Respon Terhadap Keberadaan Gereja HKBP Sudirman Sebagai Wadah Beribadah

wadah untuk mempersatukan jemaatnya dengan cara melakukan pertemuan- pertemuan atau kegiatan-kegiatan seperti, kegiatan belajar koor atau paduan suara, ibadah kecil di sekali seminggu di setiap wijk yang telah di bentuk oleh HKBP Sudirman berdasarkan wilayah tempat tinggal jemaatnya. Keberadaan gereja HKBP Sudirman di Medan tidak sama dengan gereja HKBP lain yang berada di kota Medan. Gereja HKBP Sudirman pada awal berdirinya merupakan gereja HKBP pertama di kota Medan sekaligus sebagai gereja HKBP terbesar di Medan. Gereja HKBP Sudirman juga di awal berdirinya sebagai gereja kesukuan batak pertama yang ada di kota Medan yang menampung seluruh masyarakat Batak untuk beribadah. Kondisi gereja HKBP Sudirman yang nyaman, besar, dan berada di lokasi Pusat kota menjadikan gereja HKBP Sudirman sebagai Wajah gereja HKBP di Medan. Gereja HKBP Sudirman juga dilengkapi fasilitas- fasilitas yang tidak umum tersedia di Gereja HKBP lainnya di Medan. Untuk itu Gereja HKBP Sudirman sejak pertama berdirinya selalu dijadikan sebagai tolak ukur bagi Gereja HKBP lain yang berada di kota Medan. Keberadaan gereja HKBP Sudirman yang memiliki banyak kelebihan dari gereja-gereja HKBP lain di kota Medan mampu menarik minat jemaat untuk tetap bertahan dan menjadikan gereja HKBP Sudirman sebagai hal yang sangat penting bagi jemaat-jemaat HKBP Sudirman Medan. Berdasarkan hasil penilaian peneliti keberadaan gereja HKBP Sudirman Medan sebagai wadah beribadah mendapatkan respon yang positif dari anggota jemaat yang terdaftar di gereja HKBP Sudirman Medan. Khususnya bagi jemaat yang sudah lama menjadi anggota jemaat dari gereja HKBP Sudirman Medan. Respon yang positif dari jemaat dapat dilihat dari jawaban oleh jemaat ketika peneliti mewawancarai beberapa jemaat dan dari jawaban-jawaban angket yang disebarkan oleh peneliti kepada jemaat HKBP Sudirman Medan. Angket yang di sebarkan kepada 50 orang responden dari jemaat HKBP Sudirman ini berisi mengenai lokasi HKBP Sudirman yang berada di tengah kota yang mampu menarik minat, akses menuju HKBP Sudirman yang tergolong sulit bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi, dan pandangan jemaat melihat HKBP Sudirman sebagai tempat beribadah dan alasan jemaat untuk memilih gereja HKBP Sudirman sebagai tempat beribadah dan melakukan kegiatan adat istiadat. Dari jawaban responden mengenai Lokasi HKBP Sudirman, yang terletak di pusat kota dan merupakan daerah elite. Dari 50 jemaat yang mengisi angket mengenai lokasi HKBP Sudirman Medan, 35 jemaat menjawab bahwa letak gereja HKBP Sudirman sangat strategis, 10 orang menjawab strategis dan 5 orang menjawab tidak strategis. Responden yang menyatakan lokasi HKBP Sudirman sangat strategis karena letaknya yang berada di pusat kota untuk menuju gereja, terhindar dari macet, dan kesemberawutan lalu lintas dan alasan lain tidak terlalu jauh dari perumahan jemaat. Dari sudut pandang jemaat HKBP Sudirman letak gereja ini sangat baik, karena selain letaknya mudah dikenali dan juga gereja ini merupakan bangunan gereja HKBP paling besar di kota Medan. Jika dihubungkan dengan akses untuk menuju HKBP Sudirman Medan, jemaat banyak berpendapat bahwa memang sejak awal berdirinya hingga saat ini akses untuk menuju gereja HKBP Sudirman ini bisa dikatakan sulit bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Karena rata-rata jemaat memiliki kendaraan pribadi baik itu berupa sepeda motor, mobil, bahkan becak mesin. Walaupun demikian jemaat tidak pernah mengeluhkan untuk tidak datang ke gereja bahkan berpindah dari gereja HKBP Sudirman karena mereka telah merasa sangat nyaman untuk melakukan ibadah. Alasan jemaat yang menjadi responden mengapa tetap bertahan di gereja HKBP Sudirman ini, kerena mulai dari orang tua mereka hingga kepada mereka sendiri sudah bergereja jadi secara turun-temurun. Alasan lain mengapa jemaat HKBP Sudirman tetap bertahan menjadi jemaat yaitu, adanya rasa kebanggaan di dalam diri mereka menjadi jemaat gereja HKBP Sudirman, karena gereja ini memiliki ciri khas atau daya tarik tersendiri yang mampu membuat mereka merasa bangga. Selain itu mereka bangga karena HKBP Sudirman menjadi wajah gereja untuk gereja-gereja Protestan di kota Medan. Gereja HKBP Sudirman juga menjadi gereja yang memiliki fasilitas terlengkap yang semakin mempermudah mereka melakukan segala kegiatan seperti Gedung Sopo Godang. Jemaat juga memiliki kebanggaan dengan keberadaan Sopo Godang ini karena gereja HKBP Sudirman yang pertama sekali memiliki gedung untuk melakukan kegiatan adat sehingga di ikuti oleh gereja-gereja yang lain. Sopo Godang ini juga sangat membantu jemaat dalam melakukan pesta adat karena untuk jemaat yang memang terdaftar di gereja HKBP Sudirman, jika menggunakan gedung HKBP Sudirman mendapat potongan harga sewa. Lebih efektif bagi jemaat setelah acara pemberkatan di gereja langsung melakukan kegiatan adat di satu lokasi jadi tidak perlu berpindah lokasi 48 , dapat menghemat waktu. Dari wawancara yang telah dilakukan peneliti memandang bahwa jemaat HKBP Sudirman memandang baik keberadaan gereja dan Sopo Godang HKBP Sudirman Medan, karena selain mempermudah mereka dalam melakukan kegiatan adat mereka juga merasa nyaman, tentram , dan merasa bangga akan beradaan HKBP Sudirman Medan sebagai gereja yang memiliki gedung yang besar, terletak di pusat kota yang dapat di lihat banyak orang dan dikenal sebagai wajah gereja protestan di kota Medan.

4.2.2. Respon Dari Yang Bukan Anggota Jemaat HKBP Sudirman

Selain respon dari anggota Jemaat HKBP Sudirman, kita juga harus mengetahui bagaimana yang bukan anggota dari jemaat HKBP Sudirmana Medan memandang HKBP Sudirman Medan sebagai gereja tempat beribadah. Untuk mengetahui respon, peneliti melakukan penyebaran angket kepada yang bukan anggota jemaat HKBP Sudirman Medan, dengan responden sebanyak 50 responden. Responden yang menjadi sasaran penyebaran angket ini memiliki kriteria, merupakan warga jemaat di HKBP di Medan, sudah bertempat tinggal di Medan sejak Tahun 1954, memiliki 48 Wawancara dengan ibu Diana Hutagaol, tanggal 30 Mei 2015 digereja HKBP Sudirman Medan, mengenai pandangan jemaat memandang HKBP Sudirman sebagai tempat kegiatan adat istiadat. pengetahuan yang besar mengenai perkembangan HKBP di Medan.Angket ini terdiri dari beberapa pertanyaan, mengenai lokasi, Akses menuju HKBP Sudirman, dan bagaimana responden memandang HKBP Sudirman dan jemaat yang menjadi anggotanya. Dari 50 responden semuanya mengetahui di mana letak atau lokasi HKBP Sudirman Medan. Hal ini karena 50 responden ini pernah beribadah dan melakukan kegiatan adat di HKBP Sudirman Medan. Dari 50 responden ini , 27 responden menjawab lokasi HKBP Sudirman tidak strategis dengan alasan menjawab karena jauh dari tempat tinggal, sulit bagi jemaat untuk menjangkau gereja ini karena ketidaktersediaan angkutan umum yang langsung menuju HKBP Sudirman jika pun ada harus berjalan kaki lagi cukup jauh baru dapat menuju gereja ini, sehingga jemaat menganggap tidak efektif dan menyulitkan mereka. Salah satu jemaat memberi alasan “Ikon napuna kendaraan pribadi na boi tu si akka orang na mamora do gereja disi” 49 harus orang yang memiliki kendaraan pribadi yang bisa gereja disana, orang kaya yang dapat gereja disana. Dari jawaban ini kita dapat melihat bagaimana penilaian yang bukan jemaat melihat HKBP Sudirman Medan. Selain itu 23 responden lain menjawab sangat strategis karena berada di tengah kota dan daerah elit sehingga mudah dapat di kenali. Tetapi dari 50 responden 40 puluh di antaranya menjawab bahwa akses untuk menuju HKBP Sudirman sulit. Sehingga untuk menuju 49 Wawancara dengan ibu R. Sitorus, tanggal 10 Juni 2015 di Acara ibadah pertamiangan jalan Darussalam gang turi 2 no 36, mengenai pandangan jemaat memandang HKBP Sudirman sebagai tempat kegiatan adat istiadat. kesana jika ada kegiatan adat istiadat kebanyakan jemaat tidak pergi karena dianggap tidak efektif dan untuk menuju ke lokasi gereja HKBP Sudirman Medan mereka membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 30 menit lebih. Responden juga menjawab bahwa gereja HKBP Sudirman memang memiliki fasilitas yang lengkap jika dibandingkan dengan gereja HKBP lain yang ada di kota Medan. Selain itu karena semua responden pernah beribadah di gereja ini, hal yang dirasakan mereka, adalah kenyamanan, keadaan gedung gereja yang besar juga menjadikan gereja ini dapat menampung lebih banyak jemaat lagi, serta lapangan parkir yang luas semakin mempermudah orang yang beribadah di gereja tersebut. Pandangan responden terhadap keberadaan gereja HKBP Sudirman Medan sebagai tempat beribadah, ada yang memandang positif dan ada yang memandang negatif. Responden yang memandang positif gereja HKBP Sudirman memberi alasan bahwa keberadaan gereja HKBP Sudirman yang sebagai gereja tertua di Medan memberi dampak yang baik bagi perkembangan gereja-gereja HKBP lain di Medan. Selain itu alasan lain responden adalah bahwa semakin banyaknya jemaat HKBP Sudirman Medan, semakin memperbesar nama Gereja HKBP dimata gereja-gereja lain. 4.3. Respon Lingkungan Sekitar Terhadap Keberadaan dan Kegiatan di Sopo Godang HKBP Sudirman Medan Melihat lokasi HKBP Sudirman Medan tidak terlepas dari sorotan lingkungan sekitarnya seperti Yayasan Pendidikan Harapan Medan, rumah sakit ST. Elisabet dan Yayasan Perguruan Immanuel Medan. Sorotan-sorotan inipun menghasilkan tanggapan-tanggapan yang berbeda-beda pula. Untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan tanggapan-tanggapan lingkungan sekitar terhadap keberadaan dan kegiatan di Sopo Godang HKBP Sudirman Medan.

4.3.1. Respon Dari Yayasan Pendidikan Harapan Medan

Sopo Godang yang merupakan wadah yang biasanya digunakan masyarakat Batak di Medan untuk melakukan kegiatan adat atau pesta-pesta adat. Gereja HKBP Sudirman sendiri adalah gereja yang memiliki fasilitas Sopo Godang. Masyarakat Batak khususnya di Medan dalam melakukan kegiatan adat istiadat tidak terlepas dari suara musik yang keras dan penguat suara. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan lingkungan sekitar dari Sopo godang HKBP Sudirman yang di sekitarnya bertetangga dengan sekolah dan juga rumah sakit. Tentu saja sekolah dan rumah sakit ini dalam melakukan kegiatan membutuhkan keadaan yang kondusif. Agar tercipta lingkungan yang nyaman dalam proses kegiatan tersebut, bagaimana respon dari Yayasan Perguruan Harapan Medan mengenai keberadaan dan kegiatan yang dilakukan di Sopo Godang tersebut, peneliti akan menjelaskan hasil dari wawancara yang telah dilakukan terhadap dosen, mahasiswa, pegawai, dan satpam di lembaga pendidikan ini. Sekolah atau perguruan tinggi merupakan wadah yang digunakan untuk menuntut ilmu dan melakukan proses belajar-mengajar. Bertolak belakang dengan kegiatan yang dilakukan di Sopo Godang yang sangat tidak kondusif bagi proses belajar-mengajar tersebut. Jika kita melihat perbedaan kegiatan yang terjadi antara Sopo Godang dan Yayasan Pendidikan Harapan Medan kita pasti berpikir akan menimbulkan konflik di antara kedua belah pihak tersebut. Pada kenyataannya hubungan antara gereja HKBP Sudirman dengan Yayasan Pendidikan Harapan Medan sangat baik. Mulai dari berdirinya Yayasan Pendidikan Harapan Medan yaitu 30 Mei 1967 hingga sampai saat ini tidak pernah terjadi konflik ataupun pertengkaran antara keduabelah pihak yang memiliki perbedaan kegiatan tersebut. Antara gereja HKBP Sudirman dan Yayasan Pendidikan Harapan Medan terjalin dengan baik, saling menolong dan pegertian yang satu dengan yang lain. Contoh hubungan yang baik dari gereja HKBP Sudirman ini terbukti dari, jika Yayasan Pendidikan Harapan Medan sedang melakukan acara dan kekurangan lahan parkir maka dengan senang hati pihak dari gereja memperbolehkan pihak dari Yayasan Pendidikan Harapan menggunakan lahan parkir dari HKBP Sudirman. 50 Bukan hanya itu saja setiap perayaan Dies Natalis dari Yayasan 50 Wawancara dengan Bapak Taufik Gautama Satpam Yayasan Pendidikan Harapan Medan, tanggal 22 Juni 2015 di Yayaysan perguruan Harapan Medan, mengenai partisipasi hubungan antara gereja dan pihak Yayasan Pendidikan Harapan Medan. Pendidikan Harapan ini pihak dari gereja selalu di undang dan selalu datang bahkan menyumbangkan lagu oleh paduan suara yang ada di HKBP Sudirman untuk mengisi acara tersebut 51 . Sama halnya dengan kegiatan adat istiadat atau pesta yang dilakukan di Sopo Godang, tidak mengganggu proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh Yayasan Pendidikan Harapan Medan. Ini dapat terjadi karena Yayasan perguruan Harapan Medan memfasilitasi seluruh ruang yang ada dengan kedap suara. Sehingga suara yang bising dan kuat yang berasal dari alat musik dan penguat suara yang berasal dari Sopo Godang tersebut sama sekali tidak kedengaran sampai ke ruang kelas sehingga tidak mengaganggu kegiatan proses mengajar yang terjadi. 52 Musik dan penguat suara yang ditimbulkan hanya terdengar sampai parkiran saja kalau sudah di dalam gedung atau di ruangan kelas tidak terdengar suara musik dan penguat suara. 53 Selain itu juga pihak dari gereja HKBP Sudirman juga sangat memiliki pengertian dengan membatasi penggunaan alat musik hanya sampai jam 6 sore saja, hal ini terkait karena pihak dari Yayasan Harapan yang memiliki perbedaan keyakinan akan mengadakan proses ibadahsholat yang membutuhkan suasa hening. Ada lagi 51 Wawancara dengan Bapak Mahmud S.E pegawai Yayasan Pendidikan Harapan Medan, tanggal 22 Juni 2015 di Yayasan Perguruan Harapan Medan, mengenai hubungan antara gereja dan pihan Yayasan Pendidikan Harapan Medan. 52 Wawancara dengan Ibu Kersna Minan S.E, Msi Dosen Yayasan Pendidikan Harapan Medan, tanggal 22 Juni 2015 di Yayasan Pendidikan Harapan Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses belajar -mengajar di Yayasan Pendidikan Harapan Medan. 53 Wawancara dengan Ade Elfira Siregar, Mahasiswi Yayasan Pendidikan Harapan Medan, tanggal 22 Juni 2015 di Yayasan Pendidikan Harapan Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses belajar -mengajar di Yayasan Pendidikan Harapan Medan. pendapat dari Satpam yang berjaga di Yayasan Harapan Medan, mereka sangat terhibur dalam mendengarkan musik-musik yang ada di Sopo Godang sehingga dalam menjalankan Tugasnya sebagai penjaga keamanan mereka tidak merasa bosan dan tidak mengantuk. 54 Kegiatan pesta dan adat istiadat yang dilakukan di Sopo Godang dan bersamaan dengan kegiatan yang berlangsung di Yayasan Pendidikan Harapan terkadang mengalami sedikit permasalah dalam proses memarkir kendaraan dan proses keluar masuknya kendaraan menyebabkan terjadi kepadatan, sehingga arus lalu lintas sedikit terganggu dalam proses tersebut menyebabkan kemacetan tetapi tidak sampai terjadi konflik. Pesta-pesta yang sering di adakan di Sopo godang juga tidak setiap hari di adakan yaitu pada hari Kamis, Jumat, Sabtu. Pada Hari Jumat biasanya Yayasan Pendidikan Harapan Medan akan melakukan Kegiatan holat Jum’at sehingga untuk menjaga ke tentraman selama waktu holat Jum’at pihak gereja melakukan pelarangan untuk penggunaan musik dan penguat suara untuk 1-2 jam saat Sholat berlangsung. Dari respon yang postif yang diberikan oleh Yayasan Harapan Medan terhadap keberadaan dan kegiatan yang berlangsung di Sopo Godang kita dapat melihat terjalinnya hubungan yang baik dan erat di antara kedua belah pihak. Walaupun kedua belah pihak memiliki perbedaan kegiatan dan keyakinan tidak menghalangi untuk terciptanya hubungan yang baik dan saling berpengertian. 54 Wawancara dengan Bapak Ismail Satpam Yayasan Pendidikan Harapan Medan, tanggal 22 Juni 2015 di Yayasan Pendidikan Harapan Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di Yayasan Pendidikan Harapan Medan.

4.3.2 Respon Dari Yayasan Pendidikan Immanuel Medan

Respon yang positif telah diberikan oleh Yayasan Pendidikan Harapan Medan terhadap Sopo Godang sebagai wadah kegiatan adat istiadat dan pesta bagi masyarakat Batak di Medan. Selanjutnya repon yang diberikan oleh Yayasan Pendidikan Immanuel terhadap Sopo Godang HKBP Sudirman. Hubungan antara HKBP Sudirman dengan Yayasan pendidikan Immanuel Medan sudah terjalin cukup lama yaitu dimulai pada saat HKBP Sudirman Medan berdiri hingga saat penelitian ini dilakukan. Perlu diingat kembali bahwa tahun 1998 saat konflik terjadi di HKBP Sudirman mengenai dualisme kepemimpinan atau pemilihan ephorus. Jemaat dari HKBP Sudirman mengalami perpecahan, jemaat yang memisahkan diri beribadah meminjam ruangan dari Yayasan Pendidikan Immanuel Medan selama dua tahun. Bukan hanya itu saja hubungan baik ini juga tampak saat HKBP Sudirman sering mengadakan kegiatan olahraga dan meminjam lapangan dari Yayasan Pendidikan Immanuel ini sebagai wadah utk melakukan kegiatan tersebut. 55 Letak dari Yayasan Pendidikan Immanuel ini berada di seberang dari gereja HKBP Sudirman. Jika kita melihat letak Yayasan ini terhadap Sopo Godang, bisa dikatakan tidak memiliki dampak sama sekali. Kenyataannya Yayasan ini merasakan dampak ketika ada kegiatan adat atau pesta di Sopo Godang tersebut. Dampak yang ditimbulkan ketika ada kegiatan adat di Sopo Godang adalah padatnya lalu lintas di 55 Wawancara dengan Bapak Ari Jonggi Pasaribu Direktur Yayasan Pendidikan Immanuel Medan, tanggal 1 Juli 2015 di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan. sekitaran jalan sehingga, sering terjadi kemacetan karena biasanya orang-orang yang datang berpesta ke Sopo Godang ini datang saat siang hari yaitu waktu dimana siswa- siswi dari Yayasan Pendidikan Immanuel keluar sekolah untuk kembali pulang. Siswa-siswi yang bersekolah di Yayasan Pendidikan Immanuel ini biasanya di antar dan di jemput oleh orangtuanya. Jadi saat di adakan kegiatan adat istiadat di Sopo Godang proses keluar masuknya kendaraan jadi sedikit terhambat karena bersamaan dengan orang yang akan datang mengunjungi pesta tersebut. 56 Jika mengenai suara musik dan penguat suara yang dihasilkan dari proses kegiatan adat istiadat ini tidak mengganggu proses belajar-mengajar dari Yayasan Pendidikan Immanuel ini karena sudah tidak terdengar dari sampai kepada Yayasan Immanuel ini. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan adat di Sopo Godang yaitu kemacetan tidak menjadi merusak hubungan baik antara Yayasan Pendidikan Immanuel dengan gereja HKBP Sudirman Medan, karena kedua belah pihak dapat saling mengerti satu sama lain terhadap kegiatan di Sopo Godang tersebut. Walaupun Yayasan Pendidikan Immanuel tidak memiliki kepentingan terhadap Sopo Godang dan kegiatan yang berlangsung di dalamnya, tetapi Yayasan ini dapat memahami kegiatan tersebut. Pihak dari Yayasan Pendidikan Immanuel Medan memberikan apresiasi kepada keberadaan Sopo Godang HKBP Sudirman karena, Sopo Godang ini menjadi bukti bahwa gereja dan adat istiadat dapat berjalan bersamaan tanpa mengalami benturan. 56 Wawancara dengan Bapak T. Manurung Satpam Yayasan Pendidikan Immanuel Medan, tanggal 1 Juli 2015 di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan. Selain itu keberadaan Sopo Godang sebagai wadah untuk melakukan kegiatan adat dianggap sebagai fasilitas untuk tetap memajukan dan melestarikan kebudayaan adat istiadat Batak di kota Medan. “Jika tidak Wadah atau tempatnya pasti masyarakat akan melupakan adat istiadat mereka apalagi di zaman modern kegiatan adat di anggap mulai ketinggalan zaman dan para pemuda sudah tidak lagi perduli akan adat istiadat dari sukunya masing- masing”. 57 Respon yang positif yang diberikan oleh Yayasan Pendidikan Immanuel ini yang semakin mempererat hubungan antara kedua belah pihak.

4.3.3 Respon Dari Rumah Sakit St. Eilisabet Medan

Rumah sakit Elisabet memiliki letak yang sudah cukup jauh dari Sopo Godang HKBP Sudirman tapi masih berada dalam kawasan lingkungan sekitar HKBP Sudirman Medan. Sama halnya dengan Yayasan Pendidikan Harapan dan Immanuel, rumah sakit St. Elisabet juga memiliki fungsi membantu menyembuhkan orang-orang sakit. Dalam menjalankan fungsinya ini rumah sakit St. Elisabet membutuhkan keadaan yang kondusif, nyaman, dan tentram. Keberadaan Sopo Godang dan kegiatan adat istiadat yang sering dilakukan tidak memiliki dampak negatif kepada rumah sakit ini. Apa pun kegiatan yang terjadi di Sopo Godang yang menggunakan penguat suara dan musik yang kuat tidak lagi terdengar ke rumah sakit St. Elisabet ini. Bahkan, banyak dari pekerja-pekerja di 57 Wawancara dengan Bapak Ari Jonggi Pasaribu sebagai DirekturYayasan Pendidikan Immanuel Medan, tanggal 1 Juli 2015 di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di Yayasan Pendidikan Immanuel Medan. rumah sakit St. Elisabet ini tidak mengetahui jika sedang terjadi kegiatan adat istiadat jika mereka tidak melihat secara dekat ke gedung Sopo Godang tersebut. Jika Yayasan Harapan dan Immanuel merasakan dampak kemacetan saat terjadi kegiatan adat istiadat di Sopo Godang tidak sama dengan rumah sakit St. Elisabet karena letak parkiran dari rumah sakit ini menghadap jalan Slamet Riyadi jadi tidak berdampak sama sekali terhadap rumah sakit ini. Hubungan antara HKBP Sudirman dengan rumah sakit St. Elisabet Medan sangat baik. Kedua belah pihak selama berpuluh tahun bertetangga dan memiliki fungsi yang berbeda tetapi masih dapat menjaga ketentraman dalam bermasyarakat dan beragama. 58 Mayoritas pekerja dan pasien yang berada di rumah sakit St. Elisabet ini bersuku Batak, mereka sangat menghargai keberadaan dari Sopo Godang HKBP Sudirman ini sebgai wadah kegiatan Adat istiadat Batak di kota Medan. Pihak dari rumah sakit merespon baik terhadap keberadaan Sopo Godang yang berdampingan dengan gereja secara langsung. Selain itu melihat dari kegiatan yang dilakukan di Sopo Godang dengan lingkungan sekitar yang memiliki fungsi yang berbeda dengan Sopo Godang yaitu sekolah dan rumah sakit St. Elisabet. Pihak dari rumah sakit juga memandang adanya perbedaan keyakinan antara gereja dan Yayasan Harapan Medan tetapi tidak perna terjadi konflik atau permasalahan dalam perbedaan keyakinan tersebut malah kedua belah pihak memiliki hubungan yang baik dan selalu 58 Wawancara dengan Ibu Lastri Tambunan sebagai Perawat di rumah sakit St. Elisabet Medan, tanggal 1 Juli 2015 di rumah sakit St. Elisabet Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di rumah sakit St. Thomas Medan. menghormati perbedaan yang terjadi 59 . Dari respon yang telah di terima dari lingkungan sekitar terhadap Sopo Godang HKBP Sudirman Medan, memiliki respon yang positif bahkan saling menghormati perbedaan fungsi di antara Yayasan Harapan, Yayasan Immanuel dan rumah sakit St. Elisabet. 59 Wawancara dengan BiarawatiSusterRomauli sebagai Perawat di rumah sakit St. Elisabet Medan, tanggal 1 Juli 2015 di rumah sakit St. Elisabet Medan, mengenai dampak kegiatan Sopo Godang dengan Proses kegiatan di rumah sakit St. Thomas Medan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

HKBP Sudirman adalah gereja HKBP tertua dan memiliki jemaat HKBP yang terbanyak di Medan, HKBP Sudirman juga memiliki keunikan yang mampu menarik minat banyak masyarakat Batak di kota Medan untuk beribadah dan melakukan kegiatan Adat istiadat. Salah satunya adalah lokasi keberadaan HKBP Sudirman yang berada di kawasan elite Medan yaitu terletak di tengah kota,dimana jika kita melihat HKBP Sudirman Medan kita dapat mengetahui posisi keberadaan kita adalah di kawasan pusat kota, sehingga gereja HKBP Sudirman juga di jadikan salah satu Landmark kota Medan. Pada awal berdirinya yaitu tahun 1954 HKBP Sudirman merupakan Pusat peribadahan bagi masyarakat kota Medan karena pada tahun ini masih terdapat satu gereja HKBP di Medan dan menjadi satu-satunya Resort di Medan. Selain itu HKBP Sudirman pada tahun 1976 sejak dibangunnya Sopo Godang atau tempat melakukan kegiatan adat istiadat sebagai pelopor bagi gereja-gereja HKBP lain untuk membangun tempat yang sama berdampingan dengan gereja. Hal ini semakin membuat minat dari jemaat semakin tinggi terhadap gereja HKBP Sudirman. Sopo Godang HKBP Sudirman ini membutikkan bagaimana gereja dan adat istiadat dapat berjalan secara bersamaan dan juga seimbang. 74 Jika dilihat dari segi eksistensi HKBP Sudirman ditengah multikultural masyarakat Medan, sebenarnya tidak dipertanyakan lagi terkhusus bagi kalangan orang-orang Batak karena gereja merupakan keharusan untuk membentuk karakter orang batak terutama bagi mereka yang berada di perantauan, selain sebagai Bona Pasogit kampung halaman yang dapat mengobati rasa rindu ke kampung halaman. Hal yang paling penting sebenarnya adalah tempat beribadah dan melakukan kegiatan adat bagi orang Kristen yang bersuku Batak. Meski memiliki identitas, HKBP Sudirman juga terbuka luas bagi non-Batak karena pada hakikatnya kerajaan Allah terbuka bagi siapa saja. Keterbukaan HKBP Sudirman ini juga mendapat respon yang positif dari lingkungan sekitar HKBP Sudirman Medan. Respon positif ini di dapatkan oleh HKBP Sudirman Medan dilihat dari lokasi, pelayanan yang dilakukan gereja HKBP Sudirman sebagai tempat beribadah, bahkan kegiatan adat, dan juga sebagai tempat untuk melakukan kegiatan sosial. Selain mendapatkan respon yang positif, HKBP Sudirman juga tidak terlepas dari respon yang negatif dari beberapa pihak, seperti bukan jemaat dari HKBP Sudirman yang menganggap keberadaan gereja HKBP Sudirman sebagai tempat yang hanya jemaatnya di datangi oleh mereka yang memiliki ekonomi menegah ke atas atau golongan orang-orang kaya. Selain itu respon negatif juga di dapat dari lokasi yang terletak di tengah kota sehingga sulit untuk di tempuh oleh masyarakat yang menggunakan angkutan umum. Keberadaan gereja HKBP Sudirman dan Sopo Godangnya ini juga menunjukkan bagaimana masyarakat batak yang jauh dari kampung halamannya