Pengertian Hak Cipta PENGATURAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

perdagangan dunia Agreement Establishing The Work Trade Organization. Pertimbangan lainnya ialah pengalaman, khususnya terhadap kekurangan dalam penerapan Undang-Undang Hak Cipta sebelumnya. 65 Pada tahun 2002, Undang-Undang Hak Cipta yang baru telah diundangkan yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 85 dari Tambahan Lembaran Negara Nomor 4220 yang memuat perubahan- perubahan untuk disesuaikan dengan TRIPs dan penyempurnaan beberapa hal yang perlu untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya tradisional Indonesia. 66 Selain itu, yang penting artinya dalam Undang-Undang Hak Cipta yang baru, ditegaskan dan dipilih kedudukan Hak Cipta disatu pihak dan Hak Terkait neighboruing rights, di lain pihak dalam rangka memberikan perlindungan karya intelektual secara lebih jelas. 67

C. Pengertian Hak Cipta

Istilah Hak Cipta diusulkan pertama kalinya pada Kongres Kebudayaan di Bandung tahun 1951 sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auters Rechts. 68 65 Saidin, Op. Cit, hal. 45 66 Tim Linsey, dkk, Op.Cit hal. 6 67 Ibid, hal.94 68 Ajip Rosidi, Undang-Undang Hak Cipta 1982 Pandangan Seorang Awam, Jakarta: Djambatan 1984, hal.3 Universitas Sumatera Utara Dinyatakan kurang luas karena istilah hak pengarang itu memberikan kesan penyempitan, seolah-olah yang dicakup oleh hak pengarang itu hanyalah hak dari pengarang saja, atau yang ada sangkut pautnya dengan hak pengarang. Sedangkan istilah Hak Cipta itu lebih luas, dan ia mencakup juga tentang karang mengarang. Lebih jelas batasan pengertian ini dapat kita lihat dalam Pasal 2 ayat 1 Undang- Undang Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat 1 UUHC ini, Hak cipta adalah hak ekslusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaanya, yang timbul secara otomatis setelah suatu Ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 69 Dari pengertian ini terlihat bahwa Hak Cipta ini diberikan kepada yang berhak saja, yaitu Pencipta, tidak kepada pihal lain. Oleh karena itu, Pencipta memiliki hak monopoli terhadap ciptaannya yang dilindungi. Namun, kekuasaan monopoli atau kekuasaan istimewa demikian bukan tanpa batas mutlak. Batasannya ditentukan sendiri di dalam Undang-Undang Hak Cipta.. Menurut Auteurswet 1912 menyatakan Hak Cipta adalah hak tunggal daripada pencipta, atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusasteraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang. Kemudian Universal Copyright Convention menyatakan Hak Cipta 69 Hadi Setia Tunggal, Undang-Undang Hak Cipta UU No.19 Tahun 2002,Jakarta: Hardvarindo, 2003, hal.5 Universitas Sumatera Utara meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini. 70 Jika dicermati batasan pengertian yang diberikan oleh ketentuan diatas maka hampir disimpulkan bahwa ketiganya memberikan pengertian yang sama. Dalam Auteurswet 1912 maupun Universal Copyright Convention menggunakan istilah hak tunggal sedangkan dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002 menggunakan istilah hak eksklusif” bagi pencipta. Dalam penjelasan pasal 2 butir 1 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 tahun 2002, yang dimaksudkan dengan hak eksklusif dari pencipta adalah hak yang semata- mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. 71 Perkataan tidak ada pihak lain di atas mempunyai pengertian yang sama dengan hak tunggal yang menunjukkan hanya pencipta saja yang boleh melakukan hak itu. Inilah yang disebut dengan hak yang bersifat eksklusif. Hak Cipta merupakan istilah populer di dalam masyarakat. Walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya tidaklah sama pada setiap orang karena berbeda tingkat pemahaman tentang istilah itu. Akibatnya di dalam masyarakat sering terjadi kesalahpahaman dalam memberi arti sehingga menimbulkan kerancuan dalam penggunana bahasa yang baik dan benar. Dalam masyarakat istilah Hak Cipta ini sering dikacaukan dengan hak-hak atas kekayaan intelektual lainnya meliputi keseluruhan ciptaan manusia. Di samping ciptaan 70 Hadi Setia Tunggal, Ibid.,hal.45 71 Ibid., hal. 41 Universitas Sumatera Utara manusia makhluk, terdapat ciptaan Tuhan khalik yang tidak dimasukkan sebagai Hak Cipta. Padahal, pengertian Hak Cipta itu sudah dibatasi, hanya meliputi hasil ciptaan manusia, dibidang tertentu saja. 72 Perkataan Hak Cipta itu sendiri terdiri dari 2 kata yaitu hak dan cipta, kata hak yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah milik kepunyaan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan dan sebagainya. 73 Sedangkan yang dimaksud dengan kata cipta adalah kesanggupan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru: angan-angan yang kreatif. 74 Oleh karena itu, Hak Cipta berkaitan erat dengan intelektual manusia itu sendiri berupa hasil kerja otak. Tingkat kemampuan manusia untuk menciptakan sesuatu melalui penggunaanya sumber daya berbeda dan memang pada kenyataanya tidak semua orang mempunyai cukup waktu, tenaga, dan pikiran untuk menghasilkan suatu produk intelektualita yang bernilai. Hal ini menyebabkan Hak Cipta itu diberikan hukum kepada orang-orang tertentu saja yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Hak Cipta. Hak Cipta ini hanya diberikan terhadap ciptaan yang berwujud atau berupa ekspresi expression, yang sudah dapat dilihat, dibaca, didengarkan, dan sebagainya. Hukum Hak Cipta tidak melindungi ciptaan yang masih berupa ide idea. Supaya mendapat perlindungan Hak Cipta, suatu ide perlu diekspresikan terlebih dahulu. 72 Saidin, Op. Cit, hal. 47 73 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka, Jakarta, 1996. hal, 292 74 Ibid, hal. 169 Universitas Sumatera Utara Misalnya seorang profesor memiliki ide untuk menulis suatu buku dengan judul, organisasi, dan materi tertentu, kemudian ia menyampaikan ide tersebut kepada seorang dan ia sendiri tidak pernah menuliskannya sendiri dalam bentuk buku, maka idenya tersebut tidak dilindungi, karena ia sudah menghasilkan suatu ekspresi yang dituangkan dengan sistem perlindungan paten dan rahasia dagang yang melindungi ide. Hak Cipta diberikan terhadap ciptaan dalam bidang pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan. Hal ini tentunya berbeda dengan paten yang diberikan di bidang teknologi. Teknologi sendiri pengertiannya lebih sempit daripada ilmu pengetahuan, yaitu terbatas pada ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam proses industri, jadi teknologi lebih berupa ilmu pengetahuan terapan. Di dalam Hak Cipta selain terkandung hak ekonomi economic right dan hak moral moral right dari Pemegang Hak Cipta. Adapun yang dimaksud dengan hak ekonomi economic right adalah untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas Hak Cipta. Hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. 75 Ada delapan jenis hak ekonomi yang melekat pada Hak Cipta, yaitu: 76 1. Hak reproduksi reproduction right, yaitu hak untuk menggandakan ciptaan. 2. Hak adaptasi adaptation right, yaitu untuk mengadakan adaptasi terhadap hak cipta yang sudah ada. 3. Hak distribusi distribution right, yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan. 75 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Teori Dasar Perlindungan Rahasia Dagang, Bandung;Mandar Maju, 2000, hal.19. 76 M. Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit, hal. 65. Universitas Sumatera Utara 4. Hak pertunjukan performance right, yaitu hak untuk mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan, seniman, peragawati. 5. Hak penyiaran broadcasting right, yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang. 6. Hak program kabel cablecasting right, yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel. Hak ini hampir sama dengan penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel. 7. Droit de suit, yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan. 8. Hak pinjam masyarakat public lending right, yaitu hak pencipta atas pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan. Sementara yang dimaksud dengan hak moral moral right adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi pencipta atau penemu. Hak moral melekat pada pribadi pencipta. Hak moral tidak dapat dipisahkan dari pencipta karena bersifat pribadi dan kekal. Sifat pribadi menunjukkan ciri khas yang berkenaan dengan nama baik, kemampuan,dan integritas yang hanya dimiliki pencipta. Kekal artinya melekat pada pencipta selama hidup bahkan setelah meninggal dunia. Termasuk dalam hak moral adalah hak-hak yang berikut ini: 77 1. Hak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya namanya tetap dicantumkan pada ciptaaannya. 2. Hak untuk tidak melakukan perubahan pada ciptaan tanpa persetujuan pencipta atau ahli warisnya. 3. Hak pencipta untuk mengadakan perubahan pada ciptaan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan dalam masyarakat. Prinsip-prinsip dasar yang terdapat pada Hak Cipta yaitu: 78 1.Yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli. Dari prinsip ini diturunkan beberapa prinsip, yakni: a. Suatu ciptaan harus mempunyai keaslian orisinil untuk dapat menikmati hak-hak yang diberikan undang-undang. b. Suatu ciptaan mempunyai Hak Cipta jika ciptaaan yang bersangkutan diwujudkan dalam bentuk tulisan atau bentuk materiil yang lain. 77 Abdul Kadir Muhammad, Op. Cit, hal. 1 78 Eddy Damian, dkk, Op. Cit, hal. 99. Universitas Sumatera Utara c. Karena Hak Cipta adalah hak khusus, tidak ada orang lain yang boleh melakukan hak itu kecuali dengan izin pencipta. 2. Hak Cipta timbul dengan sendirinya otomatis. 3. Suatu ciptaan tidak selalu perlu diumumkan untuk memperoleh Hak Cipta. 4. Hak Cipta suatu ciptaan merupkan suatu hak yang diakui oleh hukum legal right harus dipisahkan dan dibedakan dari penguasaan fisik suatu ciptaan. 5. Hak cipta bukan hak mutlak absolut. Pada dasarnya, yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 adalah pencipta yang atas inspirasinya menghasilkan setiap karya dalam bentuk yang khas dan menunjukkan keasliannya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Perlu ada keahlian pencipta untuk dapat melakukan karya cipta yang dilindungi hak cipta. Ciptaan yang lahir harus mempunyai bentuk yang khas dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat pribadi pencipta. Bidang-bidang yang dilindungi hak cipta berdasarkan ketentuan pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002: 79 Ciptaan dalam ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang terdiri dari: a. Buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan lay out karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; b. Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; e. Drama atau drama musikal, tari koreografi, pewangan, dan pantonim; f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; g. Arsitektur; h. Peta; i. Seni batik; j. Fotografi; k. Sinematografi; 79 Pasal 12 ayat 1 UUHC Nomor 19 Tahun 2002 Universitas Sumatera Utara l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan. Undang-Undang Hak Cipta membedakan jangka waktu perlindungan bagi ciptaan-ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta. Bagi Hak Cipta atas ciptaan: buku, paflet, dan semua hasil karya tulis lain; drama ataau drama musikal, tari, koreografi; segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung; seni batik, lagu atau musik dengan dan atau tanpa teks, arsitektur ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lain, alat peraga, peta, terjemahan, tafsir, saadurad dan bunga rampai diberikan jangka waktu perlindungan selama hidup pendipta daan terus berlangsung hingga 50 tahun lima puluh tahun setelah pencipta meninggal dunia. Sementara untuk ciptaan yang telah disebutkan di atas yang dimiliki oleh 2 dua orang atau lebih diberikan perlindungan Hak Cipta selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlanggsung hingga 50 lima puluh tahun sesudahnya. 80 Selanjutnya, Hak Cipta atas ciptaan program computer, sinematografi, fotografi, database, dan karya hasil pengalihwujudan diberikan perlindungan selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali diumumkan. Hak Cipta atas perwajahan karya tulis yang diterbitkan diberikan perlindungan selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali diumumkan. 81 Seluruh karya cipta yang dilindungi oleh Undang- Undang Hak Cipta yang dimiliki dan dipegang oleh suatu badan hukum diberikan perlindungan Hak Cipta selama 50 lima puluh tahun sejak pertama kali diumumkan. 80 Afrillyanna Purba, Perlindungan Hukum Seni Batik Tradisional Bandung; PT. Alumni, 2002 hal. 30. 81 Ibid, hal .31 Universitas Sumatera Utara Sementara, jangka waktu perlindungan bagi Hak Cipta di Australia yaitu: bagi karya sastra, drama, musikal, pekerjaan seni seni asal, dan film adalah selama hidup pencipta ditambah 70 tujuh puluh tahun. Bagi rekaman suara, siaran dan program kabel setidaknya selama 50 lima puluh tahun dan bagi bahan-bahan cetakan dari suatu edisi terbitan adalah selama 25 dua puluh lima tahun. 82 Selama jangka waktu perlindungan Hak Cipta, pemegang Hak Cipta memiliki hak ekslusif untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan itu dilahirkan. Meskipun demikian, hak ekslusif itu tidak bersifat mutlak karena Undang-Undang hak Cipta membenarkan adanya penggunaan secara wajar fair dealing sehingga tidak dianggap sebagai pelanggaran terhadap Hak Cipta. Penggunaan secara wajar itu antara lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laparon. Pada dasarnya, penggunaan secara wajar fair dealing ini untuk menyeimbangkan antara kepentingan pencipta dan kepentingan umum masyarakat. Umumnya tindakan yang dibenarkan itu, meskipun sebenarnya merupakan tindakan pelanggaran, tetapi tidak bertentangan dengan pemanfaatan secara komersiaal dari pemegang Hak Cipta. 83 Adapun yang termasuk dalam penggunaan secara wajar fair dealing di Negara lain pada umumnya mencakup penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan penelitian, laporan kejadian terbaru. 84 82 Ibid, hal. 32 83 Sophar Maru Hutagalung, Hak Cipta Kedudukan dan Peranannya didalam Pembangunan Jakarta: Akademika Pressindo, 1998, hal.51. 84 Ibid, hal. 53. Universitas Sumatera Utara

D. Motif Ulos Batak Toba Sebagai Bagian dari Pengetahuan Tradisional