Gambaran Asupan Nutrisi Siswa Sekolah Sepakbola Sejati Pratama Medan Saat Pertandingan Tahun 2014

(1)

OLEH:

M. IBNU KHALDUN

110100275

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

GAMBARAN ASUPAN NUTRISI

SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA SEJATI PRATAMA MEDAN

SAAT PERTANDINGAN TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

OLEH:

M. IBNU KHALDUN

110100275

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN ASUPAN NUTRISI SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA SEJATI PRATAMA MEDAN SAAT PERTANDINGAN TAHUN 2014

NAMA : M. Ibnu Khaldun

NIM : 110100275

Pembimbing Penguji I

(Nenni Dwi A. Lubis, SP, M.Si) (dr. Zaimah Z. Tala, MS, Sp.GK NIP. 197610042003122002 NIP. 196705051992032001

Penguji II

(Dr. dr. Dina Keumala Sari, Sp.GK) NIP. 197312212003122001

Medan, Januari 2015 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

Sepakbola merupakan olahraga yang cukup digemari di Indonesia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Namun kenyataannya prestasi sepakbola Indonesia sendiri belum bisa dikatakan baik. Pondasi bermain sepakbola harus dibangun sejak masa kecil. Salah satu penunjang terpenting selain latihan adalah asupan nutrisi. Dengan asupan nutrisi yang baik maka akan menentukan keberhasilan dalam latihan dan pertandingan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran asupan nutrisi siswa sekolah sepakbola (SSB) Sejati Pratama Medan saat

pertandingan tahun 2014.

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara

cross sectional. Sampel yang diambil adalah keseluruhan responden yang mengikuti pertandingan persahabatan (total sampling) yaitu sebanyak 47

responden. Pengambilan data dengan metode wawancara menggunakan formulir

food recall 24 jam.

Hasil penelitian mendapatkan gambaran bahwa sebagian besar asupan karbohidrat kurang (80,9%), asupan lemak kurang (61,7%), asupan protein kurang (44,7%), asupan vitamin B1 kurang (95,7%), dan asupan vitamin B2 kurang (78,7%). Begitu juga dengan asupan cairan sebelum pertandingan, rata-rata mengonsumsi 401,28 cc dari asupan cairan yang dibutuhkan yaitu 500-1000 cc. Namun asupan cairan saat pertandingan sudah terpenuhi dengan rata-rata 446,81 cc dari yang dibutuhkan yaitu 150-200 cc.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa SSB Sejati Pratama masih kurang dalam asupan nutrisi yang menunjang aktivitasnya sebagai anak yang berlatih sepakbola.


(5)

ABSTRACT

Football is a sport that quite popular in Indonesia, ranging from children to adults. But in contrast the Indonesian football achievements still can not be as good. The basic of playing football must be built since childhood. One of the most important additional things in exercise is nutrition. Good nutrition will determine the success in training and matches. This study aims to look at the overview of student nutrition in a football school (SSB) Sejati Pratama Medan during a match in 2014.

The research method of this descriptive study is cross sectional. Samples were taken from all the respondents who participated in friendlt match with 47 total respondents. The datas carried out through interview by using 24 hour food recall form.

The results showed that most respondents were less carbohydrate intake (80.9%), less fat intake (61.7%), less protein intake (44.7%), less B1 vitamin intake (95.7%), and less B2 vitamin intake (78.7%). So also with the intake of fluids before the game, on average consume was 401.28 cc. More less than the required fluid intake is 500-1000 cc. But fluid intake when the game was met with an average of 446.81 cc of needed is 150-200 cc.

From the results of this study showed that most of the students of Sejati Pratama football school are still lacking in nutrition that support their activities as a child who played football.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Gambaran Asupan Nutrisi Siswa Sekolah Sepakbola Sejati Pratama Medan Saat Pertandingan Tahun 2014” yang

merupakan salah satu tugas akhir dalam meraih gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini baik bimbingan, dukungan, maupun saran telah banyak diterima oleh penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

Dosen pemimbing yang terhormat, ibu Nenni Dwi A. Lubis, SP, M. Si yang telah bersedia untuk memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dengan sabar, memberikan saran serta masukan-masukan yang sangat berarti dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Kepada dosen penguji yang terhormat, dr. Zaimah Z. Tala, MS, Sp. GK dan dr. Dina Keumala Sari, MG, Sp. GK yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Kepada seluruh jajaran pengurus dan pelatih Sekolah Sepakbola Sejati Pratama yang telah memberikan izin dan membantu selama proses penelitian berlangsung sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam proses pengambilan data.


(7)

Terima kasih juga kepada teman satu kelompok bimbingan, Putri Fortuna Marbun, yang telah bekerjasama dengan baik dan saling bahu membahu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dan teman-teman penulis lainnya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah membantu dan memberikan semangat yang sangat berharga dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Penulis meminta maaf kepada semua pihak jika selama proses

pengambilan data dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini penulis telah melakukan kesalahan baik disengaja ataupun tidak. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 9 Desember 2014

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Asupan Nutrisi ... 6

2.2. Kebutuhan Dasar Nutrisi Atlet Muda ... 9

2.2.1. Karbohidrat ... 9

2.2.2. Protein ... 12

2.2.3. Lemak... 15

2.2.4. Vitamin ... 17

2.2.5. Cairan ... 21

2.3. Asupan Nutrisi Sebelum dan Saat Pertandingan ... 22


(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 26

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 26

3.2. Definisi Operasional ... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN... 27

4.1. Jenis Penelitian... 27

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

4.3.1. Populasi Penelitian ... 27

4.3.2. Subjek yang Diteliti ... 27

4.3.3. Sampel Penelitian... 27

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 28

4.5.1. Pengolahan ... 28

4.5.2. Analisis Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1. Hasil Penelitian ... 29

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 29

5.1.3 Asupan Nutrisi ... 30

5.1.3.1. Energi ... 30

5.1.3.2. Karbohidrat ... 30

5.1.3.3. Lemak ... 31

5.1.3.4. Protein ... 31

5.1.3.5. Vitamin B1 ... 32

5.1.3.6. Vitamin B2 ... 32

5.1.3.7. Cairan Sebelum dan Saat Pertandingan ... 33

5.1.4 Asupan Energi Berdasarkan Nutrisi Sumber Energi ... 33

5.1.4.1. Karbohidrat ... 33


(10)

5.1.4.3. Protein ... 35

5.1.5 Asupan Energi Berdasarkan Kelompok Umur ... 35

5.2. Pembahasan... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan... 39

6.2. Saran ... 39

6.2.1. Anak ... 40

6.2.2. Orang Tua ... 40

6.2.3. Pelatih dan Pengurus SSB Sejati Pratama ... 40

DAFTAR PUSTAKA. ... 42


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat,

dan Air yang Dianjurkan untuk Orang Indonesia... 6

2.2 Pengeluaran Energi Kalori pada Aktivitas Anak ... 8

2.3 Nilai Protein Berbagai Bahan Makanan ... 14

2.4 Nilai Lemak Berbagai Bahan Makanan ... 16

2.5 Fungsi dan Sumber Vitamin ... 18

5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 29

5.2 Distribusi Frekuensi Asupan Energi Responden ... 30

5.3 Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat Responden ... 31

5.4 Distribusi Frekuensi Asupan Lemak Responden ... 31

5.5 Distribusi Frekuensi Asupan Protein Responden ... 32

5.6 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin B1 Responden ... 32

5.7 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin B2 Responden ... 33

5.8 Rata-rata Asupan Cairan Sebelum dan Saat Pertandingan ... 33

5.9 Gambaran Asupan Energi Berdasarkan Asupan Karbohidrat... 34

5.10 Gambaran Asupan Energi Berdasarkan Asupan Lemak ... 34

5.11 Gambaran Asupan Energi Berdasarkan Asupan Protein ... 35


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(13)

ABSTRAK

Sepakbola merupakan olahraga yang cukup digemari di Indonesia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Namun kenyataannya prestasi sepakbola Indonesia sendiri belum bisa dikatakan baik. Pondasi bermain sepakbola harus dibangun sejak masa kecil. Salah satu penunjang terpenting selain latihan adalah asupan nutrisi. Dengan asupan nutrisi yang baik maka akan menentukan keberhasilan dalam latihan dan pertandingan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran asupan nutrisi siswa sekolah sepakbola (SSB) Sejati Pratama Medan saat

pertandingan tahun 2014.

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara

cross sectional. Sampel yang diambil adalah keseluruhan responden yang mengikuti pertandingan persahabatan (total sampling) yaitu sebanyak 47

responden. Pengambilan data dengan metode wawancara menggunakan formulir

food recall 24 jam.

Hasil penelitian mendapatkan gambaran bahwa sebagian besar asupan karbohidrat kurang (80,9%), asupan lemak kurang (61,7%), asupan protein kurang (44,7%), asupan vitamin B1 kurang (95,7%), dan asupan vitamin B2 kurang (78,7%). Begitu juga dengan asupan cairan sebelum pertandingan, rata-rata mengonsumsi 401,28 cc dari asupan cairan yang dibutuhkan yaitu 500-1000 cc. Namun asupan cairan saat pertandingan sudah terpenuhi dengan rata-rata 446,81 cc dari yang dibutuhkan yaitu 150-200 cc.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa SSB Sejati Pratama masih kurang dalam asupan nutrisi yang menunjang aktivitasnya sebagai anak yang berlatih sepakbola.


(14)

ABSTRACT

Football is a sport that quite popular in Indonesia, ranging from children to adults. But in contrast the Indonesian football achievements still can not be as good. The basic of playing football must be built since childhood. One of the most important additional things in exercise is nutrition. Good nutrition will determine the success in training and matches. This study aims to look at the overview of student nutrition in a football school (SSB) Sejati Pratama Medan during a match in 2014.

The research method of this descriptive study is cross sectional. Samples were taken from all the respondents who participated in friendlt match with 47 total respondents. The datas carried out through interview by using 24 hour food recall form.

The results showed that most respondents were less carbohydrate intake (80.9%), less fat intake (61.7%), less protein intake (44.7%), less B1 vitamin intake (95.7%), and less B2 vitamin intake (78.7%). So also with the intake of fluids before the game, on average consume was 401.28 cc. More less than the required fluid intake is 500-1000 cc. But fluid intake when the game was met with an average of 446.81 cc of needed is 150-200 cc.

From the results of this study showed that most of the students of Sejati Pratama football school are still lacking in nutrition that support their activities as a child who played football.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Seorang anak merupakan anugerah dan titipan dari Tuhan sehingga menjadi tugas kita untuk menjaga dan memaksimalkan pertumbuhannya. Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di negaranya. Dari total 237 641 326 jiwa jumlah penduduk Indonesia, sebanyak 83 883 364 adalah anak-anak dan remaja berumur 0-19 tahun (SUPAS, 2005). Ini merupakan jumlah yang sangat besar sehingga peran anak dan remaja menjadi sangat penting bagi kemajuan bangsa. Seperti yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 2002 bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Maka setiap anak harus mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia.

Untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut bukanlah hal yang mudah, tentunya dibutuhkan dukungan darisetiap elemen yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Sangat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Namun secara ringkas dibagi menjadi 4, yaitu diri anak itu sendiri, keluarga, masyarakat, dan pengaruh umum (Bank Dunia, 2012). Setiap elemen tersebut harus paham dan mengerti bagaimana pentingnya proses tumbuh kembang anak sehingga kedepannya bisa menghasilkan anak-anak bangsa Indonesia yang berkualitas, baik secara fisik maupun mental. Semua faktor tersebut amat penting, namun faktor internal anak dan keluarga lebih memegang peranan penting dari faktor lainnya. Karena selama pertumbuhannya, seorang anak akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama keluarganya dibandingkan dengan lingkungannya.


(16)

Faktor internal anak adalah faktor keturunan atau bawaan (hereditas) yang diturunkan dari kedua orangtuanya. Faktor ini dapat diartikan sebagai semua ciri atau karakteristik individu yang diwariskan kepada anak atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki seseorang sejak masa pembuahan sebagai warisan dari orangtua. Diantara banyak sifat-sifat yang diturunkan, salah satunya adalah sifat bawaan berupa bakat (aptitude atau talenta). Bakat adalah suatu kondisi atau serangkaian karakteristik atau kemampuan seseorang yang dengan suatu latihan khusus memeungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik, dan lain-lain (Bingham, 1986). Jadi bakat bukan merupakan suatu perwujudan yang dapat terlihat, melainkan hanyalah potensi-potensi yang dibawa setiap individu terhadap suatu kecakapan tertentu. Untuk dapat mewujudkan bakat-bakat yang dimiliki anak, disinilah faktor keluarga memegang peranan penting.

Ibu merupakan tokoh sentral di keluarga dalam mengembangkan bakat anak. Sehingga seorang ibu harus mengetahui bagaimana memberikan asupan nutrisi yang tepat bagi sang anak, sejak dalam kandungan maupun saat masa pertumbuhan. Saat umur 0-4 tahun (Golden Age), seorang anak mesti dikembangkan kemampuan otaknya. Yang perlu diperhatikan adalah seberapa jauh anak merasa diperhatikan, diberi kebebasan atau kesempatan untuk mengekspresikan ide-idenya, dihargai hasil karya atau prestasinya, didengar isi hatinya, tidak ada paksaan atau tekanan, ancaman terhadap dirinya dan mendapatkan layanan pendidikan sesuai tingkat usia dan perkembangan kejiwaannya (Hartono, 2013). Disinilah peran ibu sebagai orang tua, dengan memberikan pengasuhan yang baik dan pemberian nutrisi yang adekuat, seorang anak bukan hanya perkembangan fisiknya, namun juga berkembang secara psikologis dan neurosis. Sehingga akhirnya potensi-potensi dalam diri seorang anak bisa terlihat dan orang tua dapat membimbing untuk mengembangkan bakatanaknya.


(17)

Seorang anak yang aktif dalam olahraga harus mendapat perhatian lebih dari orang tuanya, terutama dalam hal asupan nut risi. Menurut survey Harvey (1984), menunjukkan bahwa asupan nutrisi anak-anak pubertas belum terlalu bagus. Hal ini disebabkan karena pola makannya belum teratur, bahkan sering melupakan sarapan dan makan siangnya. Dalam beberapa penelitian lain, pada anak usia belasan sering ditemuka n kekurangan dalam asupan nutrisi kalsium, besi, seng, vitamin A, B6, C, dan asam folat. Yang sering tidak disadari oleh orang tua, Pembina, maupun para pelatih adalah status “ganda” mereka, yaitu sebagai anak dan sebagai atlet yang dimana mereka sedang dalam tahap pertumbuhan yang luar biasa sehingga tubuhnya membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dan seimbang. Orang tua seharusnya tahu apa saja makanan yang diberikan untuk anak, jam-jam makan yang baik, serta harus tahu asupan nutrisi saat latihan dan pertandingan (Purcell, 2013).

Sepakbola di Indonesia merupakan olahraga yang cukup digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Mulai dari anak-anak hingga orang tua sangat menyukainya. Bisa kita lihat setiap pergelaran pertandingan, Stadion Gelora Bung Karno selalu penuh dengan suporter Tim Nasional Indonesia sehingga hal ini sering diapresiasi oleh negara-negara lain. Itu menunjukkan bahwa sepakbola telah mengakar kuat di masyarakat Indonesia. Namun sebaliknya prestasi negara Indonesia sendiri belum bisa dibilang baik. Peringkat Indonesia di FIFA (Federation Internationale de Football Association) juga tidak pernah masuk ke dalam 100 besar sejak tahun 2005 (FIFA, 2014). Kondisi ini sangat ironis dengan animo masyarakat yang begitu tinggi terhadap olahraga sepakbola. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah faktor asupan nutrisi atlet itu sendiri (DEPKES RI, 2002).

Secara umum, sebagian besar asupan nutrisi atlet di Indonesia masih belum sesuai dengan yang diharapkan karena adanya beberapa faktor, seperti masih kurangnya edukasi kepada pihak terkait tentang pentingnya asupan gizi untuk kesuksesan prestasi bagi atlet. Serta kurang ketersediannya ahli gizi dan petugas gizi yang ada kurang memahami dan memiliki kompetensi dalam ilmu gizi olahraga (KEMENKES RI, 2013).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, saya sebagai peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran asupan nutrisi siswa sekolah sepakbola (SSB) Sejati Pratama Medan Tahun 2014.


(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang ditentukan sebagai berikut, “bagaimana gambaran asupan nutrisi siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan tahun 2014?”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran asupan nutrisi pada siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran asupan energi pada siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan.

2. Mengetahui gambaran asupan karbohidrat pada siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan.

3. Mengetahui gambaran asupan lemak pada siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan.

4. Mengetahui gambaran asupan protein pada siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan.

5. Mengetahui gambaran asupan vitamin B1 siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan.

6. Mengetahui gambaran asupan vitamin B2 siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan.

7. Mengetahui gambaran asupan cairan pada siswa SSB Sejati Pratama Medan sebelum dan saat pertandingan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, mendapatkan gambaran asupan nutrisi pada siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan.

2. Bagi siswa dan orang tua siswa, mengetahui asupan nutrisi yang dikonsumsi saat pertandingan.


(19)

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini sebagai gambaran asupan nutrisi pada siswa sekolah sepakbola, khususnya SSB Sejati Pratama, agar bisa digunakan untuk penelitian selajutnya atau program pembinaan atlet oleh pemerintah.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asupan Nutrisi

Zat gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu: menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Sehingga pengertian status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2010).

Setiap individu memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda-beda, tergantung dari umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan. Karena itu maka diciptakan suatu ukuran minimal yang dibutuhkan untuk setiap individu, yaitu Angka Kecukupan Gizi (AKG). Nilai AKG ini berfungsi agar tubuh dapat mempertahankan fungsi normalnya pada suatu keadaan tertentu (Sediaoetama, 2006). Menurut Supariasa, Bakri, dan Fajar (2002) klasifikasi tingkat konsumsi asupan energi berdasarkan AKG dibagi menjadi 5 yaitu defisit (<70% AKG), kurang (70-80% AKG), cukup (80-100% AKG), baik (100-110% AKG), dan lebih (>110% AKG). Tabel 2.1. menunjukkan AKG untuk orang Indonesia (KEMENKES RI, 2013).

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, dan Air yang Dianjurkan untuk Orang Indonesia

Kelompok Umur

Energi (kkal)

Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat

(g)

Air (mL)

0-6 bulan 550 12 34 58 800

7-11 bulan 725 18 36 82 1200

1-3 tahun 1125 26 44 155 1500


(21)

13-15 tahun 2475 72 83 340 2200

16-18 tahun 2675 66 89 368 2500

19-29 tahun 2725 62 91 375 2600

*perorang perhari

Kebutuhan nutrisi seorang atlet berbeda dengan anak yg biasa. Karena seorang atlet memiliki intensitas latihan dan kerja organ-organ tubuh yang lebih berat. Apalagi untuk atlet anak-anak yang kebutuhan nutrisinya, selain untuk menunjang aktivitas fisiknya, namun juga harus memenuhi kebutuhan pertumbuhannya yang sedang berada pada masa keemasan. Sehingga seorang atlet atau orang tuanya harus mengetahui kebutuhan nutrisi atlet tersebut dan hasilnya bisa mencapai prestasi yang memuaskan. Namun sebaliknya, kalau kekurangan justru akan berdampak pada performa yang tidak diharapkan karena pasokan energi yang kurang, dan juga bisa menyebabkan capek dan sakit, sehingga pertumbuhan otot tidak maksimal. Semua ini akan berpengaruh kepada performanya (Nisevich, 2008).

Pada tabel 2.2. menginformasikan kebutuhan energi pada berbagai cabang olahraga. Dengan asupan karbohidrat yang mencukupi maka akan memberikan bahan bakar yang cukup untuk ototnya sehingga bisa mendukung untuk olahraga ketahanan (endurance) dan latihan kekuatan otot. Setiap atlet dapat memenuhi keutuhan energinya dengan makan yang teratur dan pemilihan cemilan yang baik (Frates, 2000).


(22)

Tabel 2.2. Pengeluaran Energi Kalori pada Aktivitas Anak*

Berat Badan

(kg)

Aktivitas 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

Basket 34 43 51 60 68 77 85 94 102 110

Senam 13 17 20 23 26 30 33 36 40 43

Bersepeda

10 km/jam 15 17 20 23 26 29 33 36 39 42

15 km/jam 22 27 32 36 41 45 50 55 60 65

Lari

8 km/jam 37 45 52 60 66 72 78 84 90 95

10 km/jam 48 55 64 73 79 85 92 100 107 113 Sepakbola (pertandingan) 36 45 54 63 72 81 90 99 108 117

Berenang (30 m/min)

Breast 19 24 29 34 38 43 48 53 58 62

Front crawl 25 31 37 43 49 56 62 68 74 80

Back 17 21 25 30 34 38 42 47 51 55

Tenis 22 28 33 39 44 50 55 61 66 72


(23)

Selain itu perlu juga diperhatikan variasi makanan, yang disukai dan daya terima atlet agar dapat memenuhi standar nutrisi yang dibutuhkannya. Energi dihasilkan oleh zat gizi makro, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Nilai energi yang dihasilkan tiap zat gizi makro juga berbeda, yaitu 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal, 1 gram protein meghasilkan 4 kkal, dan 1 gram lemak menghasilkan 9 kkal.

Porsi karbohidrat merupakan yang utama dalam diet atlet karena sesuai dengan perannya sebagai sumber utama energi. Porsinya adalah 55-65 % dari total kalori. Sedangkan protein sekitar 10-15% dan lemak sekitar 20-25% dari total kalori (Keller, 2013).

2.2. Kebutuhan Dasar Nutrisi Atlet Muda 2.2.1. Karbohidrat

Peran utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh. Setelah memasuki sel, enzim-enzim akan memecahnya menjadi bagian-bagian kecil yang pada akhirnya akan menghasilkan energi, karbon dioksida, dan air. Karbohidrat tersebar luas di dalam tumbuhan dan hewan. Pada tumbuhan, glukosa disintesis dari karbon dioksida dan air melalui fotosintesis dan disimpan sebagai pati atau digunakan untuk menyintesis selulosa sel dinding tumbuhan. Hewan juga dapat menyintesis karbohidrat dari asam amino, tetapi sebagian besar karbohidrat hewan terutama berasal dari tumbuhan (Almatsier, 2010).

Glukosa adalah karbohidrat terpenting, kebanyakan karbohidrat dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa, dan jenis gula lain diubah menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa adalah precursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di tubuh, termasuk glikogen untuk penyimpanan; ribosa dan deoksiribosa dalam asam nukleat; galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan proteoglikan (Bender dan Mayes, 2009).


(24)

Salah satu fungsi yang penting bagi atlet adalah penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen karena dengan penyimpanan glikogen yang cukup di dalam otot akan meningkatkan ketahanan beraktivitas dalam jangka waktu yang lama. Kelebihan glukosa akan disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen. Bila persediaan glukosa darah menurun, maka hati akan mengubah sebagian glikogen menjadi glukosa dan mengedarkannya di dalam darah. Sel-sel otot pun juga menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen (sebanyak dua pertiga bagian). Glikogen ini hanya digunakan sebagai energi untuk keperluan otot saja dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa ke dalam aliran darah (Almatsier, 2010).

Sebagai negara yang kaya akan hasil buminya, Indonesia memiliki banyak pangan yang memiliki kandungan karbohidrat yang besar. Berikut adalah bahan makanan yang mengandung tinggi karbohidrat (Dinkes Sumbar, 2013):

1. Beras Merah

Memiliki kandungan tinggi serat sehingga dianggap sebagai sumber karbohidrat yang baik dan sehat. Beras merah juga dapat mengurangi LDL tanpa mengurangi HDL. Selain itu beras merah juga mengandung magnesium, zat besi, vitamin B, vitamin B2, vitamin B3, dan vitamin B6. 2. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang hijau, buncis, kacang panjang, kedelai dan polong mengenyangkan perut dengan segera, tapi bisa bertahan dalam waktu lama. Kacang dan polong kaya akan asam folat, serat, vitamin, protein juga karbohidrat kompleks.

3. Ubi jalar

Ubi jalar adalah sumber karbohidrat yang sehat untuk penderita sakit maag, diabetes, masalah berat badan, dan radang sendi. Nutrisi yang terkandung di dalamnya adalah serat, mangan, tembaga, potasium, zat besi, vitamin A, vitamin C dan vitamin B6. Ubi jalar juga kaya akan beta-karoten yang merupakan antoiksidan yang banyak ditemukan pada sayuran


(25)

4. Kentang rebus

Makanan sumber karbohidrat ini memang tidak diragukan lagi. Kandungan pati yang tinggi menyebabkan makanan ini menyebabkan rasa kenyang dan juga menghasilkan kalori yang cukup besar.

5. Buah apel

Buah apel adalah karbohidrat yang sehat dan rendah kalori. Nutrisi yang terkandung di dalamnya adalah kalsium, vitamin C, vitamin A, folat, vitamin K, dan kalium. Baik sebagai pengganti menu makan malam.

6. Sayuran hijau

Bayam, kubis, brokoli, dan semua jenis sayuran berdaun hijau merupakan sumber karbohidrat sehat dan berkalori rendah. Sayuran hijau juga mengandung kalsium dan vitamin K serta merupakan jenis karbohidrat yang direkomendasikan untuk penderita diabetes. Sayuran ini juga dikenal bisa mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker. Nutrisi penting dalam sayuran berdaun hijau adalah vitamin C, kalium, magnesium dan asam folat.

7. Kacang polong

Seperti halnya kacang, kacang polong juga jenis karbohidrat sehat yang proses pencernaannya lambat sehingga sangat baik dikonsumsi oleh orang yang tidak dapat memproses gula dengan baik. Kacang polong mengandung vitamin K, mangan, vitamin C, dan tinggi serat.

8. Buah-buahan segar

Buah-buahan mengandung gula alami fruktosa yang tidak membuat tubuh gemuk. Selain itu juga mengandung mineral dan kaya nutrisi tapi tidak mengandung banyak kalori. Meskipun buah umumnya mengandung karbohidrat sederhana dan lemak, tapi juga kaya serat sehingga bereaksi seperti karbohidrat kompleks ketika dicerna.

9. Bijirin gandum

Bijirin gandum tidak mengalami pengolahan yang terlalu banyak dibandingkan olahan yang banyak ditemui pada roti putih dan pasta. Mengonsumsi gandum utuh membuat perut terasa kenyang lebih lama dan


(26)

bisa meningkatkan metabolisme, karena tubuh memerlukan banyak tenaga untuk memprosesnya. Bijirin gandum bisa dikonsumsi dalam bentuk barley, beras merah, dan beras coklat.

10. Buah berry

Tingginya kadar vitamin C dan vitamin E membuat jenis buah ini termasuk dalam sumber karbohidrat sehat. Selain sumber vitamin, fitonutrien dalam buah berry juga berfungsi sebagai antioksidan yang memberikan banyak manfaat bagi tubuh.

11. Oatmeal

Oatmeal memiliki kadar glycemic index yang rendah (tidak meningkatkan level insulin) sehingga menjadi salah satu pilihan diet sehat. Cara terbaik mengonsumsi oat adalah dengan mencampurkan 1 cangkir oat, sejumput kayu manis, 3/4 cangkir susu skim rendah lemak dan 1 sendok teh madu. Anda juga bisa menambahkan potongan pisang, peach, kacang almond atau kismis.

Selain itu, sumber karbohidrat juga bisa didapatkan dari jagung, singkong, pasta atau mi, makaroni, fetuccini, lasagna, pita bread, pizza, spaghetti, permen, coklat, dan sebagainya.

2.2.2. Protein

Protein merupakan elemen nutrisi dasar yang berperan untuk menjaga dan mengembangkan sel-sel otot. Protein memegang peranan kunci dalam pembentukan enzim, antibodi, dan hormon untuk metabolisme dan fungsi tubuh lain. Protein juga meregulasi kadar air di dalam sel. Karena memiliki banyak fungsi penting di dalam tubuh, asupan protein bagi seorang atlet, terutama atlet muda, harus memenuhi untuk menunjang aktivitas olahraganya (Gaspar, 2010).

Asupan protein yang adekuat merupakan salah satu faktor yang akan meningkatkan performa fisik atlet. Sel-sel otot merupakan aset berharga seorang


(27)

untuk membangun seluruh struktur tubuh (Gaspar, 2010). Dari 20 asam amino dibagi lagi menjadi 11 asam amino esensial dan 9 asam amino nonesensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang dihasilkan di dalam tubuh. Sedangkan asam amino nonesensial tidak bisa dihasilkan oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari makanan yang dikonsumsi, baik itu hewani atau nabati (Almatsier, 2010).

Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Ada protein komplit dan ada protein tidak komplit. Protein komplit atau protein bermutu tunggi adalah protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan. Semua protein hewani, kecuali gelatin, adalah protein komplit. Protein tidak komplit atau protein bermutu rendah adalah protein yang tidak mengandung atau mengandung kurang satu atau lebih asam amino esensial. Sebagian besar protein nabati kecuali kacang kedelai dan kacang-kacangan lain merupakan protein tidak komplet (Almatsier, 2010).

Jumlah protein yang dirokemendasikan untuk seorang atlet sedikit berbeda dengan orang biasa (BetterHealth, 2013):

1. Masyarakat umum dan aktif: jumlah protein yang direkomendasikan per hari adalah 0,8 – 1 g/kg BB. Berarti seseorang dengan berat badan 60 kg harus mengonsumsi protein sekitar 45-60 g.

2. Atlet dengan olahraga intensitas sedang: atlet yang latihan selama 45-60 menit sehari dianjurkan untuk mengonsumsi protein sekitar 1 – 1,2 g/kg BB per hari.

3. Atlet dengan olahraga intensitas berat (kecepatan dan beban): atlet yang latihan dalam jangka waktu lama (lebih dari 1 jam) atau yang latihannya berhubungan dengan beban (seperti angkat besi), dianjurkan untuk mengonsumsi protein sekitar 1,2 – 1,7 g/kg BB per hari.

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati


(28)

yang mempunyai mutu tertinggi. Padi-padian dan hasilnya relatif rendah dalam kandungan protein, tetapi karena orang Indonesia memakannya dalam jumlah banyak sehingga memberi sumbangan besar terhadap konsumsi protein per hari (Almatsier, 2010).

Tabel 2.3. Nilai protein berbagai bahan makanan (gram/100 gram)

Bahan Makanan Nilai Protein

Kacang kedelai 34,9

Kacang merah 29,1

Kacang tanah terkelupas 25,3

Kacang hijau 22,2

Biji jambu monyet 21,2

Tempe kacang kedelai murni 18,3

Tahu 7,8

Daging sapi 18,8

Ayam 18,2

Telur bebek 13,1

Telur ayam 12

Udang segar 21

Ikan segar 16

Tepung susu skim 35,6

Tepung susu 24,6

Keju 22,8

Kerupuk udang 17,2

Jagung kuning, pipil 9,2

Mie kering 7,9

Beras setengah giling 7,6


(29)

Bahan Makanan Nilai Protein

Gaplek 1,5

Singkong 1,2

Wortel 1,2

Sumber: Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2010.

2.2.3. Lemak

Metabolisme lemak di dalam tubuh menjadi energi didapatkan dengan memecahkan simpanan lemak tubuh, yang berbentuk trigliserida, menjadi asam lemak dan gliserol. Dalam setiap pemecahan, 1 trigliserol akan dipecah menjadi 3 asam lemak dan 1 gliserol. Trigliserida sendiri di dalam tubuh disimpan di jaringan adiposa dan di dalam sel-sel otot (Almatsier, 2010).

Lemak memiliki fungsi penting yaitu merupakan sumber energi yang digunakan oleh tubuh saat istirahat dan saat sedang dalam olahraga aerobik (endurance) dalam waktu lama. Pada olahraga aerobik, sebelum lemak dapat digunakan, pertama-tama harus dipecah dulu menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak bebas ini akan didistribusikan ke jaringan lain terutama otot dan selanjutnya digunakan menjadi energi. Pembentukan energi dari asam lemak membutuhkan oksigen lebih banyak dibandingkan dengan karbohidrat, oleh karena itu tidak bisa diharapkan untuk olahraga berat dalam waktu singkat atau olahraga anaerobik (KEMENKES RI, 2013). Saat sedang latihan intensitas sedang, sekitar setengah dari energi dibentuk dari metabolisme asam lemak bebas. Dalam penggunaan lemak sebagai energi tergantung dari durasi aktivitas dan kondisi atlet itu sendiri. Atlet yang sudah terlatih bisa menggunakan lemak sebagai energi lebih cepat daripada atlet yang tidak terlatih. Konsumsi lemak sebaiknya jangan dibawah 15 persen dari total konsumsi energi karena akan membatasi performa (Anderson, Young, dan Prior, 2013).


(30)

Gambar 1. Metabolisme lemak menjadi energi

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan yang dimasak dengan minyak. Sayur dan buah (kecuali alpokat) sangat sedikit mengandung lemak.

Tabel 2.4. Nilai lemak berbagai bahan makanan (gram/100 gram)

Bahan Makanan Nilai Lemak

Minyak kacang tanah 100

Minyak kelapa sawit 100

Minyak kelapa 98

Ayam 25

Daging sapi 14


(31)

Bahan Makanan Nilai Lemak

Ikan segar 4,5

Kacang tanah terkelupas 42,8

Kelapa tua 34,7

Kacang kedelai kering 18,1

Tahu 4,6

Tempe kacang kedelai murni 4

Lemak sapi 90

Mentega 81,6

Margarin 81

Cokelat manis, batang 52,9

Tepung susu 30

Keju 20,3

Biskuit 14,4

Mie kering 11,8

Jagung kuning, pipil 3,9

Durian 3

Beras setengah giling 1,1

2.2.4. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari makanan. Setiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik, maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2010).

Banyaknya kalori yang dikonsumsi oleh atlet harus seimbang dengan konsumsi asupan vitamin. Walaupun belum ada yang membuktikan bahwa mengonsumsi lebih banyak asupan vitamin dan mengonsumsi berbagai makanan akan meningkatkan performa atlet tersebut. Thiamin, riboflavin, dan niacin (vitamin B) dibutuhkan untuk menghasilkan energi dari sumber-sumber energi


(32)

pada makanan. Beberapa atlet wanita biasanya mengalami kekurangan riboflavin, sehingga pastikan bahwa atlet perempuan mendapat cukup konsumsi makanan yang mengandung riboflavin, salah satunya adalah susu. Susu merupakan sumber yang sangat baik. Selain dapat mencukupi kebutuhan riboflavin, susu juga menjadi sumber protein dan kalsium (Anderson, Young, dan Prior, 2013).

Vitamin dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kelarutannya, yaitu vitamin larut air dan vitamin larut lemak. Vitamin larut air yaitu vitamin C dan delapan vitamin B kompleks seperti thiamin, ribovlafin, vitamin B6, niacin, folic acid, vitamin B12, biotin, dan panthotenic acid. Sedangkan vitamin larut lemak yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K. Masing-masing dari vitamin tersebut mempunyai fungsi spesifik untuk menunjang kebuaran seorang atlet.

Tabel 2.5. Fungsi dan sumber vitamin

Vitamin Fungsi Sumber Makanan

Vitamin B1 (Thiamin)

Membantu produksi energi di dalam tubuh

gandum, hati, dried beans, kacang-kacangan, dan seeds

Vitamin B2 (Riboflavin)

Membantu produksi energi di dalam tubuh

Membantu tubuh untuk menggunakan vitamin B jenis lain

Kacang kedelai, daging sapi dan ayam, hati, telur, jejamuran, susu, keju, yoghurt, padi-padian

Vitamin B3 (Niacin)

Membantu tubuh mengubah karbohidrat, protein, dan lemak menjadi energi Membantu enzim agar bekerja dengan baik di dalam tubuh

Jejamuran, selai kacang, daging sapi dan ayam, ikan, padi-padian

Biotin

Membantu tubuh untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak dari

Kentang manis, susu rendah lemak, yoghurt, kacang tanah, kacang almond, telur, hati, kacang kedelai


(33)

Vitamin Fungsi Sumber Makanan

Vitamin B6 (Pyridoxin)

Membantu tubuh untuk menggunakan protein dan glikogen yang tersimpan di hati dan otot

Membantu membentuk hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dalam darah

Kentang, pisang, oatmeal instant, daging sapi dan ayam, ikan, hati, kacang kedelai, buncis, kacang lentil, kenari, kuaci

Vitamin B12 (Cobalamin)

Bekerja sama dengan folat untuk membentuk DNA Membantu mebentuk SDM yang bagus. Kekurangan vitamin B12 bisa

menyebabkan anemia Membantu persarafan berfungsi dengan baik

Susu, keju, yoghurt, nasi, daging sapi, ikan, ayam, hati, telur, dan produk-produk dari kacang kedelai

Folate

(folacin dan folic acid)

Membantu memproduksi dan mengatur DNA dan sel-sel tubuh

Membantu membentuk SDM dan mencegah anemia

Mencegah defek pada janin, seperti spina bifida

Asparagus, bayam masak, selada romaine, kubis Brussel, brokoli, jagung, kacang hijau, jeruk, jus jeruk, roti, pasta, bibit gandum Hati, kacang kering, kacang kedelai, buncis, lentil, biji bunga matahari, biji rami.

Vitamin C

Mencegah kerusakan sel dan mengurangi resiko kanker dan penyakit-penyakit jantung

Membantu menyembuhkan luka dan menjaga gusi tetap sehat

Menjaga sistem imun tubuh

Semua jenis jeruk seperti jeruk, anggur, kiwi, stroberi, mangga, pepaya, paprika merah, kuning, dan hijau, brokoli, kubis Brussel, tomat, sayuran berdaun gelap mentah


(34)

Vitamin Fungsi Sumber Makanan

Vitamin A

Membantu menerangi penglihatan

Melindungi dari infeksi. Membantu pertumbuhan dan perkembangan

Hati, beberapa jenis ikan, susu, keju Carotenoids: alpha, betacarotene, dan betacryptoxanthin

Carotenoid bukan vitamin, tapi beberapa dapat berubah menjadi vitamin A di dalam tubuh

Bereperan sebagai

antioksidan yang melindungi kerusakan sel dari radikal bebas

Belewah, jeruk, tomat, brokoli, sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam, bit hijau dan Swiss chard, sayuran oranye gelap seperti wortel dan ubi jalar

Vitamin D

Membantu penyerapan kalsium dan fosfor Menyimpan kalsium dan fosfor di tulang dan gigi sehingga sehat dan kuat Meningkatkan sistem imun tubuh.

Susu sapi, susu kedelai, margarin, beberapa ikan, telur, daging hati, minyak hati ikan

Vitamin E

Menjaga sistem imun dan proses metabolism tubuh Berperan sebagai antioksidan

minyak nabati, alpukat, sayuran berdaun hijau

germ putih, biji bunga matahari, kacang, selai kacang

Vitamin K

Membentuk protein penutup luka jika ada pendarahan Berperan dalam

pembentukan protein di darah, tulang dan ginjal

Brokoli, kedelai, sayuran berdaun hijau gelap seperti kale, sawi, lobak / bit hijau dan bayam


(35)

2.2.5. Cairan

Menjaga keseimbangan cairan merupakan faktor yang harus diperhatikan pada saat latihan atau saat pertandingan. Dehidrasi (kehilangan cairan) yang berlebihan akan menyebabkan penurunan suplai darah ke organ-organ sehingga dapat menyebabkan keram otot, letih, dan pusing. Akibatnya dapat meningkatkan resiko cedera.

Kekurangan konsumsi cairan dapat menyebabkan dehidrasi yang berpengaruh terhadap performa atlet. Berkurangnya 1-2% beratnya tubuh akibat berkeringat dapat menurunkan performa sebesar 10%, berkurangnya 5% berat badan dapat menurunkan performa sebesar 30%.

Rehidrasi sulit dilakukan pada saat derajat sedang atau tingi (defisit cairan >2%) dan interval antar sesi latihan kurang dari 6-8 jam. Agar rehidrasi optimal, perlu dibuat suatu jadwal terencana tentang asupan cairan, seperti cairan harus dikonsumsi terus menerus walaupun tidak haus dan konsumsi cairan segera setelah berlatih atau bertanding (KEMENKES RI, 2013)

Secara umum rekomendasi pemberi cairan untuk atlet adalah: 1. Pemberian cairan didasarkan pada intesitas dan durasi latihan. 2. Mulai latihan atau pertandingan dalam kondisi hidrasi yang baik. 3. Cairan harus diberikan setiap waktu saat sesi pertandingan.

4. Pemberian cairan dilakukan secara bertahap, selama dan setelah latihan atau pertandingan mengonsumsi cairan 150 – 250 cc dengan interval waktu tertentu.

5. Membiasakan atlet memenuhi kebutuhan cairan pada masa latihan agar saat pertandingan laju pengosongan lambung tetap terpelihara.

6. Cairan yang diberikan untuk mengganti cairan yang hilang adalah cairan yang mengandung glukosa 5-7%, maksimal diberikan dalam waktu 1 jam setara dengan 30-60% glukosa dan dengan suhu sekitar 15-20⁰ celcius. Suhu yan terlalu dingin atau panas bisa mengganggu penyerapan di gastrointestinal.

7. Saat pertandingan, konsumsi cairan yang sudah biasa diminum saat latihan karena tubuh atlet sudah terbiasa.


(36)

8. Jenis cairan yang bisa diberikan adalah air putih, sport drink, atau jus buah.

9. Hindari cairan yang mengandung kafein dan alkohol karena bersifat diuretik.

2.3. Asupan nutrisi sebelum dan saat pertandingan 2.3.1. Sebelum pertandingan

Persiapan asupan nutrisi yang diberikan sebelum pertandingan akan sangat menentukan performa seorang atlet saat pertandingan.

Olahraga berat

Seminggu sebelum pertandingan, otot-otot yang akan digunakan diberi latihan yang melelahkan sekali. Makanannya hamper seluruhnya tinggi lemak dan protein. Diberikan selama 3 hari berturut-turut sehingga glikogen otot akan rendah sekali. Pada hari yang keempat sampai waktu pertandingan tiba, diberikan makanan tinggi karbohidrat.

Semua cabang olahraga

Pada fase sebelum pertandingan, atlet melakukan persiapan pemenuhan zat gizi sesuai status kesehatan awal, status kebugaran, kondisi fisik, dan psikologis atlet.

Tujuan pengaturan zat gizi atlet pada fase ini adalah: 1. Menjaga kesehatan.

2. Memelihara dan meningkatkan status kebugaran. 3. Membantu mencapai adaptasi optimal.

4. Membentuk tubuh sesuai cabang olahraganya.

5. Melatih atlet membiasakan diri terhadap makanan yang akan dikonsumsi di lokasi pertandingan, di dalam maupun luar negeri.


(37)

2.3.2. Saat pertandingan

Pada saat pertandingan pemberian asupan nutrisi untuk atlet dengan cara menurunkan jumlah protein, meningkatkan karbohidrat sesaat serta peningkatan kebutuhan cairan dan elektrolit. Pada pertandingan yang lebih dari 1 jam, atlet memerlukan cairan pengganti keringat yang dikeluarkan oleh tubuh, apalagi bila pertandingan diadakan saat cuaca panas dan kelembaban tinggi. Cairan sebaiknya mengandung karbohidrat (5-7%), natrium (10-20 mmol/L), dan kalium (4-5 mmol/L).

Pengaturan asupan nutrisi saat pertandingan terbagi menjadi tiga fase: 1. Sebelum pertandingan

2. Saat pertandingan 3. Sesudah pertandingan

Makanan yang dikonsumsi selama tiga fase tersebut bertujuan untuk memberikan kenyamanan tubuh dan performa terbaik selama masa pertandingan. Seperti:

1. Proses pencernaan makanan di dalam usus tidak mengganggu kinerja atlet. 2. Memudahkan penyerapan zat gizi.

3. Kebutuhan energi selama bertanding bisa terpenuhi. 4. Tubuh tidak kekurangan cairan dan elektrolit.

5. Mempercepat pemulihan segera setelah pertandingan. 6. Mengurangi resiko kelelahan dan cedera.

Asupan nutrisi sebelum pertandingan

Tujuan asupan nutrisi sesaat sebelum pertandingan adalah untuk menyediakan cadangan energi dan cairan sehingga atlet dapat bertanding dengan performa terbaik. Makanan untuk menunjang performa atlet harus dirancang dengan mempertimbangkan jenis olahraga, intensitas, dan lama pertandingan. Menu makanan tersebut sebaiknya tinggi karbohidrat, cukup protein, rendah lemak, rendah serat, cukup vitamin, mineral, dan air.


(38)

Pola hidangan yang dikonsumsi atlet menjelang pertandingan adalah sebagai berikut:

1. 3-4 jam sebelum bertanding, makanan lengkap.

2. 2-3 jam sebelum bertanding, makanan kecil misalnya roti. 3. 1-2 jam sebelum bertanding, makanan cair brupa jus buah.

4. 30-60 menit sebelum bertanding, hanya boleh mengonsumsi minuman cair.

Asupan nutrisi saat pertandingan

Asupan nutrisi selama pertandingan harus menjaga status hidrasi dan cadangan glikogen sehingga performa atlet tetap optimal. Pertandingan yang berlangsung lama (lebih dari 1 jam) dapat menyebabkan dehidrasi serta kehilangan elektrolit. Kehilangan lebih dari 2 % dapat menurunkan performa atlet.

Seorang atlet yang baik tahu kapan waktu untuk mengonsumsi cairan agar mencegah dehidrasi karena sebenarnya dehidrasi sudah terjadi sebelum adanya rasa haus. Jumlah air yang diminum harus sesuai dengan jumlah pengeluaran keringat. Volume air yang diminum berkisar antara 100 – 150 ml setiap 30 – 45 menit. Air yang diminum sebaiknya mengandung karbohidrat dan jumlah elektrolit yang seimbang (isotonik).

Asupan nutrisi sesudah pertandingan

Pemberian asupan nutrisi setelah pertandingan bertujuan untuk (KEMENKES RI, 2013):

1. Mengembalikan cairan dan elektrolit yang keluar (rehidrasi) dari keringat selama pertandingan. Selain air, rehidrasi juga diberikan untuk mengganti natrium yang hilang. Natrium dapat diperoleh dari makanan maupun minuman, seperti roti, sereal, dan lain-lain.


(39)

3. Membangun protein otot dan memperbaiki kerusakan otot. Pemberian protein berkisar 10-20 gram.

4. Kondisi atlet setelah pertandingan tentunya berbeda dengan kondisi sebelum pertandingan. Oleh karena itu makanan yang diberikan harus sesuai porsi dan waktu pemberiannya. Berikut waktu dan cara pemberian yang tepat:

1. Segera setelah bertanding atlet diberikan 1-2 gelas air dengan suhu 15-20⁰ Celcius.

2. Setengah jam setelah bertanding atlet diberikan 1 gelas jus buah dengan kandungan karbohidrat 8-12% (karbohidrat bersumber dari buah dan gula tambahan).

3. Satu jam setelah bertanding diberikan: 1 gelas jus buah, snack ringan atau makanan cair yang mengandungkarbohidrat sebesar 300 kalori.

4. 2 jam setelah bertanding diberikan makanan lengkap dengan porsi kecil dengan lauk pauk yang tidak digoreng dan tidak mengandung santan. Dan lauk diperbanyak buah dan sayuran. Sayuran berkuah lebih baik karena membantu memenuhi kebutuhan cairan seperti sop, soto, dan sebagainya. 5. Biasanya atlet akan merasa lapar setelah 4 jam pertandingan. Oleh karena

itu makanan pada malam hari menjelang tidur harus diberikan pada atlet yang bertanding pada malam hari.

6. Contoh makanan dan minuman yang dapat diberikan setelah pertadingan antara lain: sport drink, jus jeruk, kacang rebus, buah segar, roti dengan selai, sereal, susu, yoghurt, sandwich, dan lain-lain.


(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DESAIN OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Siswa sekolah sepakbola adalah anak-anak umur 8-16 tahun yang mengikuti program latihan di SSB Sejati Pratama Medan.

2. Asupan nutrisi adalah makanan yang dikonsumsi siswa SSB Sejati Pratama Medan selama pertandingan berlangsung. Dilakukan dengan metode wawancara dengan formulir food recall 24 jam.

3. Kecukupan nutrisi adalah kecukupan energi, nutrisi sumber energi, vitamin B1 dan B2, serta cairan selama pertandingan.

4. Kecukupan energi, nutrisi sumber energi, vitamin B1 dan B2 dikelompokkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu kurang (<70%), cukup (70-100%), dan lebih (>100%).

5. Asupan cairan saat pertandingan yang dilihat adalah asupan cairan rata-rata sesaat sebelum pertandingan dan saat pertandingan.

6. Saat pertandingan adalah waktu saat pertandingan persahabatan yang berlangsung pada tanggal 21 September 2014.

Asupa n nutrisi siswa SSB Sejati Pratama Medan saat

pertandingan

Gambaran gg Kecukupan nutrisi siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan


(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional, dimana penelitian ini untuk melihat gambaran kecukupan asupan nutrisi siswa SSB Sejati Pratama Medan saat pertandingan tahun 2014.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dimulai sejak penyusunan proposal hingga penyelesaian hasil karya tulis ilmiah yang berlangsung sejak bulan Februari hingga Desember 2014. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Sejati yang menjadi tempat berlatih SSB Sejati Pratama dan sekaligus tempat berlangsungnya pertandingan persahabatan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah 201 atlet sepakbola anak-anak yang berlatih di SSB Sejati Pratama.

4.3.2. Subjek yang diteliti

Seluruh atlet SSB Sejati Pratama yang ikut bertanding dalam pertandingan persahabatan.

4.3.3. Sampel penelitian

Sampel yang digunakan adalah keseluruhan sampel (total sample).

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dari siswa SSB. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan formulir food recall 24 jam. Formulir diberikan kepada anak saat pertandingan. Sebelumnya, saya menjelaskan terlebih dahulu


(42)

cara mengisi formulir agar bisa diisi dengan benar. Jika anak merasa susah dalam mengisinya, maka dapat dibantu oleh orang tua.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan data

Data-data tentang asupan nutrisi yang diperoleh dari formulir food recall

24 jam dimasukkan lalu diolah dengan program nutrisurvey. Kemudian

nutrisurvey akan memberikan hasil berupa rincian asupan nutrisi perhari dari setiap responden. Selanjutnya hasil tersebut dikelompokkan kecukupannya berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu kurang (<70%), cukup (70-100%), dan lebih (>100%).

4.5.2. Analisis data

Data yang didapatkan dari hasil olahan nutrisurvey lalu dimasukkan ke dalam Statistic Package for Social Sciences (SPSS). Kemudian dilakukan analisis secara statistik meliputi analisis deskriptif yang menyajikan data-data asupan energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin B1, vitamin B2, dan cairan sebelum dan saat pertandingan. Lalu dilakukan tabulasi silang terhadap data-data asupan energi dengan asupan sumber-sumber energi (karbohidrat, lemak, dan protein) dan terhadap asupan energi berdasarkan kelompok umur.


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Lapangan Sepakbola Sejati Pratama yang merupakan tempat berlatih bagi siswa-siswa Sekolah Sepakbola (SSB) Sejati Pratama. SSB Sejati Pratama merupakan salah satu SSB yang masih aktif dalam membimbing pelatihan sepakbola bagi anak-anak di kota Medan. SSB ini beralamat di Jl. Karya Jaya, Kel. Masyur, Medan Johor. SSB Sejati Pratama memiliki sebanyak 201 siswa yang dikelompokkan berdasarkan tahun kelahiran masing-masing siswa yaitu mulai dari tahun kelahiran 1998 hingga 2006. SSB Sejati Pratama memiliki 6 orang pelatih, dimana tiap kelompok umur siswa dilatih oleh 1 orang pelatih. Latihan sepak bola dilaksanakan di Lapangan Sejati, Jalan Karya Jaya, Medan Johor, setiap hari senin dan kamis yang dimulai dari puku l 15.00-18.00, serta hari minggu mulai pukul 07.00-10.00.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan kepada 47 orang responden yang merupakan siswa SSB Sejati Pratama yang mengikuti pertandingan persahabatan pada tanggal 21 September 2014. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati adalah kelompok umur.

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Umur n Presentase (%)

> 12 tahun 6 12,8

10 – 12 tahun 20 42,6

< 10 tahun 21 44,7


(44)

5.1.3 Asupan Nutrisi

Asupan nutrisi adalah jumlah asupan energi, karbohidrat, lemak, protein, vitamin B1 dan B2, serta cairan sebelum dan saat pertandingan yang bersumber dari asupan makanan dan minuman selama 24 jam.

5.1.3.1Energi

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (83%) mengonsumsi energi dalam jumlah kurang. Distribusi frekuensi asupan energi responden dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Asupan Energi Responden Asupan Energi

(kka l/hari) n

Persentase (%)

Kurang 39 83

Cukup 5 10,6

Lebih 3 6,4

Total 47 100

5.1.3.2Karbohidrat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat asupan karbohidrat responden berdasarkan AKG dengan persentase tertinggi adalah asupan karbohidrat kurang (80,9%). Distribusi frekuensi asupan karbohidrat responden dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini.


(45)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Asupan Karbohidrat Responden Asupan Karbohidrat

(gram/hari) n

Persentase (%)

Kurang 38 80,9

Cukup 5 10,6

Lebih 4 8,5

Total 47 100

5.1.3.3Lemak

Pada asupan lemak didapatkan gambaran bahwa tingkat asupan lemak responden berdasarkan AKG dengan persentase tertinggi adalah asupan lemak kurang yaitu sebanyak 29 responden (61,7%). Distribusi frekuensi asupan lemak responden dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Asupan Lemak Responden Asupan Lemak

(gram/hari) n

Persentase (%)

Kurang 29 61,7

Cukup 11 23,4

Lebih 7 14,9

Total 47 100

5.1.3.4Protein

Hasil penelitian pada 47 responden didapatkan bahwa sebagian besar kurang dalam asupan protein yaitu sebanyak 21 responden (44,7%). Distribusi frekuensi asupan protein responden dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini.


(46)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Asupan Protein Responden Asupan Protein

(gram/hari) n

Persentase (%)

Kurang 21 44,7

Cukup 18 38,3

Lebih 8 17

Total 47 100

5.1.3.5Vitamin B1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat asupan vitamin B1 berdasarkan AKG dengan persentase tertinggi adalah asupan vitamin B1 kurang yaitu sebanyak 45 responden (95,7%). Distribusi frekuensi asupan vitamin B1 responden dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin B1 Responden Asupan Vitamin B1

(mg/hari) n

Persentase (%)

Kurang 45 95,7

Cukup 2 4,3

Total 47 100

5.1.3.6Vitamin B2

Tingkat asupan vitamin B2 responden berdasarkan AKG dengan persentase tertinggi adalah asupan vitamin B2 kurang yaitu sebanyak 37 responden (78,7%). Distribusi frekuensi asupan vitamin B2 responden dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini.


(47)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin B2 Responden Asupan Vitamin B2

(mg/hari) n

Persentase (%)

Kurang 37 78,7

Cukup 5 10,6

Lebih 5 10,6

Total 47 100

5.1.3.7Cairan Sebelum dan Saat Pertandingan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan rata-rata cairan sebelum pertandingan adalah 401,28 cc. Dengan asupan cairan terendah adalah 200 cc dan tertinggi adalah 720 cc.

Sedangkan untuk asupan rata-rata cairan saat pertandingan adalah 446,81 cc. Dengan asupan cairan terendah adalah 200 cc dan tertinggi adalah 600 cc. Gambaran rata-rata asupan cairan sebelum dan saat pertandingan dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini.

Tabel 5.8 Rata-rata Asupan Cairan Sebelum dan Saat Pertandingan Cairan Asupan Cairan

(mean±SD)

Kebutuhan Zat Gizi (cc)

Sebelum Pertandingan 401,28±130,177 500-1000 cc

Saat Pertandingan 446,81±103,946 150-200 cc

5.1.4 Asupan Energi Berdasarkan Nutrisi Sumber Energi 5.1.4.1Karbohidrat

Setelah dilakukan pengamatan pada asupan nutrisi responden, didapatkan 39 responden dengan asupan energi kurang dengan 35 (90%) responden mendapatkan asupan karbohidrat kurang dan 4 (10%) responden mendapatkan asupan karbohidrat cukup. Pada 5 responden yang memiliki asupan energi cukup didapatkan 3 (60%) responden mendapatkan asupan karbohidrat kurang, 1 (20%) responden asupan karbohidrat cukup, dan 1 (20%) responden asupan karbohidrat


(48)

lebih. Pada 3 responden yang memiliki asupan energi lebih, 100 % juga mendapatkan asupan karbohidrat lebih. Gambaran asupan energi berdasarkan asupan karbohidrat bisa dilihat pada tabel 5.9 berikut.

Tabel 5.9 Gambaran Asupan Energi Berdasarkan Asupan Karbohidrat

Asupan Energi Asupan Karbohidrat Total (n%) Kurang (n%) Cukup (n%) Lebih (n%)

Kurang 35 (90%) 4 (10%) 0 39 (100%)

Cukup 3 (60%) 1 (20%) 1 (20%) 5 (100%)

Lebih 0 0 3 (100%) 3 (100%)

5.1.4.2Lemak

Setelah ditabulasi silang, diantara 39 responden yang memiliki asupan energi kurang didapatkan 28 (72%) responden yang kurang asupan lemak, 10 (26%) responden cukup asupan lemak, dan 1 (2%) responden dengan asupan lemak berlebih. Dengan jumlah 5 responden yang memiliki asupan energi cukup didapatkan 1 (20%) responden dengan asupan lemak kurang dan 4 (80%) responden asupan lemaknya berlebih. Lalu dari total 3 responden yang memiliki asupan energi lebih, didapatkan 1 (33%) responden cukup asupan lemak dan 2 (67%) responden asupan lemak berlebih. Gambaran asupan energi berdasarkan asupan karbohidrat bisa dilihat pada tabel 5.10 berikut.

Tabel 5.10 Gambaran Asupan Energi Berdasarkan Asupan Lemak

Asupan Energi Asupan Lemak Total (n%) Kurang (n%) Cukup (n%) Lebih (n%)

Kurang 28 (72%) 10 (26%) 1 (2%) 39 (100%)

Cukup 1 (20%) 0 4 (80%) 5 (100%)


(49)

5.1.4.3Protein

Pada hasil tabulasi silang antara asupan energi berdasarkan asupan protein didapatkan 39 responden yang memiliki asupan energi kurang ternyata ada 21 (54%) responden kurang dalam asupan protein, 17 (44%) responden asupan protein cukup, dan 1 (2%) responden asupan protein lebih. Lalu dari 5 reponden yang memiliki asupan energi cukup ada 1 (20%) responden dengan asupan protein cukup dan 4 (80%) responden asupan protein lebih. Dan dari 3 responden yang asupan energinya lebih juga 100% memiliki asupan protein yang lebih. Gambaran asupan energi berdasarkan asupan protein bisa dilihat pada tabel 5.11 berikut.

Tabel 5.11 Gambaran Asupan Energi Berdasarkan Asupan Protein

Asupan Energi Asupan Protein Total (n%) Kurang (n%) Cukup (n%) Lebih (n%)

Kurang 21 (54%) 17 (44%) 1 (2%) 39 (100%)

Cukup 0 1 (20%) 4 (80%) 5 (100%)

Lebih 0 0 3 (100%) 3 (100%)

5.1.5 Asupan Energi Berdasarkan Kelompok Umur

Dari hasil penelitian didapatkan juga gambaran distribusi energi berdasarkan kelompok umur, yaitu di kelompok umur >12 tahun terdapat 2 orang dengan asupan energi cukup dan 19 orang dengan asupan energi kurang. Di kelompok umur 10-12 tahun terdapat 3 orang dengan asupan energi lebih, 2 orang dengan asupan energi cukup, dan 15 orang dengan asupan energi kurang. Dan di kelompok umur <10 tahun terdapat 1 orang dengan asupan energi cukup dan 5 orang dengan asupan energi kurang. Untuk gambaran secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut.

Tabel 5.12 Asupan Energi Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Umur Kurang (n%) Cukup (n%) Lebih (n%)


(50)

10-12 tahun 15 (38%) 2 (40%) 3 (100%)

>12 tahun 19 (49%) 2 (40%) 0

Total 39 (100%) 5 (100%) 3 (100%)

5.2 Pembahasan

Asupan nutrisi bagi seorang anak merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Terlebih lagi jika anak memiliki aktivitas yang lebih daripada anak-anak pada umumnya, salah satunya adalah berlatih olahraga sepakbola. Kebutuhan asupan nutrisi yang meningkat saat aktivitas olahraga adalah energi dan cairan. Energi dibutuhkan oleh tubuh untuk mempertahankan regulasi perdarahan, persarafan, pernafasan, dan gerak otot saat olahraga (Mustamin, Kunaepah, dan Ayu, 2010). Sedangkan cairan penting untuk mencegah dari dehidrasi yang dapat menyebabkan heat cramp, heat exhaustion,

hingga heat stroke (Frates, 2000).

Pada tabel 5.2 didapatkan bahwa anak-anak siswa SSB Sejati Pratama lebih banyak yang kurang dalam asupan energi, yaitu sebanyak 39 orang (83%). Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Regar dan Sekartini (2012) yang meneliti tentang hubungan kecukupan asupan energi dengan status gizi anak usia 5-7 tahun pada 122 anak di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Mereka mendapatkan bahwa sebagian besar responden asupan energinya rendah yaitu sebanyak 80,3%.

Pada tabel 5.3 didapatkan bahwa anak-anak siswa SSB Sejati Pratama sebagian besar kurang dalam asupan karbohidrat, yaitu sebanyak 38 orang (80,9%). Hasil ini didukung oleh penelitian Hastuti dan Zulaekah (2009) tentang hubungan tingkat konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak dengan kesegaran jasmani anak SD di SDN Kartasura I. Mereka meneliti sebanyak 54 responden dan mendapatkan hasil sebanyak 66,6% anak kurang dalam asupan karbohidrat. Kekurangan karbohidrat, yang merupakan kebutuhan energi utama tubuh, dapat menyebabkan anak menjadi lemas dan mempengaruhi performanya saat pertandingan.

Pada tabel 5.4 didapatkan bahwa anak-anak siswa SSB Sejati Pratama sebagian besar kurang dalam asupan lemak, yaitu sebanyak 29 orang (61,7%). Hasil ini didukung oleh penelitian Veronica, Dachlan, dan Taiyeb (2013) yang


(51)

dan dibutuhkan saat sedang melakukan olahraga aerobic dalam waktu lama (KEMENKES RI, 2013)

Pada tabel 5.5 didapatkan bahwa anak-anak siswa SSB Sejati Pratama sebagian besar kurang dalam asupan protein, yaitu sebanyak 21 orang (44,7%). Hasil ini didukung oleh penelitian Yusnita (2006) yang melakukan penelitian tentang gambaran kecukupan energi dan protein terhadap 139 keluarga di desa Perbaungan Aek Nabara, Kabupaten Labuhan Batu dan mendapatkan 54% asupan proteinnya di bawah rata-rata. Protein mempunyai fungsi penting bagi anak, yaitu sebagai sumber energi dan juga sebagai zat pembangun dalam tubuh. Bagi seorang anak yang berlatih sepakbola tentunya membutuhkan asupan yang lebih dari anak biasa. Kalau sebagai anak biasa saja asupannya kurang apalagi untuk memenuhi kebutuhan asupannya di sepakbola, tentunya akan merdampak pada performa anak (Gaspar, 2010).

Pada tabel 5.6 dan tabel 5.7 didapatkan bahwa anak-anak siswa SSB Sejati Pratama sebagian besar kurang dalam asupan vitamin B1 dan B2, yaitu sebanyak 45 orang (95,7%) dan 37 orang (78,7%). Hasil ini didukung oleh penelitian Shirang Netke (2014) yang meniliti kekurangan vitamin pada negara-negara berkembang. Salah satunya adalah di negara Thailand yang mengalami kekurangan asupan vitamin B1 dan B2 dengan rentang 40-80%.

Pada tabel 5.8 didapatkan hasil rata-rata asupan cairan sebelum pertandingan pada anak-anak siswa SSB Sejati Pratama adalah 401,28 cc. Tentunya jumlah ini masih kurang dari yang diharapkan yaitu 500-1000 cc. Untuk hasil rata-rata asupan cairan saat pertandingan didapatkan sebanyak 446,81 cc. Hasil ini sudah memenuhi kebutuhan cairannya saat pertandingan yang berkisar 100-250 cc. Kurangnya cairan beberapa saat sebelum pertandingan akan menurunkan performanya. Berkurangnya 1-2% beratnya tubuh akibat berkeringat dapat menurunkan performa sebesar 10%, berkurangnya 5% berat badan dapat menurunkan performa sebesar 30%. Karena rehidrasi sulit dilakukan jika sudah dehidrasi derajat sedang atau tinggi (>2%), sehingga hyperhidration sebelum pertandingan menjadi penting (KEMENKES RI, 2013).

Gambaran kecukupan asupan energi berdasarkan asupan nutrisi sumber energi menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang kurang dalam jumlah asupan energi juga kurang dalam jumlah asupan nutrisi sumber energi (dapat dilihat pada tabel 5.9). Pada ketiga tabel tersebut bisa dibandingkan bahwa masing-masing asupan sumber energi punya pengaruh yang berbeda terhadap asupan energi. Dari asupan energi kurang didapatkan hampir seluruh responden juga memiliki asupan karbohidrat kurang. Lalu pengaruh asupan lemak semakin berkurang terhadap asupan energi. Dan begitu pula dengan kekurangan asupan protein yang semakin berkurang pengaruhnya. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan Guyton (2011) bahwasanya karbohidrat, lemak, dan protein semuanya


(52)

dapat disintesis menjadi bentuk energi, namun karbohidrat merupakan satu-satunya sumber nutrisi yang bermakna yang dapat dipakai untuk menghasilkan energi tanpa pemakaian oksigen. Sedangkan lemak dan protein akan diolah menjadi energi kalau tidak bisa lagi didpatkan sumber karbohidrat.

Pada tabel 5.12 terlihat gambaran bahwa semakin tua usia maka asupan energi semakin berkurang. Ini sesuai dengan data yang dilaporkan Riset Kesehatan Dasar (riskesdas, 2010). Salah satu penyebabnya bisa dikarenakan kebiasaan jajan saat di sekolah sehingga menurunkan nafsu makan. Semakin tua umur anak maka akan semakin banyak kegiatan yang diikuti di sekolah, sehingga akan semakin kuat menimbulkan rasa ingin jajan. Ketika seorang anak sudah banyak jajan, maka nafsu untuk makan siang akan menurun. Padahal di jajanan sendiri belum bisa terjamin kandungan nutrisinya (Nasution, 2010).


(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian tentang gambaran asupan nutrisi siswa SSB Sejati Pratama Medan tahun 2014, yang dilakukan dengan satu kali pengambilan dengan menggunakan food recall 24 jam yaitu saat pertandingan, mendapatkan kesimpulan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa SSB Sejati Pratama masih kurang dalam asupan nutrisi saat pertandingan.

2. Rata-rata asupan energi siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

3. Rata-rata asupan karbohidrat siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

4. Rata-rata asupan lemak siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

5. Rata-rata asupan protein siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

6. Rata-rata asupan vitamin B1 siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

7. Rata-rata asupan vitamin B2 siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

8. Rata-rata asupan cairan sesaat sebelum pertandingan masih kurang. Namun rata-rata asupan cairan siswa SSB Sejati Pratama saat pertandingan sudah terpenuhi.

6.2 Saran 6.2.1 Anak


(54)

1. Setiap anak yang akan mengikuti suatu pertandingan atau turnamen sebaiknya menyiapkan diri sejak beberapa hari sebelumnya dengan memakan makanan yang akan menunjang kebutuhan energinya pada saat pertandingan.

2. Sebelum pertandingan sebaiknya anak minimal meminum sebanyak 500 cc untuk persiapan kebutuhan cairannya saat pertandingan (hyperhidration). Dan jenis cairan yang dikonsumsi sebaiknya adalah cairan yang mengandung natrium dan kalium.

3. Sebaiknya anak membiasakan diri memakan semua makanan dengan gizi seimbang tanpa memilih-milih jenis makanan tertentu saja.

4. Sebaiknya tidak membiasakan diri jajan di sekolah. Usahakan membawa makanan sendiri dari rumah.

6.2.2 Orang Tua

Orang tua sebaiknya memiliki pengetahuan akan penyajian makanan dengan gizi seimbang dan pengetahuan tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak sehingga dapat menunjang aktivitas harian dan latihan sepakbolanya. Dan orang tua juga sebaiknya membangun kebiasaan makan yang baik di rumah, seperti mengajarkan anak untuk mengonsumsi makanan sehat, makan sebelum memulai aktivitas yang berat, membiasakan minum air putih, dan lain-lain.

6.2.3 Pelatih dan Pengurus SSB Sejati Pratama

Saran untuk pengurus dan pelatih di SSB Sejati Pratama yaitu:

1. SSB sebaiknya mengadakan pelatihan program asupan nutrisi bagi atlet anak-anak untuk para pelatih sehingga pelatih selain mengajarkan program latihan sepakbola, juga menginformasikan program asupan nutrisi yang baik dan benar untuk anak didiknya.


(55)

3. Pihak SSB sebaiknya membina hubungan dan komunikasi dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) tentang penyelenggaraan makanan dengan gizi seimbang bagi siswa sehingga program pembinaan atlet muda bisa berjalan dengan lebih baik.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anderson, Young, and Prior, 2013. Nutrition for the Athlete. Colorado State University. Available from:

2014]

Anonim, 2013. Functions and Food Sources of Some Common Vitamins.

Dietitians of Canada. Available from:

Anonim, 2013. Sumber Karbohidrat dan Fungsi Karbohidrat Bagi Tubuh. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Available from:

Anonim, 2014. Indonesia Ranking. FIFA. Available from:

[Accessed 20 Mei 2014]

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Bender, D. A., & Mayes, P. A., 2009. Karbohidrat yang Penting Secara Fisiologis.

In: R.K. Murray, D.K. Granner, V.W. Rodwell. Biokimia Harper (p.119).

Jakarta: EGC.

Better Health Channel. 2013. Sporting Performance and Food. Victorian Minister for Health. Available from:

Data Statistik Indonesia, 2005. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Available from:


(57)

Frates, Susan E., 2000. Sports Nutrition. In: Hendricks, K.M., Duggan,

Christopher., Walker, Allan. Manual of Pediatric Nutrition. Hamilton, ON: B. C. Decker Incorporated.

Gaspar, E.J., 2010. Nutrition Guide for College Aged Athletes. Saint Mary’s College of California.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

Hartono, Eko. 2013. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Potensi Anak.

Available from: 2014]

Hastuti, Nugrahaini, et al. Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein Dan Lemak Dengan Kesegaran Jasmani Anak Sekolah Dasar di SD N

Kartasura I . (Jurnal Kesehatan ISSN Vol 2 No 1, 2009)

Irianto, D.P., 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.

Yogyakarta: Penerbit Andi

Jensen, C.D,. 2014. Vitamins & Minerals, Do Athletes Need More?. Power Bar. Available from: https://www.powerbar.ca/nutrition-in-training/vitamins-minerals-do-atheltes-need-more[Accessed 1 Juni 2014]

Keller, Jackie, 2013. A Balanced Diet For Athletes: Carbs, Fats, Protein. The Active Times. Available from:

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Gizi Olahraga Prestasi. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Mardiya, 2013. Memahami Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak. Available from:

Mustamin, et al. 2010. Tingkat Pengetahuan Gizi, Asupan, dan Status Gizi Atlet di Pusdiklat Olahraga Pelajar Sudiang Kota Makassar. Available from:


(58)

Nasution, S.S.D., 2010. Kecukupan Energi dan Protein serta Sumbangan Energi dan Protein Makanan Jajanan pada Anak SD di SD Negeri No. 060822 Medan Tahun 2010. Available from:

[Accessed 22 November 2014]

Netke, Shirang. 2014. Vitamin Defeciencies in Developing World-Assesment and

Workble Remedies.Available from:

Nisevich, Pamela M., 2008. Sports Nutrition for Young Athletes: Vital to Victory. Today’s Dietitian. Available from:

[Accessed 14 April 2014]

Nugroho, Sigit, 2009. Peran Nutrisi bagi Olahragawan. Universitas Negeri Yogyakarta. Available from:

Purcell, E.K., 2013. Sport Nutrition for Young Athlete. Canadian Pediatric Society. Available from:

Regar, Evan, et al. Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan Makronutrien dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timut Tahun 2012. (eJournal Kedokteran Indonesia Vol 1 No 3, 2013)

Sediaoetama, A.D., 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.

Staf Bank Dunia, 2012. Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia: Landasan Kokoh, Hari Esok Cerah. Bank Dunia. Available from:


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian tentang gambaran asupan nutrisi siswa SSB Sejati Pratama Medan tahun 2014, yang dilakukan dengan satu kali pengambilan dengan menggunakan food recall 24 jam yaitu saat pertandingan, mendapatkan kesimpulan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa SSB Sejati Pratama masih kurang dalam asupan nutrisi saat pertandingan.

2. Rata-rata asupan energi siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

3. Rata-rata asupan karbohidrat siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

4. Rata-rata asupan lemak siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

5. Rata-rata asupan protein siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

6. Rata-rata asupan vitamin B1 siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

7. Rata-rata asupan vitamin B2 siswa SSB Sejati Pratama adalah kategori kurang sesuai AKG.

8. Rata-rata asupan cairan sesaat sebelum pertandingan masih kurang. Namun rata-rata asupan cairan siswa SSB Sejati Pratama saat pertandingan sudah terpenuhi.

6.2 Saran 6.2.1 Anak


(2)

1. Setiap anak yang akan mengikuti suatu pertandingan atau turnamen sebaiknya menyiapkan diri sejak beberapa hari sebelumnya dengan memakan makanan yang akan menunjang kebutuhan energinya pada saat pertandingan.

2. Sebelum pertandingan sebaiknya anak minimal meminum sebanyak 500 cc untuk persiapan kebutuhan cairannya saat pertandingan (hyperhidration). Dan jenis cairan yang dikonsumsi sebaiknya adalah cairan yang mengandung natrium dan kalium.

3. Sebaiknya anak membiasakan diri memakan semua makanan dengan gizi seimbang tanpa memilih-milih jenis makanan tertentu saja.

4. Sebaiknya tidak membiasakan diri jajan di sekolah. Usahakan membawa makanan sendiri dari rumah.

6.2.2 Orang Tua

Orang tua sebaiknya memiliki pengetahuan akan penyajian makanan dengan gizi seimbang dan pengetahuan tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak sehingga dapat menunjang aktivitas harian dan latihan sepakbolanya. Dan orang tua juga sebaiknya membangun kebiasaan makan yang baik di rumah, seperti mengajarkan anak untuk mengonsumsi makanan sehat, makan sebelum memulai aktivitas yang berat, membiasakan minum air putih, dan lain-lain.

6.2.3 Pelatih dan Pengurus SSB Sejati Pratama

Saran untuk pengurus dan pelatih di SSB Sejati Pratama yaitu:

1. SSB sebaiknya mengadakan pelatihan program asupan nutrisi bagi atlet anak-anak untuk para pelatih sehingga pelatih selain mengajarkan program latihan sepakbola, juga menginformasikan program asupan nutrisi yang baik dan benar untuk anak didiknya.

2. SSB sebaiknya mengadakan penyuluhan asupan nutrisi untuk para orang tua sehingga orang tua juga mengerti akan kebutuhan asupan nutrisi yang baik anak-anaknya.


(3)

3. Pihak SSB sebaiknya membina hubungan dan komunikasi dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) tentang penyelenggaraan makanan dengan gizi seimbang bagi siswa sehingga program pembinaan atlet muda bisa berjalan dengan lebih baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anderson, Young, and Prior, 2013. Nutrition for the Athlete. Colorado State University. Available from:

2014]

Anonim, 2013. Functions and Food Sources of Some Common Vitamins.

Dietitians of Canada. Available from:

Anonim, 2013. Sumber Karbohidrat dan Fungsi Karbohidrat Bagi Tubuh. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Available from:

Anonim, 2014. Indonesia Ranking. FIFA. Available from:

[Accessed 20 Mei 2014]

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Bender, D. A., & Mayes, P. A., 2009. Karbohidrat yang Penting Secara Fisiologis.

In: R.K. Murray, D.K. Granner, V.W. Rodwell. Biokimia Harper (p.119).

Jakarta: EGC.

Better Health Channel. 2013. Sporting Performance and Food. Victorian Minister for Health. Available from:

Data Statistik Indonesia, 2005. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Available from:

Direktorat Gizi Masyarakat, 2002. Gizi Atlet Sepakbola. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.


(5)

Frates, Susan E., 2000. Sports Nutrition. In: Hendricks, K.M., Duggan,

Christopher., Walker, Allan. Manual of Pediatric Nutrition. Hamilton, ON: B. C. Decker Incorporated.

Gaspar, E.J., 2010. Nutrition Guide for College Aged Athletes. Saint Mary’s College of California.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

Hartono, Eko. 2013. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Potensi Anak.

Available from: 2014]

Hastuti, Nugrahaini, et al. Hubungan Tingkat Konsumsi Karbohidrat, Protein Dan Lemak Dengan Kesegaran Jasmani Anak Sekolah Dasar di SD N

Kartasura I . (Jurnal Kesehatan ISSN Vol 2 No 1, 2009)

Irianto, D.P., 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.

Yogyakarta: Penerbit Andi

Jensen, C.D,. 2014. Vitamins & Minerals, Do Athletes Need More?. Power Bar. Available from: https://www.powerbar.ca/nutrition-in-training/vitamins-minerals-do-atheltes-need-more[Accessed 1 Juni 2014]

Keller, Jackie, 2013. A Balanced Diet For Athletes: Carbs, Fats, Protein. The Active Times. Available from:

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Gizi Olahraga Prestasi. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

Mardiya, 2013. Memahami Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak. Available from:

Mustamin, et al. 2010. Tingkat Pengetahuan Gizi, Asupan, dan Status Gizi Atlet di Pusdiklat Olahraga Pelajar Sudiang Kota Makassar. Available from:


(6)

Nasution, S.S.D., 2010. Kecukupan Energi dan Protein serta Sumbangan Energi dan Protein Makanan Jajanan pada Anak SD di SD Negeri No. 060822 Medan Tahun 2010. Available from:

[Accessed 22 November 2014]

Netke, Shirang. 2014. Vitamin Defeciencies in Developing World-Assesment and

Workble Remedies.Available from:

Nisevich, Pamela M., 2008. Sports Nutrition for Young Athletes: Vital to Victory. Today’s Dietitian. Available from:

[Accessed 14 April 2014]

Nugroho, Sigit, 2009. Peran Nutrisi bagi Olahragawan. Universitas Negeri Yogyakarta. Available from:

Purcell, E.K., 2013. Sport Nutrition for Young Athlete. Canadian Pediatric Society. Available from:

Regar, Evan, et al. Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan Makronutrien dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timut Tahun 2012. (eJournal Kedokteran Indonesia Vol 1 No 3, 2013)

Sediaoetama, A.D., 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.

Staf Bank Dunia, 2012. Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini di Indonesia: Landasan Kokoh, Hari Esok Cerah. Bank Dunia. Available from: