Klasifikasi Implan Gigi IMPLAN GIGI

Kontra indikasi pemasangan implan gigi : 8,9,14,16 1. Pada pasien dengan keadaan patologi pada jaringan lunak dan keras. 2. Luka ekstraksi yang baru. 3. Pasien dengan penyakit sistemik. 4. Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen implan. 5. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruksism, merokok dan alkohol. 6. Pasien dengan kebersihan mulut yang jelek.

2.3 Klasifikasi Implan Gigi

Implan dapat diklasifikasikan kepada tiga kategori, antara lain : 1. Berdasarkan bahan yang digunakan. 2. Berdasarkan penempatannya dalam jaringan. 3. Berdasarkan pilihan perawatan. 2.3.1 Berdasarkan bahan yang digunakan Bahan yang digunakan untuk implan gigi, antara lain : 8,9 1. Logam Terdiri dari Stainless Steel, Vitallium, Titanium dan logam. Pemakaian Stainless Steel merupakan kontra indikasi bagi pasien yang alergi terhadap nikel, pemakaiannya juga dapat menyebabkan arus listrik galvanik jika berkontak dengan logam campuran atau logam murni. Vitallium paling sering digunakan untuk Universitas Sumatera Utara kerangka implan subperiosteal. Titanium terdiri dari titanium murni dan logam campuran titanium yang tahan terhadap korosi. Implan yang dibuat dari logam dengan lapisan pada permukaan adalah implan yang menggunakan titanium yang telah diselubungi dengan lapisan tipis keramik kalsium fosfat pada bagian strukturnya. 2. Keramik Keramik terdiri keramik bioaktif dan bio-inert. Bioaktif berarti bahan yang memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar implan, contoh dari bahan ini adalah hidroksiapatit dan bioglass. Bio-inert adalah bahan yang bertolenrasi baik dengan tulang tetapi tidak terjadi formasi tulang. 3. Polimer dan komposit Polimer dibuat dalam bentuk porus dan padat, digunakan untuk peninggian dan penggantian tulang. Ia merupakan suatu bahan yang sukar dibersihkan pada bagian yang terkontaminasi dan pada partikel porusnya karena sifatnya yang sensitif terhadap formasi sterilisasi. 2.3.2 Berdasarkan penempatannya dalam jaringan. Menurut lokasi tempat implan ditanam, maka implan gigi terdiri dari : a Implan subperiosteal 8,9,17,18 Implan ini lebih lama dibanding jenis implan yang lain dan pertama sekali diperkenalkan oleh Muller dan Dahl pada tahun 1948. 17 Implan ini tidak ditanam ke Universitas Sumatera Utara dalam tulang, melainkan diletakkan diatas tulang alveolar dan dibawah periosteum. Terutama digunakan pada kondisi rahang yang mengalami atrofi yang hebat, apabila pasien telah mengalami kegagalan berkali-kali dalam pemakaian protesa atau pada kasus dimana proses atrofi menimbulkan rasa sakit pada daerah mentalis. 18 Implan ini memerlukan teknik insersi dua tahap. 17 Penggunaan implan subperiosteal pada rahang atas telah dibatasi karena dilaporkan bahwa keberhasilannya dalam lima tahun tidak mencapai 75. Implan ini juga tidak dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang antagonisnya merupakan gigi asli. Gambar 2. Implan subperiosteal yang pertama diperkenalkan oleh Muller dan Dahl pada tahun 1948 Booth P.W, Schendel S. Maxillofacial Surgery : Advanced Oral Implanthology. 2 nd ed. Germany : Elsevier, 2007 : 1572-88 Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Implan subperiosteal. Taylor T. D,and Laney. W. R. Dental Implant. http:dentalimplants.uchc.eduimagesabout_implantsimage_page20_subperio steal.jpg b Implan endosteal Implan endosteal ditanam ke dalam tulang rahang melalui gusi dan periosteum, sebagian tertanam dan terkait dalam tulang. Implan ini mempunyai tiga desain dasar yaitu blade, cylinder dan screw. 8,17 Dalam implan endosteal diharapkan terjadi osseointegrasi yaitu penyatuan tulang dengan implan tanpa diperantarai jaringan lunak. Popularitas implan endosteal semakin meningkat, terlihat dari banyaknya pilihan desain yang dapat digunakan. Laporan-laporan menyebutkan bahwa tingkat keberhasilannya dapat melebihi 15 tahun apabila teknik bedah dan perawatan pasca bedah dilakukan dengan baik. 18 Ditinjau dari teknik bedahnya, implan endosteal terdiri dari teknik insersi satu tahap dan insersi dua tahap. 17,18 Pada teknik satu tahap, pembedahan hanya dilakukan sekali sehingga tonggak abutment Universitas Sumatera Utara menonjol keluar mukosa setelah operasi selesai. Sedangkan pada teknik dua tahap, operasi dilakukan dua kali yaitu operasi pertama untuk meletakkan implan pada tulang rahang. Setelah masa penyembuhan, dilakukan operasi kedua untuk pemasangan abutment. Gambar 4. Implan endosteal. Taylor T. D,and Laney. W. R. Dental Implant. http:dentalimplants.uchc.eduabouttypes.html c Implan transosteal atau transosseous 8,10 Merupakan implan gigi yang menembus tulang rahang dan hanya digunakan pada rahang bawah. Implan jenis ini jarang dipakai dan dilaporkan memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Implan transosteal. Taylor T. D,and Laney. W. R. Dental Implant.http:dentalimplants.uchc.eduimagesabout_implantsim age_page21_transosteal.jpg 2.3.3 Berdasarkan pilihan perawatan Pada tahun 1989, Misch melaporkan bahwa terdapat lima pilihan perawatan berdasarkan prostetik pada implan. Dari kelima pemilihan perawatan tersebut tiga yang pertama merupakan protesa cekat FP, dimana ia boleh disekrupkan atau disemenkan. Protesa cekat diklasifikasikan berdasarkan jumlah struktur jaringan keras dan lunak yang diganti. 8 Dua lagi merupakan protesa lepasan RP yang diklasifikasikan berdasarkan kekuatannya. 8  FP-1 : Protesa cekat, hanya mahkota gigi yang diganti; tampak seperti gigi asli  FP-2 : Protesa cekat; mahkota dan sebagaian dari akarnya tampak normal pada sebagian oklusal tetapi mengalami elongasi pada sebagian gingiva. Universitas Sumatera Utara  FP-3 : Protesa cekat; menggantikan mahkota yang hilang dan warna gingiva sebagian dari ruang edentulus; protesa yang paling sering digunakan adalah gigi palsu dan gingiva akrilik, tetapi boleh dibuat dari porselen atau logam  RP-4 : Protesa lepasan; dukungan overdenture sepenuhnya oleh implan.  RP-5 : Protesa lepasan; dukungan overdenture oleh jaringan lunak dan implan.

2.4 Penatalaksanaan Faktor Resiko Dalam Pemasangan Implan