Pengaturan Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal di Indonesia

c. Penanaman Modal urusan pemerintah yang diberikan penugasan kepada pemerintah kabupatenkota berdasarkan hak subtitusi. Adapun kewenangan pengendalian pelaksanaan penanaman modal yang dilakukan PDKPM, meliputi : 34 a. Pemantauan : sesuai dengan kewenangan dalam melakukan pendaftaranizin prinsippersetujuan penanaman modal dan izin usaha. b. Pembinaan : terhadap seluruh kegiatan penanaman modal yang di kabupatenkota, berkoordinasi dengan instansi daerah terkait. c. Pengawasan : terhadap seluruh kegiatan penanaman modal yang di kabupatenkota, berkoordinasi dengan instansi daerah terkait.

C. Pengaturan Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal di Indonesia

Pengendalian pelaksanaan penanaman modal sebagai kebijakan pemerintah dalam upaya melakukan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan agar pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, diatur melalui beberapa peraturan yang diantaranya sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Undang-undang ini mencakupi semua kegiatan penanaman modal langsung di semua sektor. Undang-undang ini juga memberikan jaminan perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, undang-undang ini memerintahkan agar pemerintah meningkatkan koordinasi antar instansi pemerintah, antar instansi pemerintah dengan Bank Indonesia, dan antara instansi pemerintah dengan pemerintah daerah. Permasalahan pokok yang dihadapi penanam modal dalam memulai usaha di Indonesia diperhatikan oleh undang-undang ini sehingga terdapat pengaturan mengenai 34 BKPM, Op.Cit, Slide Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. Universitas Sumatera Utara pengesahan dan perizinan yang di dalamnya terdapat pengaturan mengenai pelayanan terpadu satu pintu. Dengan sistem itu, sangat diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat dan di daerah dapat menciptakan penyederhanaan perizinan dan percepatan penyelesaiannya. Selain pelayanan penanaman modal di daerah, BKPM di daerah diberi tugas mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan penanam modal. Jabaran tugas pokok dan fungsi BKPM pada dasarnya memperkuat peran badan tersebut guna mengatasi hambatan penanaman modal, meningkatkan kepastian pemberian fasilitas kepada penanam modal, dan memperkuat peran penanam modal. Peningkatan peran penanam modal tersebut harus tetap dalam koridor kebijakan pembangunan nasional yang direncanakan dengan tahap memperhatikan kestabilan makro ekonomi dan keseimbangan ekonomi antarwilayah, sektor, pelaku usaha, dan kelompok masyarakat, mendukung peran usaha nasional, serta memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik good corporate governance. 35 a. Kepastian hak, hukum, dan perlindungan; Pasal 3 ayat 1 huruf h menghendaki penanaman modal terselenggara berasaskan wawasan lingkungan. Kehendak ini merupakan suatu upaya pemanfaatan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien sehingga mencapai kesejahteraan rakyat, namun tetap menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan lingkungan hidup. Untuk itu, secara mendasar dibutuhkan suatu upaya pengendalian terhadap pelaksanaan penanaman modal di Indonesia. Pengaturan pengendalian pelaksanaan penanaman modal dilakukan guna melaksanakan amanat Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 28 ayat 1 UUPM. Pasal 14 UUPM mengatur mengenai hak setiap penanam modal, yaitu : b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya; c. Hak pelayanan; dan 35 Lihat Penjelasan UUPM Nomor 25 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 15 UUPM mengatur mengenai kewajiban setiap penanam modal, yaitu : a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannnya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 28 ayat 1 UUPM mengatur mengenai tugas dan fungsi BKPM, yaitu sebagai berikut : a. Dalam rangka koordinasi pelaksanaan kebijakan dan pelayanan penanaman modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut. 1 Melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal; 2 Mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal; 3 Menetapkan norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal; 4 Mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah dengan memberdayakan badan usaha; 5 Membuat peta penanaman modal Indonesia; 6 Mempromosikan penanaman modal; 7 Mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan Universitas Sumatera Utara persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup penyelenggaraan penanaman modal; 8 Membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal; 9 Mengoordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar wilayah di Indonesia; dan 10 Mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu. 2. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP Pengaturan tentang pelayanan terpadu satu pintu melalui peraturan presiden ini dibentuk guna melaksanakan Pasal 26 ayat 3 UUPM, yang mengatakan “ketentuan mengenai tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Presiden”. Untuk melaksanakan PTSP berdasarkan UUPM , pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang mencabut beberapa ketentuan sebelumnya mengenai PTSP. Praktik pelayanan terpadu satu pintu sebelum terbitnya Perpres No.27 Tahun 2009, melalui dasar hukum : a. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilam untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu danatau di Daerah-Daerah Tertentu; b. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal; c. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tetrtutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal; d. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; Universitas Sumatera Utara e. Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam negeri melalui Sistem Pelayanan Satu Atap; f. Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 tanggal 6 Juli 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PPTSP ; g. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; h. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63KepM.Pan72003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Dalam praktik, penyusunan peraturan pelaksanaan dari peraturan “payung” tidak selalu lebih mudah membuat “payung”nya. Penyusun pertauran harus memperhatikan berbagai kepentingan sektor- sektor dan peraturan perundang-undangan terkait. i. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP25MPAN22004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. j. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP26M.PAN22004 tentang Teknis Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik. 3. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RI Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Pengaturan tentang pedoman dan tata cara pengendalian pelaksanaan penanaman modal ini diatur melalui Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa sebelum Perka ini berlaku, pengaturan pedoman dan tata cara pengendalian pelaksanaan penanaman modal diatur melalui Perka BKPM 132009. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana diuraikan pada Pasal 1 Perka BKPM 72010, ada beberapa perubahan ketentuan dalam Perka BKPM 132009, yaitu pada Pasal 13 dan Pasal 27. Adapun yang menjadi tujuan penggantian ketentuan ini adalah dalam rangka untuk lebih mengefektifkan pengendalian pelaksanaan penanaman modal dan pengawasan pemanfaatan fasilitas penanaman modal. Perubahan ketentuan ini perlu dilakukan untuk melaksanakan peningkatan pemantauan perkembangan realisasi penanaman modal yang dapat memberikan akurasi data kontribusi terhadap perekonomian nasional, perlu dilakukan perubahan waktu penyampaian Laporan Kegiatan Penanaman Modal Konsideran Perka BKPM 72010 Secara umum, sistematika Perka BKPM 32012 ini adalah sebagai berikut : 1. Bab I Ketentuan Umum 2. Bab II Maksud, Tujuan, Sasaran, dan Ruang lingkup 3. Bab III Hak, Kewajiban, dan Tanggung jawab penanam modal 4. Bab IV Penyelenggaraan pengendalian pelaksanaan penanaman modal 5. Bab V Tata cara pemantauan 6. Bab VI Tata cara pembinaan 7. Bab VII Tata cara pengawasan 8. Bab VIII Berita acara pengawasan 9. Bab IX Rekomendasi pembukaan blokir Nomor Identitas Kepabeaan NIK 10. Bab X Tata cara pembatalan perizinan penanaman modal 11. Bab XI Tata cara pencabutan perizinan penanaman modal 12. Bab XII Biaya 13. Bab XIII Sanksi 14. Bab XIV Ketentuan lain-lain 15. Bab XV Ketentuan peralihan 16. Bab XVI Ketentuan penutup. Universitas Sumatera Utara Perka BKPM 32012 juga melampirkan bentuk-bentuk laporan dan surat yang berlaku bagi proses pelaksanaan pengendalian penanaman modal yang dilaksanakan. Hal ini diharapkan memudahkan bagi pelaksana maupun pemohon pelaksanaan pengendalian penanaman modal. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang