57
Sumber: hasil olahan software SPSS
Gambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot
Sumber: hasil olahan software SPSS
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas, ada dua uji multikolinearitas yang sering digunakan, yaitu melihat nilai VIF Variance
Universitas Sumatera Utara
58
Inflation Factor dan Tolerance. Indikator yang digunakan untuk menentukan adanya multikolinearitas adalah jika nilai Tolerance 0,10 atau nilai VIF 10,
dapat dikatakan dalam model tersebut terjadi multikolinearitas.
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
Pendapatan Asli Daerah ,409
2,445 Dana Alokasi Umum
,380 2,634
Dana Bagi Hasil ,315
3,174 a. Dependent Variable: Belanja Daerah
Sumber: hasil olahan software SPSS
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, nilai VIF dari variabel DAU adalah 2,634, DBH 3,174, dan PAD 2,445. Karena masing-masing nilai VIF tidak
lebih besar dari 10 dan untuk nilai Tolerance dari masing-masing variabel independen juga di atas 0,10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang
berat.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Pengambilan keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat dibandingkan nilai statistik Durbin-Watson dengan nilai kritis Durbin-Watson.
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model Change Statistics
Durbin-Watson R Square
Change F Change
df1 df2
Sig. F Change 1
,993 7322,764
3 161
,000 2,005
b. Dependent Variable: Belanja Daerah
Universitas Sumatera Utara
59
Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui nilai statistik Durbin-Watson adalah 2,005. Diketahui jumlah variabel bebas sebanyak 3, dan jumlah sampel yang
diteliti sebanyak 165, maka �
�
= 1,7825 dan 4 − �
�
= 2,2175. Oleh karena 1,7825 2,005 2,2175,
dengan demikian asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala autokorelasi yang tinggi pada residual.
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y
dan ZPRED pada sumbu X. Dasar analisisnya adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang,
melebar, kemudian menyempit, mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Grafik Scatter Plot
Sumber: hasil olahan software SPSS
Universitas Sumatera Utara
60
Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.3, tidak terdapat pola yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.2.3 Pengujian Hipotesis