Pengertian Penyakit Hati Pengertian Penyakit Hati

B. Pengertian Penyakit Hati

1. Pengertian Penyakit Hati

Kita mengenal tiga macam penyakit; penyakit hati, penyakit jiwa, dan penyakit fisik. Membedakan penyakit fisik dengan penyakit jiwa lebih mudah ketimbang membedakan penyakit jiwa dengan penyakit hati. Walaupun demikian, ketiganya memiliki persamaan. Apa pun yang dikenai oleh ketiga penyakit itu, ia tidak akan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Tubuh kita disebut berpenyakit apabila ada bagian tubuh kita yang tidak menjalankan fungsinya dengan benar. Telinga anda disebut sakit apabila ia tidak dapat mendengar lagi. Penyakit hati ialah rasa sakit yang menimpa hati, seperti rasa sakit ketika musuh menguasai anda. Sesungguhnya yang demikian mendatangkan rasa panas atau menyayat hati. Penyakit hati juga dikarenakan terjadiya kerusakan, terutama pada persepsi dan keinginan. Orang yang hatinya sakit akan tergambar kepadanya hal-hal berbau subhat. Akibatnya, ia tidak dapat melihat kebenaran. Disisi lain, keinginannnya membenci kebenaran yang bermanfaat dan menyukai kebathilan yang berbahaya. Karena itu kata ”Maradl” terkadang dimaknai ”Keragu-raguan”, atau juga dapat dimaknai syahwat atau keinginan untuk berbuat zina. Begitu pula keraguan dan kebodohan, keduanya membuat hati sakit. Rosulullah SAW. Bersabda ; ”Tidakkah mereka bertanya bila mana tidak tahu? Ketahuilah, sesungguhnya penyakit bodoh dapat disembuhkan dengan banyak bertanya.” Ragu-ragu menimbulkan penyakit di dalam hati. Syak dan ragu membuat hati sakit sampai teraihnya ilmu dan keyakinan. Maka, apabila ada orang berilmu memberi jawaban yang menjelaskan kebenaran, kepadanya dikatakan, ”sungguh aku telah terobati dengan jawabannya.” 23 Penyakit hati menurut Hamka, terdiri dari: marah, ujub, membanggakan diri sendiri, mengolok-olok orang lain, dendam, dan mangkir dari janji. 24 Menurut Amin Syukur, penyakit hati terdiri dari : marah, egois, dengki, sombong, kikir, boros, mudah berkeinginan, buruk sangka dan berbohong, 25 sedangkan menurut Mujtaba Musawi, penyakit hati terdiri dari : pemberang, pesimis, dusta, munafik, ghibah, mencari-cari kesalahan orang lain, dengki, sombong, zalim, marah, melanggar janji, khianat, kikir, dan serakah. 26 Berikut ini adalah deskripsi dari jenis-jenis penyakit hati dengan acuan utama adalah pemikiran Amin Syukur yang dikomparasikan dengan pemikiran Hamka dan Mujtaba Musawi, yang terdiri dari: Pertama : Marah ghadlab berarti menyimpan ‘api’ dalam jiwanya. Orang yang suka marah- marah sama saja dengan berakrab ria dengan iblissyetan yang memang terbuat dari api. Jika dituruti sifat ini membuat seseorang tidak dapat mengendalikan diri, hal ini hanya akan membuahkan penyesalan. Nabi mengajarkan apabila sedang marah kita diperintahkan mengubah posisi, atau mengambil air wudlu. ‘Memerangi’ sifat pemarah adalah dengan sabar 23 Syekh Ibn Taimiyah. Jangan Biarkan Penyakit hati Bersem,i PT. Serambi Ilmu Semesta. Jakarta, 2006. Hal :18-19 24 Hamka, Tafsir al Azhar, Jakarta : Panji Mas, 1983 h. 154 25 Amin Syukur, Insan Kamil: Paket Pelatihan Seni Menata Hati. Semarang. Lembkota. 2004. hlm. 5-11 26 Musawi, Mujtaba, Psikologi Islam, Membangun Kembali Generasi Muda. Terj.Youth and Moral. Bandung : Pustaka Hidayah, 1990 hal. 5-7 dan pemaaf QS. Ali Imran : 134. Jika seseorang mampu mengendalikan amarahnya lalu mengarahkannya menjadi aset, ia dapat menjadi sebuah kekuatan yang dapat memproteksi hak-hak pribadinya, secara proporsional. 27 Menurut Musawi, marah adalah suatu keadaan psikologis yang bisa menyimpangkan watak seseorang dari jalan yang benar. Menurutnya, ketika marah tersebut mempengaruhi manusia bisa mewujud dalam bentuk kesombongan dan dapat membutakan pikiran serta mampu mengubah manusia menjadi “hewan” yang tidak menyadari realitas. Ini memungkinkan manusia untuk melakukan kejahatan yang membawa akibat-akibat yang langsung dalam kehidupannya. Apalagi dia menyadari kesalahannya biasanya setelah ia menghadapi akibat-akibat yang tak diharapkan dan terjerumus kedalam kesengsaraan. 28 Perangai buruk ini hanya menimbulkan kesedihan karena puncaknya tidak akan menurun sebelum tersalurkan dan mengubah perbuatan-perbuatan hina kobaran kemarahan sehingga menyebabkan terlepasnya kendali penilaian akal dan hilangnya kesadaran. Ketika hasil penilaian akal muncul pada seseorang yang sedang marah, kesedihan dan penyesalan hadir di hatinya. Hendaklah dimengerti bahwa, marah sebetulnya diperlukan bila dalam proporsinya yang benar. Dalam proporsi itu marah merupakan suatu unsur kekuatan dan keberanian. Jenis kemarahan yang memungkinkan manusia melawan penindasan dan membela hak-haknya adalah suatu sifat manusiawi. Sudah menjadi hal yang wajar apabila manusia bersifat lupa. 27 Ibid, Amin Syukur. hal. 14 28 Ibid, Musawi. hal. 114 Oleh karena itu apabila suatu perbuatan memicu kemarahan orang lain maka cara terbaik untuk memperoleh kembali adalah mengakui kesalahan. Seperti yang diungkapkan oleh Dale Carnegi sebagaimana di kutip oleh Musawi : Apabila menjadi jelas kepada kita bahwa kita patut dihukum atau disesali, maka tidaklah lebih baik bila kita mengakui kesalahan kita?. Tidakkah teguran yang kita arahkan kepada diri kita sendiri lebih pantas dan lebih ringan dipikul ketimbang yang dilontarkan oleh orang lain. Maka marilah kita mulai dengan mengakui perbuatan-perbuatan kita yang tercela. Dengan cara ini kita dapat menjamin bahwa kita akan mendapat maaf dan kesalahan-kesalahan kita akan dilupakan. Setiap orang dapat dengan mudah menyembunyikan kekurangannya tetapi hanya orang mulia dan terhormat bila ia mengakui kesalahannya. Bila mana kita yakin bahwa kebenaran berada di pihak kita wajib bagi kita untuk menyediakan suasana yang sesuai untuk meraih orang lain di sisi kita. Sebaliknya apabila kita keliru adalah kewajiban moral kita untuk segera mengakuinya. Setelah kita mengakui kesalahan-kesalahan kita bukan saja memperoleh hasil melainkan memperoleh rasa nikmat yang lebih besar ketimbang kita menempuh jalan balas dendam. 29 Kedua : Egois ananiyah adalah orang yang hanya memikirkan demi kepentingan diri sendiri. Sifat itu mengarah kepada kerakusan, tega merampas hak orang lain karena segala sesuatu ingin dikuasainya. Egoisme merusak tatanan di masyarakat karena berbagai pelanggaran bisa bermula 29 Ibid, Musawi. hal. 115 dari sifat ini, seperti korupsi, penganiayaan, penindasan, tak punya kepedulian, dan sebagainya. Dan sifat ini bertentangan dengan kodrat manusia selaku mahkluk sosial yang bahkan, Islam mengajarkan agar orang lebih mengutamakan orang lain QS. Ali Imran3:92. Maka egoisme harus diobati dengan menumbuhkan sikap kebersamaan, mau berbagi dengan orang lain, dan punya kepedulian agar tidak menjadi manusia yang akan dilemparkan ke neraka jahannam QS. Al- A’raf 7:179. Sifat egois yang telah dibersihkan kotorannya akan dapat menjadi pemacu seseorang untuk dapat menggapai sukses hidup. Ketiga : Dengki hasud, yakni tidak senang jika mengetahui orang lain senang dan justru senang jika mengetahui orang lain susah. Orang yang dengki menginginkan agar kenikmatan orang lain hilang, jika bisa dapat berpindah kepada dirinya. Biasanya sifat ini disertai dengan upaya mencari- cari kesalahan orang yang dia dengki, menjelek-jelekkannya, memfitnah, dendam, bahkan ingin mencelakakannya karena kedengkian dapat membuat hati seseorang buta ingat kisah Qabil dan Habil.Allah membenci sifat dengki ini, maka Dia memerintahkan kita untuk mohon perlindungan pada- Nya darinya QS. Al-Falaq 113:5. Sifat dengki dapat diobati dengan membiasakan rasa syukur, apapun dan berapapun yang telah diperoleh. Syukur kepada Allah dan kepada orang lain. Sifat dengki bisa diarahkan kepada ighthibat, yakni suatu kekaguman terhadap prestasi atau kesuksesan orang lain, ingin menirunya tapi tanpa mengganggu orang lain. Berarti sifat ini dapat mendorong seseorang untuk lebih berprestasi. Menurut Socrates, orang dengki melewatkan hari-harinya sambil menghancurkan dirinya sendiri dengan merasa sedih atas apa yang tidak dapat dicapainya. Ia merasa sedih dan menyesal dan menghasratkan semua manusia hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan sambil membuat rencana jahat untuk merenggut kebahagiaan mereka, bahkan ada yang berpendapat bahwa jiwa manusia itu seperti sebuah kota ditengah gurun tanpa benteng atau tembok untuk melindunginya. Angin kecilpun dapat merusak jiwa kita. Setiap orang awam mengetahui bahwa ia harus kedokter apabila menderita sakit kepala tetapi orang yang terjangkiti dengki tak pernah mencari seseorang untuk merawatnya. Orang dengki membuat keberuntungan orang lain sebagai sasarannya. Dia mengunakan setiap cara untuk mengambil kebehagiaan orang lain tersebut. Ia menjadi mangsa keinginan-keinginan rendah tanpa menyadarinya. Orang dengki mewujudkan niat-niat buruknya dengan menyebarkan tuduhan dan kebohongan tentang orang yang didengkinya. Dan apabila ia merasa bahwa hawa nafsunya tidak memperoleh kepuasan dengan perbuatan itu, bahkan ia mungkin merongrong kebebasan orang yang didengkinya atau bahkan merenggut haknya untuk hidup, semata- mata untuk memenuhi keinginannya yang tak berkesudahan. 30 Menurut Musawi, salah satu unsur yang paling efektif dalam kemajuan dan perkembangan di kehidupan ini adalah memasuki hati orang lain dan mempengaruhinya. Orang yang mampu mengontrol hati orang lain 30 Ibid, Hamka. hal. 154 dengan kecakapan dan budi mulia dapat menikmati dukungan dari masyarakat dalam hidup dan memperoleh kunci keberhasilan Musawi :1998, 87. 31 Orang yang baik ibarat cahaya dalam masyarakat yang bersinar dan menuntun pikiran para anggotanya dengan meninggalkan efek-efek yang mendalam dalam perilaku mereka. Sebaliknya dengki mengakibatkan hancurnya sifat baik dan mencegah hati manusia dari menyediakan ruangruang bernilai untuk para sahabatnya. Oleh karena itu dengki merenggut dari si pendengki kesempatan menikmati rasa kerjasama dan saling menolong. Selain itu ketika si pendengki mewujudkan perasaannya dengan lidah atau tindakan dan membeberkan kekotorannya, dia hanya akan mendapat kebencian dari masyarakat. Kecemasan yang nyata dan kebencian terhadap diri dengan memelihara rasa dengki akan selalu menekan jiwa. Menurut Shopenhauer, dengki adalah perasaan manusia yang paling berbahaya sehingga manusia perlu memandangnya sebagai musuh bebuyutan dan berjuang untuk menghapuskannya. Lebih jauh apabila dengki menyebar kemasyarakat banyak fenomena yang tidak dikehendaki muncul di dalam masyarakat. Setiap masyarakat yang penuh penderitaan dan permasalahan setiap orang menjadi penghalang bagi kebahagiaan orang lain. Menurut Carl. G. Jung, dengki adalah penyebab kekikiran kita karena ia menghalangi penyebaran keberhasilan Musawi : 1998, 89. 31 Ibid, Musawi. hal. 89 Keempat : Sombong takabur, yakni merasa diri lebih baik dari pada orang lain, misalnya merasa lebih terhormat, lebih pantas, lebih pintar, lebih kaya , lebih tampancantik, dsb.Sehingga sifat cenderung melecehkan dan memandang rendah terhadap orang lain tanpa ada rasa bersalah, dan tak jarang tega mendhalimianiaya orang lain. Dahulu kala iblis menghina Nabi Adam. Karena kesombongannya QS. Al-A’raf7:12 dan Allah mengutuknya. Mengobati kesombongan adalah dengan menumbuhkan kesadaran bahwa hanya Allahlah yang berhak sombong al-Mutakabbir, Tumbuhkan sikap rendah hati tawadlu’ ini dan sikap kerendahan hati justru menampakkan kemuliaan seseorang. Sekalipun demikian sifat sombong bisa diambil spiritnya, yakni punya rasa percaya diri dan menjadi semangat untuk menjadi yang terbaik. 32 Menurut Musawi, bahaya yang paling fatal bagi kebahagiaan dan musuh terbesar bagi umat manusia adalah kesombongan dan percaya diri yang berlebihan. 33 Kejengkelan seseorang atas sesuatu perangai buruk tidak sebesar kebencian mereka atas kesombongan. Bukan saja kesombongan menyebabkan putusnya hubungan cinta dan keserasian tetapi juga mengubahnya menjadi rasa permusuhan. Dalam al-Qur’an ada legitimasi menarik dari sifat sombong ini pada kisah nasehat Luqman Hakim kepada anaknya dalam ayat ; “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membangga-banggakan 32 Ibid, Amin Syukur. Hal. 17 33 Ibid, Musawi. hal. 98 diri”, QS. 31 : 18, bahkan Imam Ali, sebagaimana dikutip oleh Musawi, berkata : Sekiranya Allah mengijinkan kesombongan bagi seorang hamba- Nya, Ia pasti telah megijinkannya bagi para nabi dan wali-Nya yang terdekat, tetapi Allah membuat mereka membenci kesombongan dan menyukai kerendahan hati. 34 Kelima : Kikir bakhil adalah seseorang yang tak ingin apa yang dimiliki terlepas darinya, disengaja ataupun tidak. Biasanya sifat ini berkait dengan sifat egoistis, dan Allah melarangnya dalam QS. al-Isra’17:29 serta QS. Ali Imran 3:92. Sifat ini harus diobati dengan menumbuhkan kesadaran bahwa roda kehidupan berputar, jika sekarang sedang ‘di atas’ mungkin suatu saat ‘di bawah,’ butuh bantuanpengorbanan orang lain. Apalagi pada hakikatnya segala sesuatu yang kita punya adalah titipan Allah, kita hanyalah ‘si tukang parkir’ yang harus menjaganya. Maka sewaktu-waktu jika Sang Empunya harus mengambil titipan-Nya baik lewat ajaran ZIS atau yang lainnya, si tukang parkir harus rela melepaskannya. Sifat kikir yang telah disucikan dapat menjadi semangat untuk hidup hemat dan bersahaja sebagaimana dicontohkan Rasulullah . 35 Keenam: Boros israf adalah suka berfoya-foya atau menghambur- hamburkan apa yang dimilikinya, termasuk harta, waktu dan masa mudanya untuk hal-hal yang tidak berguna. Sifat ini tidak disukai Allah QS. al-An’am 6:141 dan dilarang oleh-Nya QS. al-Isra’ 17;29, bahkan dinyatakan akan menjadi orang yang merugi. Sifat ini perlu disembuhkan dengan kesadaran bahwa manusia katanya punya waktuumur 34 Ibid, Musawi. hal. 101 35 Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000. hal. 37 tapi kenyatan tak dapat menguasainya, punya harta tapi tak dapat mengendalikan sepenuhnya. Manusia tak dapat menduga apalagi memastikan nasib diri sendiri, sehingga jika tidak antisipatif terhadap berbagai kemungkinan yang tidak diharapkan, penyesalanlah yang akan dialami. Namun sifat boros dapat diarahkan kepada sifat kedermawanan, selama masih tetap dalam perhitungan yang proporsional. 36 Ketujuh : Mudah berkeinginan al-hirshu, sifat ini mendorong seseorang untuk rakus, tidak mau mensyukuri apa yang sudah ada, hatinya tak pernah puas sehingga selalu merasa kurang. Jika menuruti sifat ini hanya akan menjadi budak hawa nafsu, mudah korup, menyeleweng, berselingkuh, dan lain-lain. Padahal ajaran Nabi, orang harus pandai bersyukur sekalipun baru sedikit yang dimiliki; orang harus bersabar dan tetap baik sekali pun pasangan hidupnya tidak seperti yang diinginkan, mungkin Allah banyak meletakkan kebaikan padanya QS. al-Nisa 4;19. Oleh karena itu hawa nafsu harus dikendalikan agar tidak menjerumuskan kita pada kehinaan. Manusia berkeinginan memang tidak selamanya buruk, asal dapat membimbingnya ke arah yanng positif, dapat menjadi penggugah gairah hidup hingga semakin maju. Kedelapan : Berburuk sangka su’udhan, sehingga apapun yang dilakukan orang lain harus diintai dan perlu dicurigai, sebab apapun yan 36 Amin Syukur, Menggugat Tasawuf : Tanggungjawab Sosial Tawasuf Abad XXI, Yogyakarta: 2002. hal. 56 ada dan terjadi dihadapannya selalu salah, yang benar dan baik hanyalah dirinya. Sifat ini dilarang oleh Allah dalam QS. Al-Hujurat49:12. Berburuk sangka akan berlanjut pada sikap penuh kecurigaan, tidak komunikatifkooperatif, dan suka mencela sakhar. Ini dilarang QS. al- Hujurat 49:11. Sifat ini perlu disembuhkan dengan menyadari bahwa mempercayai orang lain penting dan akan membawa kebaikan, bagi diri orang yang mempercayai hati menjadi tenang, sedang bagi yang dipercaya akan merasa diuwongke. Sisi baik dari buruk sangka yang disucikan adalah menjadi sikap waspada dan hati-hati sehingga tidak sembrono. Kesembilan : Suka bohong kadzib adalah sifat tidak jujur, suka membolak-balikkan fakta dan menyembunyikan kebenaran Syukur : 2002, 32. Sifat ini dilarang dan dilaknat oleh Allah QS. Ali Imran 3:61. Lawan bohong adalah jujur. Dalam hal ini ada kisah menarik, seorang yang berdosa besar perampok datang kepada Nabi menyampaikan niatnya ingin tobat, Nabi hanya mensyaratkannya: “jangan berbohong” Setiap kali dia tergoda akan melakukan dosa lagi, selalu ingat pesan Nabi tadi, kemudian tak jadi berbuat. Jadi jujur membimbing seseorang pada kebaikan. Sisi baiknya kebohongan yang disucikan adalah bisa menjadi tameng untuk taqiyyah pada saat darurat jika diperlukan, misalnya demi keselamatan jiwa diri sendiri atau orang lain orang terpaksa berbohong.

2. Tanda-Tanda Penyakit Hati