Sistematika Penulisan Analisis Sambungan Antara Rigid Connection Dan Semi-Rigid Connection Pada Sambungan Balok Dan Kolom Portal Baja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk satu kesatuan dengan menggunakan berbagai macam teknik penyambungan. Sambungan tersebut berfungsi untuk memindahkan gaya-gaya yang bekerja pada titik penyambungan ke elemen-elemen struktur yang disambung. Pada konstruksi baja, selain memindahkan gaya-gaya yang terjadi, fungsitujuan lain dilakukannya penyambungan yaitu :  menggabungkan beberapa batang baja membentuk kesatuan konstruksi sesuai kebutuhan.  mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan panjang, lebar, tebal, dan sebagainya.  memudahkan dalam penyetelan konstruksi baja di lapangan.  memudahkan penggantian bila suatu bagianbatang konstruksi mengalami rusak.  memberikan kemungkinan adanya bagianbatang konstruksi yang dapat bergerak, misal peristiwa muai-susut baja akibat perubahan suhu.

2.2 Material Baja

Baja terbuat dari biji besi dan logam besi tua yang dicampur dengan bahan tambahan yang sesuai, kemudian dilelehkan dalam tungku bertemperatur tinggi untuk menghasilkan massa-massa besi yang besar yang dinamakan blok tuangan mentah pigs atau besi kasar pigiron. Besi kasar tersebut selanjutnya dicampur logam lain untuk menghasilkan kekuatan, keliatan, pengelasan dan karakteristik ketahanan terhadap korosi karat yang diinginkan Joseph E.Bowles, 1985. Sifat baja yang penting sebagai bahan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, keseragaman bahan-bahan penyusunnya, kestabilan dimensional, daktilitas yang tinggi, kemudahan pembuatan dan cepatnya pelaksanaan. Namun, baja memiliki kekurangan seperti biaya perawatan yang besar, biaya pengadaan anti api yang besar fire proofing cost, ketahanan terhadap perlawanan tekuk kecil, dan kekuatannya akan berkurang jika dibebani secara berulangperiodik kondisi leleh atau fatigue. Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan sebagai berikut Charles G. Salmon dan John E. Johnson, 1997 : 1. Baja dengan persentase zat arang rendah low carbon steel, dimana kandungan arangnya lebih kecil dari 0,15. 2. Baja persentase zat arang ringan mild carbon steel, 0,15 - 0,29. 3. Baja persentase zat arang sedang medium carbon steel, 0,30 - 0,59. 4. Baja dengan persentase zat arang tinggi high carbon steel, 0,60 - 1,7. Baja untuk bahan struktur termasuk ke dalam baja yang persentase zat arangnya ringan mild carbon steel. Semakin tinggi kadar zat arang yang terkandung di dalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan antara lain :  Modulus elastisitas E = 200.000 MPa  Modulus geser G = 80.000 MPa  Nisbah poisson μ = 0,3  Koefisien pemuaian α = 12 x 10 -6 per o C  Serta persyaratan minimum pada tabel berikut : Tabel 2.1. Sifat mekanis baja struktural Jenis Baja Tegangan putus minimum f u MPa Tegangan leleh minimum f y MPa Peregangan minimum BJ 34 340 210 22 BJ 37 370 240 20 BJ 41 410 250 18 BJ 50 500 290 16 BJ 55 550 410 13 Sumber : Standar Nasional Indonesia SNI 03-1729-2002 Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada baja, dapat dilakukan dengan uji tarik di laboratorium. Sebagian besar percobaan atas baja akan menghasilkan bentuk hubungan antara tegangan dan regangan seperti tergambar di bawah ini. Gambar 2.1. Hubungan tegangan - regangan secara umum Sumber : Charles G. Salmon dan John E. Johnson, 1997