada persamaan berikut: D
p
= d
p
x i.............................................2-32 maka;
d
k
= d
p
+ 2 x K.....................................2-33 D
k
= D
p
+2 x K.....................................2-34 jika d
B
dan D
B
berturut-turut adalah diameter bos atau naaf puli kecil dan puli besar d
s1
dan d
s2
berturut-turut adalah diameter poros penggerak dan yang digerakkan , maka dapat dilihat pada persamaan
d
B
≥ 53 d
s1
+ 10 mm D
B
≥ 53 d
s2
+ 10 mm Besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk P
kw diberikan oleh persamaan berikut ini biasanya dipakai untuk sabuk-V standar.
P = d
p
n{ C
1
d
p
n
-0,09
-C
2
d
p
- C
3
d
p
n
2
} – C
2
n x {1 – 1C
5
}...........2-35
dimana C
1
sampai C
5
adalah konstanta-konstanta.
Universitas Sumatera Utara
untuk menyerderhanakan perhitungan, setiap produsen sabuk mempunyai katalog yang berisi daftar untuk memilih sabuk. tabel... menunjukkan daftar
kapasitas dari daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk bila dipakai puli dengan diameter minimum yang dianjurkan.
Tabel 2.7 Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk sabuk tunggal, P kw
Putaran Puli
Kecil rpm
Penampang A Merek
Merah standar
Harga tambahan karena perbandingan putaran
67 mm
100 mm
67 mm
100 mm
1,.25-1,34 1,35-151 1,52-
1,99 2,00
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
0,15 0,26
0,35 0,44
0,52 0,59
0,66 0,72
0,31 0,55
0,77 0,98
1,18 1,37
1,54 1,71
0,12 0,21
0,27 0,33
0,39 0,43
0,48 0,51
0,26 0,48
0,67 0,84
1,00 1,16
1,31 1,43
0,01 0,04
0,05 0,07
0,08 0,10
0,12 0,13
0,02 0,04
0,06 0,08
0,10 0,12
0,13 0,15
0,02 0,04
0,07 0,09
0,11 0,13
0,15 0,18
0,02 0,05
0,07 0,10
0,12 0,15
0,18 0,20
Putaran Puli
Kecil rpm
Penampang B Merek
Merah standar
Harga tambahan karena perbandingan putaran
118 mm
150 mm
118 mm
150 mm
1,.25- 1,34
1,35-151 1,52-1,99 2,00
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
0,51 0,90
1,24 1,56
1,85 2,11
2,35 2,67
0,77 1,38
1,93 2,43
2,91 3,35
3,75 4,12
0,43 0,74
1,00 1,25
1,46 1,65
1,83 1,98
0,67 1,18
1,64 2,07
2,46 2,82
3,14 3,42
0,04 0,09
0,13 0,18
0,22 0,26
0,31 0,35
0,05 0,10
0,15 0,20
0,26 0,31
0,36 0,41
0,06 0,12
0,18 0,23
0,30 0,35
0,41 0,47
0,07 0,13
0,20 0,26
0,33 0,40
0,46 0,53
Sumber tabel dasar perencanaan dan pemilihan, elemen mesin, sularso, hal 172
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1. Perhitungan dan Analisa Mesin Separator yang Dirancang
Pada pembahasan ini mencakup analisa gaya yang terjadi pada mesin separator hingga terjadinya pemisahan terhadap bahan cair dengan padatan,
dimana gaya sentripetal terjadi pada olein bahan Cair dan gaya sentrifugal akan terjadi pada stearin-detergen yang di bedakan atas titik beku antara kedua fraksi
ini. Dapat diketahui pada perhitungan 3.1.1 :
3.1.1. Analisa Gaya Pada Separator 1. Gaya Sentrifugal yang terjadi pada fraksi Stearin-Detergen.
Diketahui: m : 10 µ g = 10 x 10
6 −
Kg r
: 300 mm = 0.3 m
ω
= T
r
2
2 π
= 60
3 .
2
2
π = 0,0094 raddtk
Maka : = 10 x 10
6 −
.0,0094
2
.0,3 = 26,5 x 10
12 −
2
. dtk
m Kg
Universitas Sumatera Utara