melahirkan pekerjaan baru bagi Uni Afrika. Fokus utama Uni Afrika kemudian adalah penyelesaian konflik antara Minnawi dan Abdulwahid sebelum
melanjutkan perundingan damai. AU 2004 Uni Afrika manawarkan dua opsi kepada kedua pemimpin SLMAtersebut.
Pertama,mengirim satu delegasi dalam perundingan damai dengan satu pandangan yang sama sebagaimana komitmen SLMAdalam penyelesaian konflik Darfur.
Kedua, mengirim dua delegasi tapi memiliki pandangan yang sama. Pada awalnya kedua pemimpian SLMAtesebut memilih opsi pertama tapi pada perkembangan
selanjutnya kedua pemimpin SLMAtersebut hadir dalam putaran perundingan damai ke-7 di Abuja Nigeria pada 26 November 2005. Dalam perundingan
tersebut, Minnawi dan Abdulwahid sepakat untuk tidak berbicara dan memberikan kepercayaan kepada kelompok JEM berbicara sebagai perwakilan
pemberontak. Isu-isu serta pandangan masing-masing pihak dapat digambarkan melalui tabel di bawah ini. AU 2004
Tabel I.III. Isu-isu Perundingan Darfur. Sumber: The Jakarta Post, 2006. Posisi Pemberontak
Posisi Pemerintah Sudan Pandangan Uni Afrika
Wilayah Darfur
Menginginkan Darfur menjadi wilayah khusus dengan
pemerintah terpisah Keputusan pembentukan
pemerintahan Darfur harus dilaksanakan melalui
referendum Memasukan perwakilan
kelompok pemberontak kedalam pemerintahan Sudan
Wakil Presiden
Posisi wakil presiden harus dari Darfur.
Presiden Sudan berasal dari Utara, sedangkan wakil presiden
dari Selatan, Darfur adalah bagian dari Selatan Sudan.
Memasukkan perwakilan Darfur ke dalam pembantu
senior kepresidenan.
Kompensasi
Memberikan kompensasi individu yang menjadi korban perang.
Kompensasi akan diberikan sebagai bagian dari program
rekronstruksi Darfur. Membentuk dana kompensasi
bagi masyarakat Darfur.
Pelucutan Senjata Milisi Janjaweed
Janjaweed merupaan milisi dukungan pemerintah Sudan,
senjata mereka harus dilucuti sepenuhnya.
Tidak ingin melucuti senjata milisi sipil yang tidak terlibat
dalam serangan terhadap penduduk.
Pemerintah Sudan diwajibkan melucuti senjata milisi
Janjaweed dan pelaksanaan harus diawasi oleh tentara
Uni Afrika.
C. Misi Pengawasan Kesepakatan Gencatan Senjata
Dalam salah-satu poin kesepakatan HCFA, pihak-pihak penandatanganan HCFA sepakat satu sama lain untuk membentuk CFC dan Joint Commission
sebagai badan pengawas atas implementasi serta jalanya HCFA oleh kedua belah pihak. Sebelum membentuk CFC, Uni Afrika terlebih dahulu mengundang
pemerintah Sudan, SLMA dan JEM, Chad serta perwakilan masyarakat internasional ke kantor pusat Uni Afrika di Addis Ababa, Ethiopia pada tanggal
27-28 Mei 2004 guna melakukan pertemuan dalam rangka membahas pembentukan CFC dan JC. Dalam pertemuan tersebut akhirnya disepakati sebuah
perjanjian mengenai tata cara pembentukan CFC dan penempatan pengawas militer Uni Afrika di Darfur Agreement on Modalities For The Estabilishment of
The Ceasefire Commission CFC and The Deployment of Observer in Darfur .
AU 2004
CFC, sebagaimana yang disebutkan dalam perjajian mengenai tata cara pembentukannya, dibentuk dan diketuai secara lagsung oleh perwakilan Uni
Afrika, sedangkan wakil ketua CFC diserahkan kepada Uni Eropa sebagai representasi dari masyarakat internasional. Anggota CFC terdiri dari perwakilan-
perwakilan Uni Afrika, Sudan, serta SLMAdan JEM dua kelompok
pemberontak. Adapun untuk operasi teknis pelaksanaan, CFC diberi nama African Union Monitoring Mission
yang komposisinya terdiri dari para pengamat- pengamat militer military observers-Milobs Uni Afrika, Sudan, kelompok
pemberontak, Chad dan perwakilan masyarakat internasional yang pada perkembangan selanjutnya berubah manjadi misi Uni Afrika di Sudan atau sering
dikenal sebagai African Union Missin AMIS.
Mandat CFC, sebagaimana yang dinyatakan dalam Agreement of The Modalities of The Eatabilishment of CFC
adalah sebagai berikut : 1 melakukan verifikasi dan implementasi perjajian-perjanjian dan ketetapan gencatan senjata 8
April 2004; 2 mengatur pergerakan pasukan Sudan dan kelompok pemberontak dalam rangka mengurangi resiko perang, penempatan pasukan selanjutnya akan
ditentukan oleh CFC; 3 meminta bantuan pelaksanaan operasi; 4 menerima, memverifikasi, menganalisa dan menghukum setiap pelanggaran gencatan senjata;
5 mengembangkan langkah-langkah hukum untuk mencegah perang di masa
mendatang. AU 2004
Untuk meligitimasi penempatan CFC dalam pelaksanaan misi Uni Afrika di Sudan AMIS, Dewan Keaman Uni Afrika bersama pemerintah Sudan
kemudian menandatangani Status of Mission Agreement SOMA pada 4 Juli 2004. SOMA menjabarkan segala aspek yang berhubungan dengan operasi serta
misi Uni Afrika di Sudan termasuk di dalamnya aspek-aspek komunikasi, travel dan transportasi, hak-hak dan kekebalan hukum serta berbagai fasilitas lainnya
bagi angora CFC. AU 2004 Setelah penandatangan SOMA, Dewan Keamanan Uni Afrika memulai
membetuk kantor pusat CFC di El-Fashir, Darfur Barat, serta 6 sektor komando
CFC lainnya,masing-masing di El-Fashir sektor 1, Nyala sektor 2, El Genina Sektor 3, Kabkabiyah sektor 4, Tine sektor 5 dan Kutum sektor 6 serta satu
sektor di Abeche, Chad. Setiap sektor CFC memiliki 2 tim pengamat militer Uni Afrika. CFC sendiri secara resmi beroperasi mulai tanggal 19 Juni 2004, ketika
Brigadir Jenderal Festus Okunwo dari Nigeria yang ditunjuk oleh Uni Afrika sebagai ketua CFC, melaporkan kesiapannya untuk menjalankan tugas-tugas CFC
kepada Dewan Keamanan Uni Afrika. Pada saat itu pula misi Uni Afrika di Sudan resmi beroperasi. AU 2004
Pengamat militer Milobs Uni Afrika yang bertugas mengamati pelaksanakan HFCA kemudian mulai ditempatkan di berbagai wilayah di Darfur
berdasarkan keputusan Majelis Uni Afrika yang bersidang pada 6-8 Juli 2004. Dalam kesempatan tersebut, majelis Uni Afrika juga memutuskan untuk
menempatkan pasukan Uni Afrika guna melindungi kelancaran tugas CFC dan pengamat militer Uni Afrika di Darfur. . AU 2004
D. Operasi Perdamaian Uni Afrika Di Darfur
Keberadaan CFC beserta pengamat militernya di Darfur wilayah konflik tentu memiliki resiko yang cukup besar, terutama menyangkut keamanan dan
keselamatan mereka dalam menjalankan tugas. Meskipun barlatar belakang militer, pengamat militer Uni Afrika tidak memiliki wewenang untuk membawa
dan menggunakan senjata di lapangan, apalagi sejak CFC secara resmi beroperasi di Darfur, baik pemerintah Sudan maupun kelompok pemberontak Darfur kerap
melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata 8 april 2004. AU 2004
Menurut laporan Human Righat Watch, pemerintah Sudan masih melakukan pengeboman terhadap perkampungan penduduk di Darfur dan
efektifitas CFC di Darfur pun dipertanyakan. Hal ini juga diakui oleh Dewan Keamanan Uni Afrika sebagaimana dinyatakan dalam laporannya pada 4 juli 2004
mengenai situasi Darfur. Kondisi tersebut menjadi alasan tersendiri bagi Uni Afrika untuk menempatkan tentara di Darfur. Human Righat Watch, 2004
Pada tanggal 27 Juli 2004, Dewan Keaman Uni Afrika akhirnya memutuskan untuk mengirim pasukan dalam rangka memperkuat peran CFC serta
melindungi pengamat militer Uni Afrika yang bertugas mengamati jalannya kesepakatan HCFA. Rwanda dan Nigeria merupakan dua Negara pertama yang
bersedia mengirim pasukannya ke Darfur, dan masing-masing mengirim 155 pasukan. Pasukan Uni Afrika tersebut juga diharapkan dapat melucuti senjata
milisi Arab Janjaweed. . AU 2004 Selama periode Juli-Oktober 2004, Dewan Keamanan Uni Afrika mencatat
sejumlah pelanggaran terhadap kesepakatan HCFA yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Pelanggaran tersebut termasuk serangan milisi Janjaweed terhadap
penduduk sipil baik berupa pembakaran maupun perusakan properti. Tentara Sudan juga kerap menghalangi aktivitas investigasi CFC. Sedangkan kelompok
pemberontak masih melakukan penyergapan, penyerangan, perampasan, dan penculikan pekerja kesehatan di Darfur serta mempersenjatai anak-anak untuk
terlibat dalam aksi mereka yang melanggar hukum. Keberadaan CFC di Darfur seolah diabaikan begitu saja oleh pihak-pihak yang bertikai sehingga perdamaiaan
di Darfur masih jauh dari harapan. . AU 2004