setelah benda yang takberwujud itu keluar dari pikiran manusia, kemudian menjelma dalam suatu ciptaan ilmu pengetahuan, seni dan sastra, jadi berupa benda berwujud
yang dalam pemanfaatan dan reproduksinya dapat merupakan sumber keuntungan uang. Inilah yang membenarkan penggolongan hak tersebut ke dalam hokum harta
benda.
60
Pada dasarnya, HKI dapat dikategorikan kedalam dua bagian, yaitu:
61
1. Hak Cipta copyrights yang terdiri dari hak cipta dan hak-hak yang
berkaitang dengan hak cipta neighbouring rights. 2.
Hak kekayaan perindustrian yang terdiri dari: a.
Paten patent; b.
Merek Dagang trade mark; c.
Desain Industri industrial design. Bidang-bidang HKI yang telah diatur dalam hukum Indonesia meliputi: Hak
Cipta, Paten, Merek, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Desain Produk Industri, dan Perlindungan Varietas Tanaman.
B. Ketentuan Hak Cipta Indonesia dalam Sejarah
Indonesia pertama kali mengenal hak cipta pada tahun 1912, yaitu pada masa Hindia Belanda. Berdasarkan Pasal 131 dan 163 I.S., hukum yang berlaku di negeri
Belanda juga diberlakukan di Indonesia berdasarkan azas korkondansi. Undang- Undang Hak Cipta saat itu adalah Auteurswet 1912 yang terus berlaku hinggaI saat
Indonesia merdeka berdasarkan ketentuan pasal 11 Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945.
62
60
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik; sejarah,teori, dan Prakteknya di Indonesia Bandung; Citra Aditya Bakti, 1997, hal. 21.
61
Saidin, Aspek Hukum…………….., Op.Cit, hal.10.
62
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta, Citra Aditya Bakti; Bandung, 1998, hal. 17
Universitas Sumatera Utara
Sejak negeri Belanda menandatangani naskah Konvensi Bern pada tanggal 1 April 1913, sebagai Negara jajahannya, Indonesia diikutsertakan dalam konvensi
tersebut sebagaimana disebutkan dalam Staatsblad Tahun 1914 Nomor 797. Ketika Konvensi Bern ditinjau kembali di Roma pada tanggal 2 Juni 1928, peninjauan ini
dinyatakan berlaku pula untuk Indonesia Staatsblad Tahun 1931 Nomor 325. Konvensi inilah yang kemudian berlaku di Indonesia sebagai jajahan Belanda dalam
hubungannya dengan dunia internasional khususnya mengenai hak pengarang hak cipta.
63
Dalam rangka menegaskan perlindungan hak cipta dan menyempurnakan hukum yang berlaku sesuai dengan perkembangan pembangunan, telah beberapa kali
diajukan Rancangan Undang-Undang Baru Hak Cipta yaitu tahun 1958, 1966, dan 1971 tetapi tidak berhasil menjadi undang-undang. Indonesia baru berhasil
menciptakan Hukum Hak Cipta Nasional sendiri pada tahun 1982 yaitu pada saat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta Lembaran Negara 1982
Nomor 15 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3117 diundangkan. Undang- undang ini sekaligus mencabut Auterswet 1912, yang dimaksudkan untuk mendorong
dan melindungi penciptaan, menyebarluaskan hasil kebudayaan di bidang ilmu seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan bangsa.
Pada tahun 1987, Undang-Undang Hak Cipta 1982 disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta Lembaran Negara 1987
Nomor 42 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3362. Di dalam pertimbangan
63
Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya di dalam Pembangunan, Akademika Pressindo; Jakarta 1994, hal. 97.
Universitas Sumatera Utara
undang-undang ini dijelaskan bahwa penyempurnaan dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta
di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra
64
. Ditambah bahwa kegiatan pelaksanaan pembangunan nasional yang semakin
meningkat, khusunya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan kesusastraan ternyata telah berkembang pula kegiatan pelanggaran Hak Cipta, terutama dalam bentuk
tindak pidana pembajakan, yang telah mencapai tingkat yang membahayakan dan dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat pada umumnya dan minat untuk
mencipta pada khusunya. Penyempurnaan berikutnya dari Undang-Undang Hak Cipta adalah pada
tahun 1997 dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 29 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3679.
Dalam pertimbangannya bahwa penyempurnaan ini diperlukan sehubungan adanya perkembangan kehidupan yang berlangsung cepat, terutama di bidang perekonomian
di tingkat nasional dan internasional yang menuntut pemberian perlindungan yang lebih efektif.
Disamping itu juga karena penerimaan dan keikutsertakan Indonesia dalam persetujuan mengenai aspek-aspek dagang yang terkait dengan hak atas kekayaan
intelektual, termasuk perdagangan barang palsu Agreement Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, Including Trade in Counterfeit Goods, disingkat
dengan TRIPs yang merupakan bagian dari persetujuan pembentukan organisasi
64
Ibid, hal 29.
Universitas Sumatera Utara
perdagangan dunia Agreement Establishing The Work Trade Organization. Pertimbangan lainnya ialah pengalaman, khususnya terhadap kekurangan dalam
penerapan Undang-Undang Hak Cipta sebelumnya.
65
Pada tahun 2002, Undang-Undang Hak Cipta yang baru telah diundangkan yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor
85 dari Tambahan Lembaran Negara Nomor 4220 yang memuat perubahan- perubahan untuk disesuaikan dengan TRIPs dan penyempurnaan beberapa hal yang
perlu untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari
keanekaragaman seni dan budaya tradisional Indonesia.
66
Selain itu, yang penting artinya dalam Undang-Undang Hak Cipta yang baru, ditegaskan dan dipilih kedudukan Hak Cipta disatu pihak dan Hak Terkait
neighboruing rights, di lain pihak dalam rangka memberikan perlindungan karya intelektual secara lebih jelas.
67
C. Pengertian Hak Cipta