menjadi glikogen dan 20 sampai 40 diubah menjadi lemak.
23
Semua proses metabolik terganggu pada penderita diabetes melitus karena terdapat defisiensi
insulin. Penyerapan glukosa ke dalam sel menurun dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa berada dalam sirkulasi darah
sehingga terjadi hiperglikemia.
25
Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg100 ml di dalam tubuh sehingga apabila terjadi hiperglikemi
maka ginjal tidak dapat menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar apabila
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, akibatnya glukosa tersebut diekskresikan melalui urin glukosuria.
25,26
Ekskresi ini akan disertai dengan pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini disebut dengan
diuresis osmotik. Akibat hal ini, penderita akan mengalami peningkatan dalam berkemih poliuria dan merasa haus polidipsi.
4,27
3.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes Association 1997 dan yang sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKENI adalah:
1. Diabetes melitus tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus IDDM
2. Diabetes melitus tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NIDDM 3.
Diabetes melitus gestasional GDM 4.
Diabetes melitus tipe spesifik lain.
Universitas Sumatera Utara
3.2.1 Diabetes melitus tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus IDDM Diabetes melitus tipe I adalah ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Kondisi ini menyebabkan tubuh kekurangan insulin. Glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial. Diabetes melitus tipe I lebih cenderung terjadi pada usia
muda, biasanya sebelum usia 30 tahun. Pasien dengan diabetes melitus tipe I harus bergantung pada insulin.
25,28,29
3.2.2 Diabetes melitus tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus NIDDM
Diabetes melitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin resistensi insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Resistensi insulin
adalah berkurangnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Dalam hal
ini, sel tidak mampu mengimbangi resistensi insulin sepenuhnya, sehingga terjadi defisiensi relatif insulin. Kondisi ini menyebebkan sel mengalami desensitisasi
terhadap glukosa.
25,26,28
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa yang terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal. Namun, jika sel-sel
Universitas Sumatera Utara
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
25,26
3.2.3 Diabetes melitus gestasional GDM Diabetes melitus gestasional adalah intoleransi glukosa yang terjadi pada saat
kehamilan. Diabetes ini terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-
hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada perempuan yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal. Anak-anak dari ibu dengan
GDM memiliki risiko lebih besar mengalami obesitas dan diabetes pada usia dewasa muda.
25,26,28
3.2.4 Diabetes melitus tipe spesifik lain. Diabetes yang terkait dengan penyakit lain, seperti pankreatitis atau
penggunaan narkoba tergolong di dalam tipe ini.
25,26,28
3.3 Komplikasi Diabetes Melitus