Kerangka Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter .1 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia

2.2.4 Kerangka Kebijakan Moneter

Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut sebuah kerangka kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework ITF. Kerangka ini telah diterapkan secara formal sejak tahun 2005. Sebelum kerangka tersebut diterapkan awalnya Bank indonesia menggunakan kebijakan moneter uang primer bas money sebagai sasaran kebijakan moneter. ITF merupakan kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman dari Bank indonesia kepada publik mengenai target dan sasaran inflasi yang ingin dicapai dalam beberapa periode ke depan. Dalam kerangka kerja ini kebijakan moneter juga ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik. Secara operasional, kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bungan kebijakan yang diharapkan akan mempengaruhi suku bunga pasar uang dan suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada akhirnya akan mempengaruhi output dan inflasi. Dalam pelaksanaannya Bank indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sarana- sarana moneter baik melalui jumlah uang yang beredar ataupun suku bunga, tujuan dari kebijakan tersebut adalah diutamakan untuk menekan laju inflasi. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen- instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah. Universitas Sumatera Utara Kerangka kebijakan moneter inflation target framework dilakukan melalui evaluasi bagaimana perkembangan inflasi kedepan apakah masih sesuai dengan sasaran inflasi yang diharapkan. System nilai tukar yang telah dilepaskan di tahun 1997 memerlukan jangka nominal bagi Bank Indonesia baik menyangkut indeks harga, nilai tukar maupun jumlah unang yang beredar. Dengan adanya kebijakan moneter masyarakat dapat membuat ekspetasi inflasi yang diperlukan dalam usahanya, serta Bank Indonesia secara konsisten dapat mencapai target inflasi dan meningkatkan kredit yang disalurkan pada masyarakat. Kerangka kebijakan moneter dengan mengunakan jangkar nominal ITF dilakukan agar masyarakat diharapkan dapat memahami arah inflasi, ITF juga merupakan kebijakan yang memfokuskan pada inflasi serta dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter serta dapat mengontrol jumlah peredaran uang. Setiap periode Bank Indonesia akan mengevaluasi apakah proyeksi inflasi kedepan masih sesuai dengan sasaran, sehingga dapat menggambarkan kondisi inflasi ke depan. Jika proyeksi inflasi sudah tidak kompatibel dengan sasaran, Bank Indonesia melakukan respon dengan menggunakan instrumen yang dimiliki. Misalnya jika proyeksi inflasi telah melampaui sasaran, maka Bank Indonesia akan cenderung melakukan pengetatan moneter. Selain inflation target framework ITF kerangka kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia adalah BI Rate yang merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter oleh bank Indonesia dan Universitas Sumatera Utara diumumkan kepada publik. BI rate berfungsi untuk megelola likuiditas dipasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank. Pergerakan di suku bunga PUBAB diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate apabila inflasi diperkirakan melampaui sasaran, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi kedepan berada dibawah sasaran yang ditetapkan. Respon kebijakan moneter dinyataan dalam perubahan BI Rate secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25basis poin. Dalam kondisi ini akan menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian inflasi. Kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin akan mengakibatkan kenaikan sukubunga dan akan merugikan sektor perbankan. Tidak hanya perbankan, harga saham perbankan juga akan berpotensi menurun, namun disisi lain perbankan juga akan mengalami kesulitan untuk melakukan proses intermediasi.

2.2.5 Instrument Kebijakan Moneter