Gambar 2.9. Distribusi momen tahanan terhadap momen jepit sempurna pada sambungan semi-kaku
Sumber : Ervina Sari, 2003
Dalam LRFD-A2.2, sambungan ini juga termasuk ke dalam “Tipe
PR” Partially Restrainedterkekang sebagian, dimana penggunaanya tergantung pada proporsi tertentu dari kekangan penuh. Dalam ASD-
A2.2 , desain sambungan semi-rigid menghendaki kapasitas momen pada
derajat pertengahan antara rigiditas “Tipe 1” dan fleksibilitas “Tipe 2”
Jack C. McCormac, 2008 .
Gambar 2.10. Sambungan semi-rigid connection
Sumber : Chen Lui, 1991
a single web angle b single plate
c double web angle
d header plate e top and seat angle
f top and seat angle with double web angle
g extended end plate h flush end plate
i T - stub
θ1 ≠ θ2 0 Ø θ
Menurut SNI 03-1729-2002, sambungan ini tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mempertahankan sudut-sudut diantara
komponen-komponen yang disambung.
2.4 Alat Sambung Konstruksi Baja
2.4.1 Baut
Pada suatu struktur yang terbuat dari konstruksi baja, baut merupakan suatu elemen yang paling vital untuk diperhitungkan, karena merupakan alat
sambung yang paling sering digunakan.
2.4.1.1 Jenis Baut
Ada beberapa jenis baut yang digunakan dalam perencanaan sambungan, antara lain Charles G. Salmon dan John E. Johnson, 1997 :
a. Baut Mutu Tinggi ASTM A
325
dan A
490
Baut ini berkekuatan leleh minimal 372 MPa dan mampu mengatasi slip antara dua elemen baja yang disambung pada struktur
rangka batang memikul gaya aksial. Baut A
325
terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas sekitar 558 sampai 634 MPa yang tergantung pada diameter. Baut
A
490
juga diberi perlakuan panas tetapi dibuat dari baja paduan alloy dengan kekuatan leleh sekitar 793 sampai 896 MPa yang tergantung pada
diameter baut. Alat sambung ini memiliki kepala segi enam yang tebal dan
digunakan dengan mur segi enam yang setengah halus dan tebal seperti diperlihatkan pada gambar berikut.
Gambar 2.11. Alat sambung baut
Sumber : Charles G. Salmon dan John E. Johnson,1997
Bagian ulirnya lebih pendek daripada bagian baut yang tidak struktural, dan dapat dipotong atau digiling. Diameter baut kekuatan
tinggi berkisar antara ½ dan 1 ½ inchi. Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ sampai
7 8
inchi, sedang ukuran yang paling umum digunakan dalam perencanaan jembatan
adalah
7 8
dan 1 inchi.
Pemasangan baut mutu tinggi
Kekuatan alat sambung baut mutu tinggi ditentukan oleh dimensinya, tipe bautnya, kekuatan leleh tensile strength, panjang ulir
di dalam elemen pelat, dan putaran untuk tarik awal. Pada pemasangannya, baut mutu tinggi memerlukan pemberian gaya pratarik
yang memadai. Gaya pratarik harus sebesar mungkin tanpa mengakibatkan deformasi permanen dan kehancuran dari baut. Sebagai
ganti tegangan leleh, digunakan istilah proof load, dimana beban diperoleh dengan mengalikan luas tegangan tarik dengan tegangan leleh
yang ditetapkan berdasarkan regangan tetap 0,2 atau perpanjangan 0,5 akibat beban Charles G. Salmon dan John E. Johnson, 1997.
Gaya pratarik yang ditetapkan AISC sama dengan 70 dari minimum tensile strength seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.3 dan
tarikan ini sama dengan proof load. Tabel 2.3. Tarikan baut minimum
Sumber : Charles G. Salmon dan John E. Johnson,1997