terkenal di dunia Islam. Beliau sangat memahami ajaran-ajaran madzhab salaf.”
58
I. Guru-guru Ibnu Qayyim
Untuk pertama kali beliau belajar kepada ayahnya sendiri dalam bidang fara’idl. Sedangkan ilmu fikih, beliau belajar kepada Ibnu Taimiyyah
rahimahullahu ta’aala . Belajar ilmu tata bahasa Arab kepada Abu Fath
Ba’labakki, Abu Bakar ibn Abdud Daim, Isa al Muth’im, dan Ibnus Syirazi. Dalam bidang ushul beliau belajar kepada as Shaifi al Hindi, Fatimah ibnatu
Jauhar, Ismail ibn Maktum, as Syiha an Nabalasi al ‘Abid, al Madji al Harani, al Hakim ibn Qudamah al Maqdisi, al Bard Ibnu Jama’ah, Muahammad ibn
Abu Fath al Ba’labakki dan masih banayak lagi yang lain.
59
J. Murid-murid Ibnu Qayyim
Banyak para pelajar yang menimba ilmu dari beliau. Di antara mereka adalah putra beliau sendiri yang bernama Burhanuddin Ibrahim dan Syaraf
Abdullah, al Hafidz Ibnu Katsir pemilik kitab Dzail Thabaqaat al Hanaabilah, Taqiyuddin as Subki, Al Hafidz adz Dzahabi, Ibnu Abdul Hadi, an Nabalasi
pengarang kitab Mukhtashar Thabaqaat al Hanaabilah, al Ghazi, Al Fairuuz Abadi pemilik kitab Al Qaamus dan al Muqri Jadd pengarang kitab Nafhut
Thayyib .
60
K. Perlakuan Tidak Nyaman Terhadap Ibnu Qayyim
Akibat kebebasan berfikir yang diterapkan oleh Ibnu Qayyim rahimahullahu ta’aala
, maka beliau memperoleh perlakuan yang tidak nyaman. Ibnu Qayyim menerapkan kebebasan berfikir karena beliau merasa
58
al Allamah as Syaukani al Yamani. al Badrut Thaali’. I143.
59
Bakr ibn Abdullah Abu Zaid. Ibnu Qayyim al Jauziyyah: Hayaatuhu wa Aatsaaruhuu.
60
Ibid. h. 107-110
bahwa situasi dunia Islam terutama di Negerinya mengalami kejumudan yang disebabkan tradisi taklid kepada para imam madzhab. Oleh karena itulah
beliau menyerukan kepada umat agar segera kembali kepada ajaran madzhab salaf, mau beristinbath hukum dari nash-nash al Qur’an dan hadits Rasulullah
saw. secara langsung, memerangi endemi gerakan sufi, filsafat dan bid’ah khurafat. Semua distorsi penyimpangan pemahaman keberagamaan tersebut
mendapat perhatian besar dari beliau. Tidak heran umat Islam di daerahnya terbagi menjadi dua, yakni yang pro dan yang kontra terhadap sikap beliau.
Bagi kelompok yang kontra kepada Ibnu Qayyim, pada akhirnya meningkat menjadi orang-orang yang geram dan mendendam. Sehingga pada
akhirnya Ibnu Qayyim mendapatkan sanksi seperti yang telah diterima oleh gurunya, Ibnu Taimiyyah rahimahullahu ta’aala. Beliau dipenjara bersama-
sama dengan gurunya itu hanya berdua saja dalam satu tempat di dalam sebuah benteng sebuah benteng didaerah Damaskus yang sekarang cukup
terkenal. Benteng itu terletak di tengah-tengah daerah tersebut. Pengasingan itu mereka jalani setelah sebelumnya beliau berdua mendapatkan penyiksaan
dan berbagai bentuk pelecehan, Ibnu Qayyim tidak dibebaskan dari pengasingan kecuali setelah gurunya, Ibnu Taimiyyah meninggal dunia.
L. Wafatnya Ibnu Qayyim