Sebenarnya pengetahuan tradisional merupakan konsep kunci yang terdapat dalam Convention on Biological Diversity CBD khususnya dalam Pasal 8 j yang
menekankan pentingnya peranan pengetahuan tradisional, yaitu : ... to encourage the equitable, sharing of the benefits arising from the utilisation of such knowledge,
innovation, and practices. Berdasarkan pada Convention on Biological Diversity CBD, pengertian
pengetahuan tradisional adalah pengetahuan, inovasi, dan praktek-praktek masyarakat asli dan lokal yang mewujudkan gaya hidup tradisional dan juga teknologi lokal dan
asli. Dari pengertian tersebut, menurut substansi dan relasi pengetahuan tradisional dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu:
a. Pengetahuan tradisional yang terkait dengan keanekaragaman hayati,
misalnya obat-obatan tradisional. b.
Pengetahuan tradisional yang terkait dengan seni.
B. Lingkup Perlindungan Pengetahuan Tradisional
Lingkup atau kategori-kategori pengetahuan tradisional mencakup pengetahuan, pertanian, pengetahuan ilmiah, pengetahuan teknis, pengetahuan
ekologis, pengetahuan medis termasuk obat-obatan dan tindakan medis yang terkait, pengetahuan yang terkait dengan keanekaragaman hayati, ekspresi cerita rakyat
dalam bentuk musik, tarian, nyanyian, kerajinan tangan, nama-nama, indikasi geografis, dan simbol-simbol, serta benda-benda budaya yang dapat bergerak. Tidak
termasuk dalam lingkup pengetahuan tradisional adalah item-item yang tidak disebabkan oleh kegiatan intelektual dalam bidang-bidang industri,
Universitas Sumatera Utara
ilmiahpengetahuan, kesusastraan atau bidang artistik seperti fosil manusia, bahasa secara umum.
Sementara Carlos M. Correa berpendapat bahwa, lingkup pengetahuan tradisional terdiri dari informasi pada penggunaan biologi dan bahan-bahan lainnya
bagi pengobatan medis dan pertanian, proses produksi, desain, literatur, musik, upacara adat, dan teknik-teknik lainnya serta seni. Termasuk di dalamnya informasi
tentang fungsi dan karakter estetika yang proses dan produknya dapat digunakan pada pertanian dan industri, seperti nilai budaya yang tidak berwujud.
48
Pada tahun 1982, Nation Economic and Social Council United UNESCO membentuk suatu Working Group on Indigeneous Population yang berfokus pada
pembentukkan standar-standar internasional mengenai hak-hak masyarakat asli. Masyarakat asli mempunyai hak untuk mempraktikkan dan merevitalisasi tradisi
budaya dan adat istiadat mereka. Hal ini mencakup hak untuk mempertahankan, melindungi, dan mengembangkan manifestasi-manifestasi masa lalu, masa sekarang,
dan masa depan budaya mereka, seperti situs arkeologis dan historis, artifak, desain, seremoni, teknologi dan seni, literatur visual dan performansi, dan juga hak pada
restitusi kekayaan budaya intelektual, keagamaan, dan spiritual yang diambil tanpa persetujuan bebas masyarakat tersebut atau melanggar hukum, dan adat istiadat
mereka.
48
Budi Agus Riswandi, Ibid, hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
C. Konsep Kepemilikan