Gereja HKBP Sudirman Medan Sebagai Tempat Kegiatan Kebudayaan dan

Secara khusus dalam masyarakat suku Batak merupakan salah satu suku yang hingga kini masih memegang kuat adat-istiadat dalam kehidupan mereka. Itu sebabnya suku Batak terkenal dengan dua identitas: Kekristenan dan adat Batak yang ketat. Kedua identitas ini diwariskan dari orang tua secara turun-temurun dan dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat. Sama halnya dengan jemaat-jemaat HKBP Sudirman Medan yang jemaatnya merupakan orang-orang Batak yang memegang teguh adat-istiadat mereka walaupun mereka telah berada jauh dari kampung asal mereka. Gereja HKBP Sudirman selain sebagai Pusat Peribadatan juga di jadikan oleh jemaat sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan kegiataan adat- istiadat mereka. Hal ini dapat terlihat dengan keberadaan Sopo Godang HKBP Sudirman Medan yang berada di satu area dengan gereja HKBP Sudirman. Sopo Godang ini memiliki peranan yang penting menumbuhkan minat dari jemaat HKBP Sudirman Medan ataupun masyarakat Batak Medan untuk melihat HKBP Sudirman tidak hanya sebagai tempat peribadahan tetapi mendukung untuk kegiatan budaya. Adapun Sopo Godang pada umumya berbentuknya empat persegi panjang menyerupai bentuk balok tetapi lebih kecil, terbuka dan tidak memiliki dinding, sedangkan tingginya lebih disesuaikan dengan bentuk bangunannya. Tapi jika kita melihat bentuk dari Sopo Godang yang berada di Medan tidak sama dengan Sopo Godang yang berada di kampung-kampung Batak, hal ini terjadi menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan fisik bangunan karena berada di kota. Fungsi Sopo Godang pada etnis Batak adalah tempat melakukan pesta-pesta adat-istiadat seperti perkawinan, partupolan, musyawarah adat, balai sidang keadilan, tempat pertunjukan kesenian, tempat belajar adat, hukum, seni, kerajinan tangan serta ilmu lainnya, tempat bermalam musyafir dan lain-lain. Boleh dikatakan Sopo Godang ini adalah gedung serbaguna yang menampung segala kegiatan kemasyarakatan. Sopo Godang HKBP Sudirman ini juga yang menjadi pelopor berdirinya Sopo Godang di kota Medan, baik di gereja-gereja maupun yang diusahakan secara pribadi. Ini merupakan salah satu alasan Sopo Godang HKBP Sudirman diminati oleh jemaat dan orang-orang Batak di kota Medan untuk melakukan acara adat. Pada tahun 1976 yang merupakan awal berdirinya Sopo Godang HKBP Sudirman masih sangat diminati oleh jemaat dan masyarakat Batak di Medan, karena pada masa itu masih Sopo Godang inilah tempat melakukan kegiatan adat-istiadat. Perlu diketahui sebelum adanya Sopo Godang biasanya masyarakat Batak mengadakan kegiatan adat- istiadat mereka di rumah-rumah sendiri atau kembali ke kampung halaman masing- masing. Biasanya jika kembali ke kampung halaman untuk melakukan adat-istiadat akan jauh lebih mahal dan kurang efektif, dan jika melakukan kegiatan adat-istiadat dirumah, biasanya sangat tidak kondusif dan tidak luas atau sempit. Oleh sebab itu jemaat dan masyarakat Batak di kota Medan lebih memilih berpesta di gedung Sopo Godang HKBP Sudirman ini. Pada tahun 1980-an setelah semakin berkembangnya Sopo Godang lain di kota Medan. Yang jauh lebih besar dan lebih lengkap fasilitasnya dari Sopo Godang HKBP Sudirman, sehingga Sopo Godang ini mengalami penurunan minat bagi masyarakat Batak kota Medan, tetapi untuk anggota jemaat HKBP Sudirman sendiri masih tetap berminat untuk melakukan adat di Sopo Godang ini. Melihat semakin tingginya persaingan, pihak gereja memperbaiki dan menambah fasilitas dari gedung Sopo Godang HKBP Sudirman ini, maka minat Jemaat dan masyarakat Batak kembali tinggi sehingga dalam proses penyewaan gedung Sopo Godang HKBP Sudirman ini, kita harus melakukan pemesanan jauh sebelum kegiatan atau pesta adat itu dilaksanakan biasanya enam bulan hingga satu tahun sebelum kegiatan atau pesta diadakan. Ini disebabkan karena banyaknya orang yang ingin berpesta di tempat ini, namun seiring dilengkapinya fasilitas Sopo Godang HKBP Sudirman dengan fasilitas yang baru, maka semakin tinggi pula lah harga sewa dari gedung Sopo Godang ini yang menimbulkan banyak anggapan jemaat dan masyarakat Batak di kota Medan, bahwa orang-orang yang melaksanakan pesta adat di Sopo Godang HKBP Sudirman, merupakan orang-orang yang memiliki ekonomi menengah keatas atau golongan orang kaya. Ada juga anggapan bahwa jika telah melakukan pesta adat-istiadat di Sopo Godang ini dapat menaikkan gengsi atau martabat dari orang-orang yang pernah melakukan kegiatan adat-istiadat disini.Hal-hal seperti yang telah dijelaskan diatas yang menunjukkan minat jemaat HKBP Sudirman terhadap Sopo Godang sebagai tempat melaksanakan kegiatan budaya khususnya budaya Batak.

3.4 Konflik di antara Jemaat HKBP Sudirman dan Penyelesaiannya

Konflik dapat mempengaruhi minat seseorang atau kelompok terhadap apa yang sudah menjadi perhatian terhadap objek yang sudah disukainya. Sama halnya dengan konflik yang terjadi ditengah-tengah jemaat HKBP Sudirman Medan yang menyebabkan terpecahnya jemaat HKBP Sudirman sehingga mengurangi anggota jemaatnya dan membentuk suatu kelompok jemaat yang baru dan memisahkan diri dari jemaat HKBP Sudirman Medan. Konflik yang terjadi di jemaat HKBP Sudirman Medan yang menyebabkan jemaat menjadi terpecah.Konflik ini dimulai pada tahun 1996, terjadi karena adanya dualisme kepemimpinan yaitu Pendeta P.W.T Simanjuntak dengan Pendeta S.H Nababan untuk menjadi ephorus atau pimpinan tertinggi gereja HKBP pada saat itu.Keputusan sinode agung istemewa 39 pada saat itu memutuskan Pendeta P.W.T yang menajadi Ephorus yang baru untuk memimpin HKBP.tetapi keputusan dari sinode godang ini, menimbulkan kericuhan hingga perpecahan di antara jemaat HKBP Sudirman saat itu. Jemaat yang menjadi pendukung dari Pendeta S.H Nababan akhirnya memisahkan diri dari jemaat HKBP Sudirman Medan, jumlah Jemaat yang memisahkan diri pada saat itu lebih kurang sekita 350 orang jemaat. Jemaat yang memisahkan diri dari HKBP Sudirman Medan ini mengadakan ibadah di Sekolah Immanuel Medan. Semua pelayanan yang dulu dilakukan di HKBP Sudirman dilakukan juga oleh jemaat yang memisahkan diri tersebut di tempat mereka beribadah, walaupun jemaat ini memisahkan diri dari gereja HKBP Sudirman tetapi untuk pelayanan ibadah yang dilakukan oleh pendeta, guru huria, bibelvrouw tetap berasal dari HKBP Sudirman. Jemaat yang berada di HKBP Sudirman dan jemaat yang berada di sekolah Immanuel akirnya memutuskan untuk mulai 39 Sinode Agung adalah Rapat tertinggi yang dilakukan oleh gereja HKBP yang di pimpin oleh Ephorus.Rapat tertinggi diadakan satu kali dalam dua tahun di tempat yang ditentukan oleh Ephorus.Dapat juga diadakan Sinode Agung Istimewa bila Ephorus menghendaki dan atas permintaan sepertiga dari anggota HKBP Sedunia.